Luar angkasa memiliki ribuan fenomena alam yang tidak bisa ditangkap oleh manusia. Fenomena-fenomena yang terjadi, ada beberapa yang bisa ditangkap oleh teknologi manusia.
Salah satunya adalah badai yang terjadi di Tata Surya, yang terjadi di luar Bumi. Badai di Tata Surya tersebut terjadi di bintang dan planet-planet yang dapat kita amati.
Planet dan bintang itu adalah Jupiter, Saturnus, Matahari, Mars, dan Venus. Bahkan badai-badai yang terjadi di sana membuat fenomena alam yang besar, lho.
Kali ini Bicara Indonesia akan membahas badai di Tata Surya yang terjadi di keempat benda langit tersebut.
Bintik Merah Besar di Jupiter
Bintik merah besar atau Red Giant Spot dikenal sebagai badai besar yang terjadi di planet Jupiter. Badai tersebut tidak pernah berhenti bahkan mungkin sejak tahun 1665 saat pertama diamati.
Badai yang luar biasa besar itu bisa saja menelan seluruh Bumi karena mencapai ketinggian 8 kilometer di atas puncak awan.
Selain itu ia memiliki pusaran 24 ribu sampai 40 ribu kilometer, jauh lebih besar dibandingkan Bumi yang memiliki jari-jari sebesar 6.371 kilometer.
Badai tersebut bergerak berlawanan arah jarum jam. Tampak jelas terlihat dari atmosfernya, badai itu biasanya berwarna jingga atau pink, bahkan cokelat.
Para ilmuwan mengira warna tersebut dihasilkan dari senyawa belerang dan fosfor.
Biasanya, badai di planet gas raksasa itu bergerak dengan kecepatan 400 kilometer per jam. Badai terkondensasi air, amonia, atau keduanya pada tingkat yang lebih rendah.
Badai Matahari
Badai Matahari adalah fenomena yang biasa terjadi. Bintang yang menjadi pusat Tata Surya tersebut terletak 149 juta kilometer dari Bumi. Meski sangat jauh, ketika Matahari terjadi badai, efeknya sampai ke Bumi.
Ejeksi massa korona terjadi saat medan magnet menjerat dan membentuk suar. Atmosfer matahari atau korona tersebut dapat meledak akibat letusan badai.
Perlu diketahui, matahari tidak terdiri dari api. Matahari memiliki plasma panas yang dapat mendidihkan elektron sehingga menciptakan gas bermuatan medan magnet.
Badai matahari menimbulkan berbagai masalah di Bumi, salah satunya adalah memicu kebakaran besar.
Juga mengganggu komunikasi telegraf global. Hal itu diakibatkan radiasi sinar X dan ultraviolet yang menghantam Bumi.
Badai Matahari yang terjadi setiap 11 tahun sekali tersebut masih dapat dihadapi oleh Bumi yang memiliki lapisan atmosfer dan ozon.
Selain menyebabkan gangguan, badai matahari juga menyebabkan penampakan aurora yang dapat dinikmati hingga Karibia.
Badai Debu Mars
Mars tidak lepas dari fenomena badai debu. Berdasarkan observasi yang dilakukan sejak 1950-an, badai debu tersebut menutup bagian Mars hampir seluruhnya. Badai tersebut juga berkontribusi atars hilangnya air di Mars.
Badai debu di Mars bahkan berevolusi dari waktu ke waktu. Pada 2018 lalu merupakan badai terbesar yang terjadi di Mars, dan menutupi seperempat planet dalam waktu seminggu.
Badai debu ini mencapai tinggi 80 meter. Akibat debu itu, wahana NASA Opportunity akhirnya rusak dan tidak dapat berfungsi lagi setelah para astronaut kehilangan kontak dengan Opportunity.
NASA menyebut badai tersebut adalah peristiwa debu yang mengelili planet secara utuh.
Badai debu Mars sebelum 2018 terjadi pada 2007. Pada saat itu, badai Mars juga merusak wahana Opportunity yang mendarat di situs kawah Gale. Opportunity mendarat di Mars sejak 2004.
Akibat badai tersebut Opportunity juga kehilangan kontak selama berhari-hari karena tingkat daya rendah dan kurangnya sinar matahari.
Badai Besar Saturnus
Saturnus merupakan salah satu planet gas yang memiliki cincin. Selain memiliki cincin yang terlihat berwarna-warni, ternyata planet jovian tersebut sering terjadi badai.
Badai tersebut pernah terjadi di beberapa bagian saturnus. Pada 13 Juli 2011 silam, badai besar di Saturnus berkembang dari ririk kecil muncul pada 12 minggu sebelumnya di lintang utara Saturnus. Badai itu diamati secara intens oleh NASA Voyager.
Badai tersebut memiliki luas 4 miliar kilometer persegi atau sebesar delapan kali liuas permukaan Bumi. Badai yang mengitari Saturnus tersebut dari utara ke selatan memiliki jarak 15 ribu kilometer.
Kecepatan awannya mencapai 330 mph. Selain itu, Saturnus mengalami badai Heksagon. Badai itu juga terletak di lintang utara Saturnus.
Ketinggian badai Heksagon mencapai 100 kilometer dari awan. Badai itu pertama kali dilihat oleh wahana Voyager pada 1981.
Selain ukurannya mencapai 2 ribu kilometer, kecepatan badai itu sebesar 330 mil per jam atau setara 500 kilometer per jam.
Wah, kelihatannya badai itu dapat menghancurkan permukaan Bumi dalam beberapa kali putaran.
Badai Planet Venus yang Dahsyat
Planet terpanas di Tata Surya ini memiliki badai yang sedikit berbeda dengan planet-planet lainnya.
Bukan badai yang mirip di Bumi, seperti badai salju atau hujan. Badai ini berupa topan yang berukuran sebesar benua Eropa yang terletak di Kutub Selatan.
Badai tersebut memiliki dua vortisitas, sehingga disebut “mata ganda”. Vortisitas adalah pusat rotasi. Uniknya dari badai ini dua pusat rotasinya berada pada dua ketinggian yang berbeda. Sehingga sering sekali berubah bentuk.
Badai tersebut tidak pernah hancur alias “abadi”. Sama seperti planet Jupiter, badai itu “abadi” karena evolusi konstan badai sehingga akan terus berkembang.
Badai itu diyakini sebagai struktur permanen di atmosfer Venus. Atmosfer Venus sendiri berputar 60 kali lebih cepat dari rotasi planet itu sendiri.
Perlu diketahui, Venus memiliki petir kilat yang tersusun dari asam sulfat dan bergerak lebih lambat dibanding petir di Bumi.
Petir ini juga tidak menyambar kita saat kita berada di permukaan Venus. Hal itu dikarenakan presipitasi (setiap kondensasi uap di atmosfer) di Venus menguap 22 mil di atas permukaannya.
Kesimpulan
Itulah 5 badai yang paling dahsyat yang terjadi di Tata Surya. Badai itu terjadi di planet-planet seperti Mars, Venus, Saturnus, Jupiter, dan bintang seperti Matahari. Badai di Jupiter dikenal dengan Red Giant Spot atau Bintik Merah Raksasa.
Di Saturnus sebetulnya ada banyak badai, tetapi hanya dua yang terkenal, salah satunya badai Heksagonal. Sedangkan Badai Matahari terkenal dengan sifatnya yang bisa menyebabkan gangguan di Bumi.
Berbeda dengan Bumi, Mars memiliki badai pasir raksasa yang dapat menelan permukaan Mars itu Sendiri. Di Venus, badai dahsyat mengalami evolusi, sehingga dikenal dengan bagian dari planet itu sendiri.
Sebetulnya Bumi juga dikenal berbagai badai yang merusak. Selain merusak, badai itu merugikan makhluk hidup lain meski tak sebesar badai di kelima benda langit di atas.
Sumber :
- Photos: The Most Powerful Storms of the Solar System – Space.com.
- Three of the Biggest Storms in Our Solar System that Don’t Mess Around – Astronaut.
- The Immortal “Double-Eye” Storm of Venus – Global Weather & Climate Center.
(Diakses 17 Juni 2020)