Halo ketemu lagi di Bicara Indonesia. Kali ini Bicara akan membahas sejarah manusia Neanderthal yang memiliki nama Homo neanderthalensi. Ternyata, kehidupan Neanderthal dan Sapiens memiliki sejarah panjang yang masih sulit untuk dipecahkan. Beberapa ilmuwan menjabarkan fakta Neanderthal punah gara-gara sapiens. Benarkah begitu?
Manusia Neanderthal
Homo neanderthalensis dikenal dengan nama panggilan Neanderthal. Manusia Neanderthal hidup sekitar 400.000-40.000 tahun yang lalu. Neanderthal hidup di Eropa dan Asia Tengah, meski memiliki persebarannya sendiri. Ia merupakan kerabat terdekat manusia yang memiliki ciri wajah yang besar dan tubuh yang pendek dibandingkan tubuh Homo sapiens. Otak mereka seringkali lebih besar dari Sapiens, sebanding dengan tubuhnya yang kuat.
Tubuhnya yang pendek dan kekar. Dengan ukuran tengkorak yang jauh lebih besar memiliki kegunaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Rata-rata ukuran tubuh mereka untuk laki-laki 164 cm dengan rata-rata berat 65 kg. Sedangkan Neanderthal perempuan memiliki tinggi rata-rata 155 cm dengan berat 54kg.
Dalam keseharian, mereka merupakan pemburu. Mereka menggunakan beragam alat-alat serpihan canggih untuk memburu hewan. Beberapa ilmuwan mengatakan, Sapiens memperlajari alat-alat Neanderthal untuk berburu. Neanderthal juga membuat pakaian, tempat tinggal gua, juga membuat benda-benda ornamen. Bahkan, ada bukti jika mereka juga menandai kuburan dengan persembahan.
Neanderthal memiliki cara bertahan hidup di musim dingin. Mereka merupakan pemakan daging yang banyak. Mereka berburu saar musim dingin. Dapat dibilang mereka adalah pemburu musiman. Mereka juga memakan makanan nabati saat musim-musim yang memungkinkan.
Penemuan fosil Neanderthal pertama pada 1829. Fosil tersebut awalnya tidak diketahui sebagai Neanderthal. Penemuan-penemuan fosil terus berlanjut dari tahun ke tahun. Hingga pada 1864 Neanderthal menjadi fosil spesies hominin yang pertama diberi nama. Nama Neanderthal munvul dari William King karena fosil-fosil tersebut ditemukan di Gua Feldhofer di Lembah Neader, Jerman.
Neanderthal dan manusia modern (Sapiens) berevolusi dari nenek moyang yang sama dari 700.000 dan 300.000 tahun yang lampau. Hal itu dibuktikan dari bukti fosil dan genetik. Mereka berasal dari genus yang sama yaitu Homo dan menempati geografis yang sama. Tetapi mereka mungkin memiliki interaksi yang sedikit.
Kepunahan Neanderthal yang Jadi Perdebatan
Hanya dalam beberapa ribu tahun setelah Sapiens pindah ke Eropa, jumlah Neanderthal menyusut sangat pesat hingga berada di titik kepunahan. Saat Sapiens muncul, populasi Neandhertal beriksar antara 10.000 – 70.000. Jejak Neanderthal menghilang sekitar 40.000 tahun yang lalu. Fosil Neanderthal terakhir ditemukan di daerah kecil di Eropa Barat.
Fakta Neanderthal punah gara-gara sapiens tidak dapat ditelan mentah-mentah. Faktor-faktor kepunahan Neanderthal masih menjadi perdebatan. Meski kepunahan tidak hanya terdiri dari satu faktor saja. Ada studi dari Nature Communications yang mengatakan bahwa penularan penyakit kompleks dari Sapiens ke Neanderthal di Eropa dan Asia memainkan pernanan penting dari kepunahan Neanderthal.
Para peneliti mengatakan bahwa hal itu mirip dengan yang terjadi saat orang-orang Eropa tiba di Amerka pada abad 15 dan 16. Penduduk asli kalah karena penyakit orang-orang imigran yang lebih kuat. Hal itu bisa menjadi tambahan catatan arkeologis tentang kepunahan Neanderthal.
Beberapa peneliti juga mengatakan bahwa Neanderthal punah bukan atas kesalahan Homo Sapiens. Melainkan karena faktor demografis. Di sini para ilmuwan menjabarkan tiga faktor yang menyebabkan kepunahan Neanderthal. Pertama, perkawinan sedarah yang menyebabkan ketidaksuburan. Kedua adalah populasi yang gagal tumbuh dan bebeapa faktor sulitnya hidup nomaden. Ketiga, adanya fluktuasi alami terkait tingkat kelahiran, kematian, dan rasio jenis kelamin.
Ada pula Teori Penggantian. Yakni Sapiens dengan sesamanya memiliki perbedaan yang dapat menimbulkan pertumpahan darah. Bahkan teori ini memiliki bukti arkeologis yang kuat. Sapiens mengalangkah Neanderthal dalam urusan untuk bertahan hidup. Bahkan, toleransi tercatat bukan merupakan ciri khas Sapiens.
Faktor-faktor kepunahan di atas memiliki kemungkinan untuk terjadi. Pasalnya, pada masa itu, sejarah tidak tercatat seperti layaknya mencatat di buku sejarah. Pada masa itu hanya meninggalkan fosil, alat-alat, dan benda-benda lainnya. Terdapat tirai kesenyapan. Banyak hal yang sulit untuk dapat ditelusuri manusia pada puluhan ribu tahun yang lalu.
DNA Sapiens-Neanderthal
Meski tidak melepas kemungkinan terjadi perkawinan antar Neandhertal dan Sapiens, tetapi tiap spesies memiliki ketertarikan seksual kepada spesies lainnya itu jarang. Sapiens dan Neandhertal bisa kawin silang. Sehingga, Neanderthal tidak sepenuhnya hilang dan gen itu tersimpan dalam Sapiens.
Sapiens saat ini memiliki DNA Neanderthal. Hal itu diakibatkan terjadinya perkawinan silang antar Sapiens dan Neanderthal. Orang-orang Eurasia memiliki DNA sebanyak 1 sampai 4 persen DNA Neanderthal. Meski kecil, fakta itu tidak dapat disingkirkan. Fertilitas perkawinan antara Sapiens dan Neanderthal dipertanyakan.
Pasalnya, kedua spesies yang berbeda tersebut biasanya menghasilkan keturunan yang tidak subur. Namun tidak berarti ada kemungkinan mereka memiliki keturunan yang subur sehingga DNA Neandhertal bertahan sampai sekarang. Namun, potongan DNA tesebut bisa berbeda-beda dengan manusia lainnya.
Penemuan itu berdasarkan penelitian yang membandingkan DNA Neanderthal dengan Sapiens saat ini. Sisa-sisa Neanderthal saat itu ditemukan di Gua Vindija, Kroasia. Ketiga fosil itu hidup antara 38.000 dan 44.000 tahun yang lalu.
Pada 2013, para ilmuwan merangkai genom Neanderthal dari gua di Siberia. Fosil Neanderthal itu merupakan fosil perempuan yang dikenal dengan Neanderthal Altai. Perbandingannya sangat rinci. Dia membandingkan genom Altai dengan 1000 Sapiens modern. Para ilmuwan yang meneliti menemukan bahwa 20% genom Neanderthal dapat ditemukan pada tubuh manusia saat ini.
20% tersebut tersebar di berbagai populasi. Bahkan bisa saja lebih banyak. DNA Neanderthal itu lebih merata di beberapa bagian. Varian gen tersebut juga mempengaruhi penyakit dan perilaku. Misalnya, hampur 80% ras Eurasia memiliki gen Neanderthal.
Gen tersebut menciptakan keratin yang halus. Sehingga kebanyakan ras Eurasia memiliki kulit, rambut, dan kuku yang kuat. Bahkan karena itu pula, orang-orang Eurasia dapat bertahan di cuaca yang dingin mengingat Sapiens muncul dari Afrika-Asia, sebuah tempat beriklum tropis.
Kesimpulan
Fakta Neanderthal punah gara-gara Sapiens bukan merupakan faktor tunggal. Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan kepunahan. Para peneliti masih menggali berbagai faktor lainnya agar. Pasalnya, pada masa itu leluhur hanya meninggalkan fosil, alat-alat, dan benda-benda lainnya.
Sehingga terdapat tirai kesenyapan yang membuat kita sulit untuk menyusuri alasan punahnya manusia-manusia purba yang hidup bersamaan dengan Sapiens. Meski begitu, Neanderthal “hidup” dalam gen di beberapa manusia modern saat ini.
Sumber:
- Sapiens – Yuval Noah Harari.
- Homo neanderthalensis – Human Origins.
- Bad luck may have caused Neanderthals’ extinction – study – The Guardian.
- Stanford scientists link Neanderthal extinction to human diseases – Stanford.
- Neanderthal: ARCHAIC HUMAN – Encyclopedia Britannica.
- What did the Neanderthals do for us? – BBC Earth.
- DNA Mengungkap, Perkawinan Neanderthal dan Manusia Sering Terjadi – Kompas Sains.
(Diakses pada 12 April 2020)