Halo sobat Bicara, kembali lagi di website dengan banyak menyuguhkan informasi menarik yakni Bicara Indonesia. Kali ini kita akan membahas Suku Sentinel, suku sensitif di muka bumi. Pasti sebagian dari kalian sudah tak asing dengan suku ini bukan?
Suku Sentinel bertempat tinggal di sebuah pulau bernama Pulau Sentinel utara yang terletak di Teluk Benggala, India. Suku ini menjadi suku yang paling terisolir di muka bumi. Bahkan suku ini menolak adanya interaksi selain dari golongannya sendiri.
Sudah banyak ekspedisi untuk mengenal lebih dalam menganai Suku Sentinel, namun, seluruh ekspedisi tak pernah menemui titik terang. Lalu apa saja misteri mengenai Suku Sentinel, suku paling sensitif di muka bumi? Simak pembahasannya ya!
Sejarah Suku Sentinel
Suku Sentinel konon berasal telah ada sejah beratus – ratus tahun yang lalu. Memang belum ada fakta ilmiah mengenai keberadaan pasti sejah kapan suku ini menetap di Pulau Sentinel Utara ini.
Pulau ini pertama tercatat dalam sejarah pada tahun 1771 di catatan sebuah buku milik survei hidrografi East India Company. Sejarah juga mencatat bahwa pada tahun 1867 pernah terjadi karamnya sebuah kapal penjejahah di antara kepulauan Andaman.
Untungnya semua penumpang dan awak kapal selamat dan berhasil mencapai bibir pantai. Namun, saat memasuki hari ketiga di pantai tersebut, tiba – tiba ada sekelompok orang menyerang penumpang kapal yang karam tersebut.
Sang kapten bisa kabur dan kembali membawa pasukan penyelamat dan kembali untuk mengusir sekelompok tersebut yang kini disebut sebagai Suku Sentinel.
Kunjungan pertama yang tercatat ke pulau ini dilakukan oleh seorang perwira kolonial bernama Jeremiah Homfray pada tahun 1867. Pada tahun 1880 pernah dilakukan cara untuk menjalin kontak dengan suku Sentinel.
Ekspedisi pertama tersebut dipimpin oleh perwira angkatan laut Inggris Maurice Vidal Portman, yang bertugas sebagai administrator kolonial di Kepulauan Andaman dan Nicobar. Ia memimpin ekspedisi dengan kelompok bersenjata ke Pulau Sentinel Utara.
Hasilnya para penduduk pulau ini melarikan diri entah kemana dan hanya menyisakan perkampungan kecil dengan jalan setapak yang menjadi bukti bahwa ada kehidupan di pulau ini.
Tak lama berselang pasukan ini menemukan 6 orang yakni 1 wanita tua, 1 laki – laki dewasa dan sisanya anak – anak. Ekspedisi itu membawa 6 orang tersebut ke luar pulau.
Namun, tak lama berselang wanita tua dan laki – laki dewasa itu jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Sedangkan 4 orang anak juga jatuh sakit, dan sebelum berakibat buruk, anak – anak Suku Sentinel itu dikembalikan ke pulau Sentinel Utara.
Ciri – Ciri Suku Sentinel
Dalam upaya mengenal lebih jauh mengenai Suku Sentinel, banyak catatan mencirikan suku ini yang terlihat primitif. Suku ini memiliki tubuh dengan tinggi rata – rata sekitar 165 – 180 cm.
Seluruh penduduk dari Suku Sentinel memiliki warna tubuh gelap dan tidak sedikitpun memakai busana. Rambut dari suku ini seluruhnya dipotong pendek dan memiliki jenis rambut ikal.
Suku Sentinel secara umum merupakan sekelompok suku yang telah ada sejak Zaman Batu, dengan beberapa laporan mengklaim bahwa mereka telah hidup terisolasi selama lebih dari 60.000 tahun.
Namun, beberapa antropologi berteori bahwa Suku Sentinel benar – benar muncul dari migrasi secara sengaja dan terbentuk lebih baru daripada teori lainnya yang berkembang.
Catatan sejarah juga menyebutkan pada 1296, penjelajah asal Italia bernama Marco Polo menggambarkan Kepulauan Andaman dihuni oleh “ras yang paling brutal dan buas, memiliki kepala, mata dan gigi seperti anjing.
Mereka sangat kejam, membunuh dan memakan setiap orang asing dengan tangan mereka” ungkap Adam Goodheart dalam The Last Island of the Savages (2000). Suku ini menggunakan bahasa Sentinel atau bahasa dari nenek moyang mereka dalam berkomunikasi sehari – hari.
Beberapa orang yang pernah melihat suku ini juga mengatakan ada beberapa dari suku ini yang membalut tubuhnya dengan cat berwarna merah. Suku ini kemana – mana juga membawa senjata lho sobat bicara, ngeri bukan?
Kejadian di Pulau Sentinel
Kejadian menegangkan pernah terjadi pada akhir 2018 lalu di mana terdapat seorang pemuda bernama John Allen Chau yang pergi secara ilegal ke tempat Suku Sentinel berada.
John menyuap beberapa nelayan untuk membawanya sampai ke pulau Sentinel Utara. Pada hari pertama kunjungannya ia tampak mendapatkan perlawanan dari suku ini dan memaksanya untuk mundur.
Pada hari kedua ia kembali lagi dengan membawa berbagai hadiah seperti kelapa, buah – buahan dan juga sembari berkomunikasi. Di hari kedua tersebut banyak dari Suku Sentinel yang merasa bingung dan bagi John sendiri hal itu merupakan pertanda ia diterima di pulau tersebut.
Di hari ketiga ia kembali dengan memerintahkan si nelayan untuk segera pergi dan meninggalkan John sendirian di Pulau Sentinel Utara.
Sayangnya, tujuan untuk menyebarkan Agama Kristen tersebut gagal dengan meninggalnya John yang dilihat sendiri oleh para nelayan. Keesokan harinya para nelayan kembali dan melihat tubuh John berada di pantai.
Atas tindakan tersebut, kepolisian setempat menetapkan 7 orang nelayan sebagai tersangka karena ikut membantu John masuk pulau secara ilegal. Berita tersebut sempat heboh di dunia lantaran ada seseorang yang berani berkunjung ke pulau tersebut dengan paham resikonya.
Regu penyelamat sempat berwacana akan mengambil jasad John, namun karena resikonya lebih besar membuat langkah tersebut batal dilakukan. Lalu, Pada tahun 2004 Pulau Sentinel juga diterjang oleh Tsunami Samudra Hindia.
Pemerintah India menengok keadaan suku ini, namun mereka malah mendapatkan arahan panah dan menyimpulkan bahwa suku ini baik – baik saja pasca terjangan tsunami. Suku Sentinel lebih dulu mundur dan masuk ke dalam hutan.
Menolak Dunia Luar
Suku ini benar – benar menolak apapun dari dunia luar mulai dari informasi, teknologi, orang asing dan masih banyak lagi. Suku ini memang terkenal primitif dan masih memiliki kepercayaan seperti animisme atau dinamisme.
Bermacam ekspedisi membuat suku ini malah merasa tidak nyaman dan akan berakibat buruk kepada para pendatang. Suku Sentinel konon dapat mengetahui saat ada seseorang yang berkunjung ke pulau tempat suku ini berada lho.
Sehingga tak khayal jika suku ini memakan banyak korban. Masih belum terungkap secara gamblang mengenai alasan suku ini menolak peradaban.
Namun, catatan sejarah membuktikan bahwa mungkin saja suku ini trauma akibat penculikan yang pernah terjadi di masa lampau. Bisa saja terjadi pembullyan antar suku terhadap Suku Sentinel di masa lalu.
Bahkan masih mungkin apabila suku ini memang tercipta untuk hidup bersosialisasi hanya dengan kelompoknya saja.
Langkah Pemerintah India
Pada pertengahan abad 20 tepatnya tahun 1956, Pemerintah India mengambil keputusan yang cukup membuat publik tenang.
Pemerintah menyatakan Pulau Sentinel Utara sebagai cagar kesukuan dan melarang perjalanan dalam jarak 3 mil laut (5,6 kilometer) dari Pulau tersebut. Pemerintah juga melarang adanya fotografi dan bentuk dokumentasi lainnya mengenai pulau dan isinya.
Patroli bersenjata kerap kali dilakukan untuk mencegah gangguan oleh orang asing. Hanya orang – orang dengan akses khusus dari Pemerintah India yang dapat mengunjungi tempat tersebut.
Pemerintah sendiri sadar bahwa membiarkan orang Sentinel (dan daerahnya) benar-benar terisolasi akan berakibat buruk.
Hal itu tentu akan memungkinkan eksploitasi sumber daya alam secara besar – besaran dan ilegal oleh banyak orang dengan tentu membawa persenjataan lengkap.
Bukan tidak mungkin keputusan tersebut akan berkontribusi pada kepunahan suku Sentinel. Oleh karenanya terdapat hukuman berat kepada siapa saja yang secara ilegal masuk ke wilayah Pulau Sentinel Utara.
Kegiatan Suku Sentinel
Menurut catatan ekspedisi suku ini menggunakan panah yang ujungnya terbuat dari besi sebagai alat pertahanan diri. Suku ini terbilang pandai memananah yang terlihat dari banyaknya orang yang pernah menjadi korban keganasan suku ini.
Suku Sentinel juga kaya akan ilmu meramu bahan – bahan yang ada di alam. Ramuan tersebut yang konon menjadi ramuan untuk memperpanjang umur dari Suku Sentinel.
Suku ini memenuhi perut mereka juga dengan cara berburu menggunakan tombak. Tombak tersebut digunakan untuk mencari ikan di laut.
Lalu dari mana ya suku ini memiliki besi sebagai mata pisau dari senjata yang mereka gunakan? Hal ini bisa saja terjadi mengingat pernah adanya ekspedisi, atau bahkan serpihan logam yang terdampar di Pulau Sentinel Utara.
Dalam beberapa catatan sejarah juga menyebutkan bahwa Suku Sentinel suku sensitif ini sudah mengenal yang namanya bercocok tanam. Belum ada kepastian mengenai berapa jumlah suku yang mendiami Pulau Sentinel Utara ini.
Sulit memperkirakan berapa jumlah pasti penduduk Sentinel hingga hari ini. Pada tahun 2001, pemerintah India hanya berhasil menghitung secara kasat mata dari jarak jauh dan mendapati 21 penduduk laki-laki dan 18 perempuan.
Sensus oleh pemerintah India pada tahun 2011 hanya dapat menghitung 15 orang Sentinel karena ada batasan dan ancaman. Survei lain menyebutkan jumlah dari penduduk Sentinel berkisar sekitar 50 hingga 200 an orang dan terus berkembang setiap tahunnya.
Interaksi Awal Suku Ini
Fakta menarik Suku Sentinel suku sensitif di bumi yang terakhir ialah pernah ada interaksi ramah antara penduduk suku ini dengan Anthropological Survey of India (AnSI).
Selama bertahun – tahun para ekspedisi ini mempelajari apapun dari Suku Sentinel melalui catatan sejarah dan pengamatan langsung.
Pada tahun 1991, terdapat seseorang yang cukup menonjol yang membawa Suku Sentinel mau membuka tangan terhadap orang asing, yakni Madhumala Chattopadhyay. Seorang antropologi wanita pertama yang berani berinteraksi dengan Suku Sentinel secara langsung.
Madhumala Chattopadhyay melalui banyak penelitiannya membuat sebuah gebrakan berupa memberikan buah kelapa sebagai hadiah bagi Suku Sentinel.
Tentu saja hal itu sontak membuat banyak orang dari suku ini terlihat senang dan berhasil meredam ancaman yang ditujukan kepada para peneliti.
Ekspedisi ini dilakukan kembali selang beberapa bulan selanjutnya dengan membawa lebih banyak peneliti guna mengenalkan Suku Sentinel kepada dunia luar.
Tak hanya kelapa, ekspedisi ini juga membawa banyak buah – buahan yang tidak ditanam di Pulau Sentinel Utara. Namun, suasana yang ramah berubah menjadi mencekam saat salah satu peneliti ingin melihat kalung buatan suku ini yang terlihat menarik.
Sontak suku ini berteriak kepada para peneliti sebagai isyarat untuk sesegera mungkin meninggalkan pulau Sentinel Utara tersebut. Setelah itu, tak pernah ada lagi ekspedisi yang menjangkau pulau ini.
Madhumala Chattopadhyay pun enggan kembali kesana dengan alasan memberikan ruang bagi Suku Sentinel untuk hidup bebas tanpa campur tangan orang lain.
Kesimpulan
Masih banyak hal yang belum ada jawabannya mengenai suku paling sensitif di bumi ini. Bermacam ekspedisi pernah terjadi namun belum mendapatkan titik terang dalam memberikan sebuah peradaban.
Suku Sentinel mungkin memiliki alasan tersendiri mengenai penutupan diri dengan dunia luar. Namun, di balik itu semua siapapun harus menghargai apa pun pilihan orang lain. Anggap saja hal itu untuk kebaikan antara Suku Sentinel dengan orang lain.
Nah itu dulu pembahasan yang cukup panjang sih, mengenai Suku Sentinel suku sensitif di bumi. Bagaimana menarik bukan? ingat jangan sekali – sekali ke pulau Sentinel lo Sobat Bicara, nanti yang ada hanya namamu saja bagaimana?
Kalian bisa mendapatkan berbagai macam informasi menarik mengenai sejarah, astronomi, misteri dunia dan masih banyak lagi hanya di Bicara Indonesia. Sampai jumpa di artikel berikutnya ya!
Sumber :
- Sentinelese – Wikipedia
- Orang Sentinel, Suku yang Paling Terasing di Dunia – Tirto