Jika ingat akan Soekarno pasti kamu ingat dengan Hatta. Dua orang ini sering dianggap pasangan yang sangat kompak bahkan disebut dengan dwitunggal. Siapa sangka ternyata ada konflik di balik kepemimpinan Soekarno Hatta.
Konflik Kepemimpinan Soekarno Hatta Sejak Masa Perjuangan
Ternyata konflik keduanya sudah berlangsung di saat masa perjuangan kemerdekaan yang terjadi pada 1930-an. Perbedaan itu dimulai dari perbedaan pandangan politik keduanya. Strategi Bung Karno lebih banyak penggalangan massa sementara Hatta lebih banyak ke elit yang terdidik.
Memang sejak awal sudah terjadi perbedaan di antara keduanya. Dalam sebuah buku dengan judul “Untuk Negeriku: Berjuang dan Dibuang”, konflik pertama kepemimpinan Soekarno Hatta terjadi saat Soekarno ditangkap oleh Belanda. Kala itu, Soekarno ditangkap bersama dengan Maskun Sumadireja dan Gatot Mangkupraja.
Setelah peristiwa tersebut, Partai Nasional Indonesia yang didirikan oleh Soekarno akhirnya bubar. Kemudian, sebuah partai baru terbentuk bernama Partai Indonesia alias Partindo. Dalam kejadian ini, Hatta amat merasa kesal dengan langkah politik yang diambil Soekarno karena caranya malah membuat pergerakan rakyat jadi melemah.
Meski gesekan tersebut sudah terjadi sejak awal, namun keduanya tetap berjuang bersama-sama dalam mencapai kemerdekaan. Bahkan, kedua namanya sama-sama tercantum dalam teks proklamasi. Sayangnya, hubungan keduanya tidak selalu berjalan mulus.
Puncak Konflik Kepemimpinan Soekarno Hatta Pada 1956
Kepemimpinan Soekarno Hatta harus mengalami konflik pada 1956. Hal ini dimulai dari Soekarno yang menawarkan sebuah sistem politik baru dan diberi nama demokrasi terpimpin. Soekarno mempunyai pandangan bahwa sistem parlementer bisa membuat negara jadi tidak stabil. Selain itu, bisa mengalami kebuntuan saat mengambil keputusan.
Ia berpendapat bahwa semua keputusan akhirnya akan diberikan ke seorang saja alias pemimpin negara. Saat itulah Hatta tidak sepakat dan menyatakan keberatannya terhadap apa yang diputuskan oleh Soekarno. Selain itu, Hatta juga merasa tidak sepakat dengan gaya dan cara Soekarno dalam memimpin. Pada 20 Juli 1956, Hatta sempat mengajukan sebuah surat untuk mengundurkan diri ke DPR.
Selama menjalin kerja sama kepemimpinan, Hatta mengungkapkan bahwa dirinya hanya bekerja untuk mengurus koperasi. Segala keputusan politik yang diambil oleh Soekarno kala itu bahkan tidak dibicarakan dengan Hatta. Hal ini menjadi alasan paling mendasar mengapa Hatta memutuskan untuk mengundurkan diri.
Pertemuan Terakhir Soekarno Hatta
Setelah Hatta mengundurkan diri, Soekarno dan Hatta tak banyak berhubungan intens. Kepemimpinan Soekarno Hatta kala itu memang banyak disoroti karena menjadi awalan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Siapa sangka meski mengalami konflik, keduanya tetap menjalin hubungan baik.
Sekitar 19 Juni 1970, Hatta mendapatkan surat dari salah satu karyawan Soekarno. Surat itu mengabarkan bahwa Soekarno kondisinya semakin gawat sehingga memerlukan perawatan intensif. Karyawan yang bernama Masagung juga menjelaskan bahwa ini adalah saat tepat untuk bertemu Soekarno karena kala itu ia sedang menjadi tahanan rumah.
Ketika mendapatkan kabar itu, Hatta pun langsung menghubungi beberapa pihak agar bisa menjenguk Soekarno. Ia menghubungi Sekretaris Militer, Letjen Tjokropranolo untuk melanjutkan keinginan Hatta kepada Presiden Soeharto. Akhirnya, Hatta mendapatkan izin untuk menjenguknya pada pukul 5 sore.
Rombongan kala itu yang hadir adalah Mohammad Hatta bersama kedua putrinya. Ikut serta pula Tjokropranolo. Saat sampai di sana, semua rombongan masuk ke dalam Soekarno kecuali Tjokropranolo. Hatta pun menemukan sosok Soekarno terbaring tidak sadarkan diri.
Perawat pun menjelaskan bahwa kondisi Soekarno ini sudah terjadi beberapa hari. Setelah menunggu kurang lebih 10 menit, Hatta pun berniat pulang karena Soekarno tak menunjukkan tanda siuman. Hatta yang kala itu siap bergegas pulang tiba-tiba menemukan bahwa Soekarno membuka mata. Ia pun bergegas kembali mendekati sahabatnya.
Pertemuan Terakhir yang Penuh Haru
Menurut pengakuan Mutia, anak Mohammad Hatta yang kala itu hadir, sang ayah sempat menanyakan kabar. Soekarno kala itu tidak menjawab. Memang kondisinya sangat sulit untuk berbicara. Tapi Mutia mendengarkan samar-samar Soekarno mengucapkan “hoe gaat het” yang artinya apa kabarmu.
Meutia sendiri tidak mengerti kata yang sedang diucapkan Soekarno. Tapi Hatta paham dengan apa yang dimaksud Soekarno. Hatta juga sempat menjawab dan menguatkan Soekarno agar tawakal kepada Allah dan mendoakan supaya lekas sembuh.
Suasana di ruangan tersebut tentu mengharukan. Hatta ada di samping tempat tidur Soekarno. Sementara Meutia dan sang saudara berdiri di belakang Hatta dekat kaki Soekarno. Meski kepemimpinan Soekarno Hatta selalu diwarnai konflik, tetapi keduanya tidak memutuskan tali persahabatan dan persaudaraan.
Tak sampai situ saja, Soekarno sempat ingin menggapai kacamata miliknya. Akhirnya dengan dibantu perawat, Soekarno memakai kacamata. Dalam posisi tertidur tampak tetesan air mata turun dari mata Soekarno. Hatta pun menghibur dengan memegang tangan sembari memijat kakinya secara perlahan. Keduanya tak melakukan pembicaraan apapun.
Menurut Meutia, tidak ada kata-kata lagi karena keduanya sudah saling memaafkan. Semua orang di situ menyadari bahwa ini adalah tahap akhir dari kehidupan Soekarno. Semuanya pun hanya bisa saling mendoakan dan seakan-akan mengetahui bahwa kedua proklamator ini akan berpisah selama-lamanya.
Ternyata memang benar bahwa momen tersebut jadi momen terakhir. Soekarno meninggal dunia dua hari setelahnya, lebih tepatnya Minggu 21 Juni 1970. Sebuah momen pertemuan terakhir yang penuh haru menjadi kenangan terindah dari persahabatan kedua tokoh Indonesia ini.
Siapa sangka di balik kepemimpinan Soekarno Hatta, keduanya mengalami konflik yang begitu besar. Tapi kisah persahabatan keduanya memang tak perlu diragukan sampai akhir hayat.
Ada banyak cerita di balik sejarah yang mungkin tak diketahui banyak orang. Ketahui semua kisah sejarah tersebut hanya di Bicara Indonesia. Jangan sampai ketinggalan beritanya ya!
Sumber :
- Menguak Alasan di Balik Pecahnya Dwitunggal Soekarno-Hatta – Republika
- Dwitunggal Sukarno-Hatta, Cerita Konflik dan Hormat 2 Sahabat – CNN Indonesia
- Pertemuan Terakhir Sukarno-Hatta – Historia