revolusi industri mengakibatkan munculnya flu spanyol

Dunia pernah dihantam pandemi bertubi-tubi. Salah satunya adalah pandemi Flu Spanyol pada 1918 hingga 1920. Flu Spanyol menyebabkan sekiranya 50 hingga 100 juta orang meninggal. Salah satu penelitian berjudul Spanish Flu, SARS, MERS-CoV by CO2 Emission and Maximal Sunspot Number, memaparkan Flu Spanyol dampak dari Revolusi Industri.

Benarkah Flu Spanyol dampak dari Revolusi Industri? Kali ini Bicara Indonesia akan membahas sejarah dari Flu Spanyol dan penjelasannya secara ilmiah, bagaimana virus tersebut bisa disebabkan oleh Revolusi Industri.

Flu Spanyol Merebak Pada 1918

Pandemi Flu Spanyol yang terjadi pada 1918 merupakan pandemi terburuk dalam abad 20. Bahkan, mungkin saja paling parah bersamaan dengan Wabah Hitam atau Black Death. Pandemi Flu Spanyol menyebar ke seluruh dunia dalam kurun waktu 1918 hingga 1919. Diperkirakan 500 juta orang dari populasi seluruh dunia terinfeksi virus tersebut. Jumlah kematiannya diperkirakan 50 hingga 100 juta orang yang meninggal.

Angka kematiannya cukup tinggi, menyebar ke seluruh usia mulai dari anak-anak usia 5 tahun, dewasa berusia 20-40 tahun, hingga lansia yang berusia 65 tahun ke atas. Virus Flu Spanyil diidentivikasi sebagai 19 H1N1 diketahui merupakan virus yang menyebar melalui unggas burung.

Pada saat itu, kepanikan melanda dunia. Saat-saat itu dunia sedang krisis, terutama negara Eropa yang terlibat Perang Dunia I. Saat itu belum ditemukan vaksin untuk melindungi diri dari Flu Spanyol. Begitu pula belum adanya penemuan antibiotik yang mengobati infeksi bakteri yang berkaitan dengan virus H1N1.

Sifat virus influenza tersebut samgatlah ganas. Ia dapat merusak saluran pernapasan. Pengendaliannya pada saat itu terbatas pada karantina, kebersihan, physical distancing (pembatasan pertemuan publik), dan penggunaan disinfektan. Sayangnya, langkah-langkah tersebut tidak efektif karena tidak merata. Jika dilihat dari penyebarannya, penyebaran virus influenza tersebut juga cepat dan meluas.

Virus tersebut pertama kali menyebar melalui tentara Amerika Serikat dari kamp militer yang menyebabkan gelombang pertama Flu Spanyol pada musim semi 1918. Beberapa penelitian melacak flu tersebut berasal dari Camp Funston di Fort Riley, Kansas. Pada Maret 1918, sebanyak 84 ribu tentara Amerika bergerak ke Atlantik, dengan pasukan susulan pada bulan April sebanyak 118 ribu.

Flu Spanyol tidak berasal dari Spanyol. Liputan tentang virus tersebut berasal dari Madrid, Spanyol. Spanyol adalah negara netral yang tidak terlibat Perang Dunia I. Pada saat itu, penanganan Flu Spanyol sangat buruk. Banyak negara yang menutupi berita dan informasi tentang flu tersebut. Sehingga banyak masyarakat yang meyakini flu tersebut berasal dari Spanyol karena Spanyol membuka informasi pertama tentang adanya wabah itu.

Flu Spanyol Dampak dari Revolusi Industri

Dampak dari Revolusi Industri

Mutasi virus pada gelombang pertama, orang yang terinfeksi virus tersebut mengalami gejala flu, menggigil, demam, dan kelelahan. Gelombang kedua Flu Spanyol paling mengerikan. Orang yang terinfeksi dapat meninggal dalam hitungan jam atau hari. Gejalanya kulit akan membiru dan paru-paru dipenuhi cairan.

Berdasarkan jurnal penelitian berjudul Spanish Flu, SARS, MERS-CoV by CO2 Emission and Maximal Sunspot Number, meningkatnya emisi karbondioksida dari pembakaran bahan bakar fosil memiliki kaitan erat dengan menyebarnya virus 19 H1N1 yakni penyebab Flu Spanyol. Hal ini bermula dari Revolusi Industri Kedua yang membuat emisi polusi meningkat.

Revolusi industri dikenal dengan perubahan besar-besaran produksi industri seperti bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan masih banyak lainnya. Revolusi Industri Pertama terjadi antara tahun 1750 sampai 1850. Sedangkan Revolusi Industri Kedua terjadi pada periode waktu 1870 hingga 1914.

Peningkatan emisi karbondioksida membuat lapizan ozon menipis sehingga membuat radiasi ultraviolet memapar hingga membuat peningkatan suhu dan mencarikan es. Sehingga, membuat gangga di bawah es berkurang. Gangga yang berkurang membuat Penguin yang memakan alga tersebut kelaparan dan membuatnya rentan terhadap virus AVI (Avian Influenza Virus), virus melalui burung.

AVI menular ke burung-burung yang bermigrasi ke Atlantik Timur, Laut Hitam atau Mediterania, Afrika Timur, kemudian ke Asia Barat. Kemungkinan terjadi kontak burung migran yang terinfeksi virus tersebut kepada burung domestik liar. Burung domestik kemudian menyebarkannya ke manusia dan menyebabkan kematian dengan jumlah yang sangat besar.

Tidak hanya Flu Spanyol, adanya perubahan suhu global juga menjadi penyebab beberapa penyakit menular lainnya seperti SARS dan MERS. Radiasi ultraviolet dapat mengakibatkan mutasi virus akuatik yang dapat mengarah ke SARS yang terjadi di Guangdong. Virus SARS berimbas ke biota laut seperti tiram yang dikonsumsi oleh manusia.

Belajar dari Pandemi Flu Spanyol

Adaya pandemi Covid-19 mengingatkan kita pada sejarah pandemi Flu Spanyol yang sering “terlupakan”. Beberapa orang melupakan Flu Spanyol karena adanya Perang Dunia Pertama dan ditutupi oleh pencatatan sejarah yang buruk. Pandemi Covid-19 dan Flu Spanyol sama-sama merupakan ancaman global di waktu yang berbeda. Tetapi memiliki kerusakan yang sama.

Pandemi Covid-19 dan Flu Spanyol sama-sama tidak dibelaki vaksin untuk menekan virus tersebut. Dunia benar-benar tidak siap dalam menghadapi wabah dan pandemi yang sangat merugikan manusia. Seperti yang sudah dijelaskan, manusia bisa saja siap terhadap perang, tetapi mereka tidak siap dengan adanya virus, mikroba yang tak kasat “mata”.

Kondisi pandemi saat ini tentu berbeda dengan Flu Spanyol. Untuk sekarang yang bisa kita lakukan adalah melakukan tindak nonfarmasi, yakni seperti physical distancing dan social distancing untuk menekan penyebaran virus corona. Hal tersebut pernah dilakukan untuk menekan jumlah pasien yang terinfeksi influenza Spanyol.

Kesimpulan

Pandemi Flu Spanyol yang terjadi pada 1918 merupakan pandemi terburuk dalam abad 20. Flu tersebut dikenal dengan nama H1N1 dan menyebar melalui burung yang bermigrasi. Dampak dari Revolusi Industri Kedua membuat lapisan ozon menipis dan menyebabkan pemanasan global. Sehingga, pemanasan global tersebut berpengaruh pada alga atau ganggang yang menjadi makanan para pinguin.

Para pinguin tersebut mudah terpapar oleh virus yang menular ke burung-burung yang bertransmigrasi ke banyak daerah. Kemudian, mereka menularkan virus tersebut ke burung domestik, sehingga mudah menular ke manusia. Itulah penjelasan mengapa Flu Spanyol dampak dari Revolusi Industri yang tak ramah lingkungan.

Sumber :

  • 1918 Pandemic (H1N1 virus) – Centers for Disease Control and Pervention (CDC).
  • Belajar dari Flu Spanyol 1918, Cara Ini Bisa Cegah Penyebaran Corona – National Geographic.
  • Spanish Flu – History.
  • Spanish Flu, SARS, MERS-CoV by CO2 Emission and Maximal Sunspot Number – Kim Tai-Jin (journal downloaded form Research Gate)

(Diakses 8 Mei 2020)