DeJa vu menurut Sains Penyakit Otak Serius?

Deja vu – Halo teman bicara, kita berjumpa kembali di artikel menarik selanjutnya. Kali ini kita akan kembali bercerita tentang suatu hal berdasarkan ilmu Sains. Bagi teman bicara yang memang suka dengan Sains, simak baik-baik ya artikel kali ini!

Nah, apakah kalian pernah merasakan deja vu? Sebagian dari kita sebenarnya pernah mengalami hal tersebut. Rasanya memang aneh tapi nyata. Kata Déjà vu berasal dari Bahasa perancis artinya “Sudah terlihat”. Ketika mengalami ini, perasaan kita akan menjadi aneh dan seperti hal ini sudah terjadi sebelumnya.

Melansir dari Sainskompas, menurut How Stuff Works, sekitar 70 persen populasi manusia yang pernah mengalami déjà vu, umumnya berusia 15 hingga 25 tahun. Artinya, orang-orang yang mengalami fenomena ini adalah kaum muda.

So, seperti apa sih Déjà vu itu menurut ilmu Sains? Yuk kita bedah selengkapnya berikut ini:

Arti kata Deja Vu

Ya, istilah Deja vu ini ternyata diciptakan oleh seorang ilmuwan Perancis yang bernama Emile Boirac di tahun 1876. Kata “deja vu” memiliki arti pernah dilihat dalam Bahasa Indonesia. Sebenarnya, fenomena ini muncul dalam situasi yang bervariasi.

Bukan hanya deja vu, tetapi ada juga penyebutan istilah lainnya seperti deja vecu atau pernah dialami, deja senti atau pernah dipikirkan dan deja visite atau pernah dikunjungi. Bukan saja fenomena déjà vu, yang dapat dialami, tetapi ada juga fenomena Jamais Vu atau tak pernah dilihat.

Bersifat Tak Terduga

Seorang peneliti bernama Dr. Akira O’Connor yang juga seorang Psikolog dari Universitas of St Andrews, menyebutkan bahwa fenomena deja vu ini sering muncul tanpa disengaja.

deja vu merupakan fenomena tak terduga yang muncul dari pengalaman hidup

Artinya fenomena ini muncul dalam pengalaman hidup manusia secara tak terduga. Menurutnya, justru karena hal inilah, déjà vu menjadi cukup sulit untuk dipelajari secara intensif di laboratorium khusus.

Terjadi Tak Sengaja di Otak

Di tahun 2006, para ilmuwan dari Leeds Memory Group, merasa telah berhasil menciptakan sebuah sensasi déjà vu yang sering dialami banyak orang muda ini. Penelitian ini menggunakan hypnosis agar bisa memicu bagian dari proses pengenalan otak pada diri seseorang.

fenomena deja vu terjadi secara tak sengaja di otak

Otak kita akan mencari tahu ingatan untuk merasakan dan melihat sebuah kejadian, lalu menemukan yang sesuai. Saat proses tersebut, area terpisah dari otak mengatakan itu sebagai suatu yang familiar. Kedua proses ini bisa dipicu oleh hal yang tidak sengaja terjadi di otak kita sehingga menjadi deja vu.

Memori yang tidak berfungsi

deja vu dianggap seperti gangguan otak jangka panjang dan pendek

Ilmuwan lainnya juga menganggap fenomena déjà vu sebagai suatu gangguan jangka panjang dan jangka pendek dalam otak manusia. Setiap informasi baru yang diterima otak kita, akan mengambil jalan pintas langsung ke ingatan jangka panjang. Jika hal itu terjadi, maka mekanisme menyimpan informasi di otak akan terlewati. Maka Dari itu, muncul sensasi seperti mengalami sesuatu di masa lalu.

Deja vu Sebuah Kenangan Palsu

Berbeda dengan pendapat dari Valerie F Reyna, Psikolog ini mengatakan bahwa fenomena seperti pernah mengalami kejadian sebelumnya adalah suatu kenangan palsu.

kenangan palsu begitulah deja vu menurut psikolog

Menurutnya, deja vu adalah sebuah kenangan palsu dari jenis disasosiasi memori yang dapat membedakan realita dari ingatan seseorang. Salah satu yang dimaksud kenangan palsu ini seperti kamu memimpikan sesuatu, dari hal yang kamu lihat di film atau di dunia nyata.

Memori yang Tidak Cocok

Dr. Akira O’Connor juga kembali meneliti hal ini dan mengungkapkan fakta baru. Menurutnya, deja vu bisa jadi merupakan tanda otak manusia sedang melakukan pengecekan memori di kepalanya. Ia telah mengamati otak dari 21 peserta untuk percobaan penelitiannya. Setelah itu, Dr Akira memberi daftar kata-kata terkait seperti malam, tidur sebentar, tidur siang dan lain sebagainya.

mengingat kata terakhir sebelum tidur

Ketika tertidur, para peserta cenderung menyebutkan kata yang mereka ingat sebelum tertidur. Menurutnya, daerah frontal otak kita dapat membolak-balikan ingatan kita. Area otak tersebut mengirimkan sinyal terkait ketidakcocokan antara yang dipikirkan dengan kejadian sebenarnya.  

Persepsi yang Terbagi

Teori lainnya tentang fenomena ini juga datang dari seorang peneliti bernama Alan brown. Menurutnya, seorang manusia yang berinteraksi dengan sekitarnya, akan bisa mengingat apa yang terjadi tetapi hal ini menjadi tugas alam bawah sadarnya.

mengingat yang terjadi tetapi di alam bawah sadarnya

Sebagai contoh, jika kita memasuki ruangan pertama kalinya, otak akan merekam secara visual, sehingga seolah-olah kita pernah masuk ke ruangan itu sebelumnya. Ini juga membuktikan bahwa otak memiliki kemampuan yang terbatas.

Fenomena Otak Berkedut

deja vu menurut para ilmuwan kemungkinan seperti otak berkedut

Melansir dari laman Tirto, deja vu juga bisa terkait dengan fenomena otak berkedut. Bisa jadi, deja vu ini merupakan otak yang berkedut yang terjadi di bagian otak yang fungsinya untuk mengirimkan sinyal. Akibatnya memori menjadi aktif. Para penderita epilepsy dan juga kerap mengalami fenomena yang seperti pernah mengalami sebelumnya ini.

Kesimpulan

Dari semua pendapat dari para ilmuwan yang juga meneliti tentang fenomena deja vu ini, sepertinya fenomena tersebut masih mejadi misteri ya. Para peneliti masih terus menggali apa yang menjadi penyebab dari fenomena ini.

Belum dapat dipastikan apakah ini memang kemampuan otak manusia dalam mengingat serta memvisualisasikan sesuatu di dunia nyata, atau memang ini gangguan otak yang cukup serius? Menurut kalian bagaimana teman bicara, berikan komentar kalian ya!

Demikian artikel deja vu kali ini. Semoga ini dapat menambah wawasan kalian tentang fenomena yang cukup sering dialami banyak orang ini. Sampai jumpa lagi di artikel selanjutnya ya!

Sumber :

  • Sains pun Keteteran Menjelaskan fenomena Déjà vu – TirtoID
  • Kenapa kita mengalami Déjà vu Sains Menjelaskan – Sainskompas