Letusan Gunung Tambora Gegerkan Dunia pada tahun 1815. Bahkan letusan gunung ini dianggap sebagai salah satu letusan terbesar sepanjang sejarah.
Karena letusannya itu, selama beberapa hari dunia menjadi gelap gulita akibat debu vulkanik yang menyebar hampir di seluruh penjuru dunia. Letusan hebat itu juga menyebabkan tsunami setinggi kurang lebih 6 meter di sekitar Pulau Sumbawa.
Gunung Tambora dulunya merupakan gunung yang berbentuk kerucut paling aktif se Nusantara. Bahkan gunung Merapi kala itu masih tidak seaktif gunung Tambora.
Gunung yang terletak di Nusa Tenggara Barat ini dulunya memiliki ketinggian sekitar 4.300 Mdpl. Namun, semakin berkembangnya zaman, banyak orang yang tidak tahu bahwa bencana ini benar – benar pernah terjadi.
Lalu bagaimana letusan Gunung Tambora dapat gegerkan seluruh dunia? Yuk simak!
Sejarah Gunung Tambora
Sebelum meletus, gunung ini dulunya terbentuk karena adanya zona subduksi yang ada di bawahnya. Wilayah Gunung Tambora juga terbentuk di semenanjungnya sendiri, dalam artian tidak bergabung dengan pulau lainnya.
Gunung ini pernah meletus setidaknya 3 kali sebelum letusan terbesarnya pada tahun 1815. Namun, belum tahu secara pasti mengenai besarnya letusan, jumlah korban dan lain sebagainya.
Meskipun sudah tak berbentuk kerucut lagi dan dianggap gunung yang kehilangan separuh badannya ini masih terus dikunjungi oleh banyak wisatawan. Banyak peneliti yang masih ingin menelusuri lebih jauh mengenai letusan maha dasyat tersebut.
Bahkan pada tahun 2004 pernah diadakan penelitian dan ditemukan sisa – sisa kebudayaan yang terpendam di bawah tanah sekitar 3 – 4 meter. Banyak orang yang menyebutkan bahwa letusan Gunung Tambora merupakan Pompei dari timur.
Meskipun sudah berbentuk kaldera dan pernah meletus hebat, bukan berarti gunung ini sudah tidak aktif. Di kaldera tersebut masih sering muncul letusan kecil dan keluarnya magma namun tidak begitu berbahaya. Letusan terakhir dari gunung ini terjadi pada tahun 1967.
Letusan Tambora Gegerkan Dunia
Sebelum meletus, Gunung Tambora sempat dinyatakan tidak aktif selama berabad – abad dan dianggap sebagai gunung berapi yang sedang tertidur. Letusan bermula pada tanggal 5 April 1815 di mana Tambora mengeluarkan awan hitam.
Pada tanggal 10 – 11 April mulailah apa yang banyak orang menyebutnya sebagai neraka terjadi. Suara gemuruh dari gunung ini mencapai Sumatra yang awalnya masyarakat mengira sebagai tembakan senapan.
Puncak dari meletusnya Tambora terjadi pada pukul 7 malam tanggal 10 April 1815. Banyak buku menuliskan bagaimana mencekamnya keadaan pada saat itu. Semburan awan panas dan lava mengalir kemana – mana.
Akibat dari Letusan Tambora
Letusan maha dasyat ini memang menghebohkan seantero dunia. Akibatnya ialah banyak korban berjatuhan dengan angka yang cukup besar yakni sekitar 71.000 orang dengan 11 hingga 12 ribu orang menjadi korban langsung dari letusan.
Segala bentuk kehidupan di pulau yang berdekatan dengan gunung ini mengalami kehancuran tak bersisa. Material dari letusan pun diyakini menjangkau Pulau Jawa bagian timur.
Bahkan dari beberapa buku menyebut letusan Gunung Tambora hampir menutupi langit seluruh Nusantara dan sebagian wilayah dunia. Letusan gunung ini terdengar sejauh 2.600 km, dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km dari puncaknya. Mengerikan bukan?
Pengaruh Letusan Tambora
Pengaruh letusan dari Gunung Tambora memiliki dampak yang cukup luas. Letusan tersebut mampu mengeluarkan sulfur hingga ke lapisan stratosfer dan menyebabkan iklim global sedikit berubah.
Suhu dunia berubah sekitar 0,4 – 0,7 °C yang tentu berakibat pada permasalahan pertanian dunia. Bahkan letusan Gunung Tambora juga mengakibatkan kabut kering pada tahun 1816 di Amerika yang tak bisa dihilangkan meski terdapat angin ataupun hujan.
Dampak dari letusan memang berkepanjangan hingga akhir tahun 1816. Meletusnya Gunung Tambora diyakini sebagai penyebab terjadinya wabah tifus di Eropa.
Banyak peternakan yang meninggal akibat perubahan suhu dan juga belerang yang tebal di udara. Bahkan para petani juga gagal panen akibat seringnya hujan dengan intensitas yang sangat tinggi dan musim dingin berkepanjangan di Kepulauan Britania.
Ekosistem Setelah Letusan
Setelah meletus dan dianggap berbahaya untuk didaki, ahli botani dari Swiss bernama Heinrich Zollinger memberanikan diri untuk menengok sisa dari letusan Tambora.
Ia menjadi orang pertama yang mendaki setelah bertahun – tahun tak menunjukkan adanya kehidupan di pulau ini.
Ahli botani tersebut tampak terkejut akan ekosistem yang tumbuh dengan subur di sekitar wilayah Gunung Tambora. Banyak pepohonan seperti casuarina yang tumbuh dan membentuk ekosistem hutan.
Pada sekitar tahun 1907 banyak penduduk yang tinggal di sekitar wilayah Gunung Tambora. Penduduk setempat juga banyak bertani menanam kopi di tahun 1930-an. Perkampungan di areal Gunung Tambora masih terjaga hingga saat ini.
Kesimpulan
Letusan Gunung Tambora memang menjadi letusan yang pernah terekam dalam sejarah sebagai letusan yang paling berpengaruh terhadap iklim dunia.
Tak adanya teknologi pendeteksi gempa membuat mitigasi tidak maksimal sehingga banyak korban berjatuhan. Namun, bukan berarti kita menganggap enteng sebuah letusan gunung berapi meski telah tercipta teknologi pendeteksi gunung meletus.
Sebaliknya, kita patut bersyukur dan tetap waspada sebab kita berdiri diatas lempeng yang sewaktu – waktu bisa terjadi bencana.
Nah, itulah pembahasan mengenai letusan Tambora gegerkan dunia, menarik bukan? kalian bisa mendapatkan banyak informasi menarik seputar astronomi, teknologi dan sejarah hanya di Bicara Indonesia. Sampai jumpa di artikel berikutnya ya!
Sumber:
- Gunung Tambora – Wikipedia