Sejarah Kelam Letusan Gunung Krakatau

Indonesia adalah negara kepulauan yang dilalui “Ring of Fire”. Nama itu tersemat karena Indonesia dikelilingi oleh lingkaran aktivitas vulkanik yang sangat aktif. Alhasil, negara kita berada di jalur aktivitas vulkanik teraktif. Bahkan, hampir di tiap pulau di Indonesia memiliki ratusan gunung berapi. Beberapa kali juga erupsi dan menyimpan sejarah kelam dan pelik. Salah satunya adalah sejarah kelam letusan Gunung Krakatau.

Nah, menarik kan? Bicara Indonesia kali ini akan membahas terbentuknya Gunung Krakatau sekaligus sejarah kelam letusan Gunung Krakatau beberapa abad silam.

Abad Ke-5: Gunung Krakatau Purba

Sejarah Kelam Letusan Gunung Krakatau
Simulasi terbelahnya pulau Jawa dan Sumatra. Sumber: Quora.

Gunung Krakatau sudah tidak asing terdengar. Gunung itu terletak di Selat Sunda, dekat dengan Provinsi Lampung. Gunung yang lahir itu sejak awal merupakan tipe gunung dengan letusan strombolian yang terkenal dengan letusannya yang sangat kuat.

Gunung tersebut awalnya dikenal dengan Gunung Batuwara disebut dalam naskah Kuno Jawa. Para peneliti mengatakan bahwa gunung tersebut merupakan Gunung Krakatau Purba. Gunung itu memiliki tinggi 2 kilometer di atas permukaan laut tersebut meledak dan menciptakan tsunami besar pada abad ke-5. Ledakan itu membuat tanah runtuh kemudian membelah Pulau Jawa yang dahulunya tergabung dengan Pulau Sumatera.

Situlah asal-usul terlahirnya Pulau Sumatera yang diakibatkan oleh Gunung Krakatau Purba. Akibat letuasan itu pula, gunung tersebut hancur dan meninggalkan sebuah kawah besar atau kaldera di bawah laut. Tepian kawah membentuk Pulau Panjang, Pulau Sertung, dan Pulau Rakata. Dari situlah Gunung Krakatau baru terbentuk. Bahkan juga membuat gunung baru bernama Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan di sekitar kawah tersebut.

Sejarah itu tercatat di naskah Jawa Kuno, Pustaka Raja Parwa. Gunung Purba itu juga menimbulkan tsunami yang sangat besar. Dampak dari letusannya memengaruhi aktivitas di seluruh dunia. Salah satunya adalah perubahan besar di Eropa pada abad ke-6 dan 7. Bahkan gunug dengan lingkar pantai sekitar 11 km itu juga disinyalir bertanggung jawab atas keruntuhan peradaban-peradaban kuno.

Yakni Persia kuno, Nazca, dan Maya mengalami keruntuhan. Perubahan iklim dengan suhu yang mendingin setelah erupsi juga menyebabkan beberapa penyakit muncul. Seperti penyakit sampar bubonic atau pes yang pernah mewabah dan menimbulkan banyak kematian di seluruh dunia.

Tahun 1883: Gunung Krakatau

Sejarah Kelam Letusan Gunung Krakatau
Ilustrasi untuk pemberitaan meletusnya Gunung Krakatau. Sumber: CNN.

Pada masa kolonial, Gunung Krakatau meletus lagi pada 27 Agustus 1883. Mulanya terdengar guntur dan halilintar di malam sebelumnya. Saat itu ledakannya terdengar sampai Singapura dan Australia. Erupsinya menyebabkan endapan seluas 827 ribu kilometer persegi dengan dan memuntahkan batu apung dan abu dengan ketinggian 70-80 km.

Sebelum meletus dahsyat, Gunung Krakatau menunjukkan tanda-tanda, yakni sempat meletus setelah tidak ada aktivitas selama 200 tahun. Pada 20 Mei, gempa dan materi keluar akibat aktivitas vulkanik. Saat itu, Gunung Perbuatan juga menunjukkan gejala-gejala erupsi. Pada Juni, Gunung Danan juga menunjukkan erupsi. Pada 11 Agustus abu mulai muncul. Hingga puncaknya pada 27 Agustus. Letusan besar itu berlangsung selama 4,5 jam.

Lampung dan Banten paling terkena imbasnya. Ratusan desa di sekitaran pulau Jawa dan Sumatera juga diterjang tsunami. Bahkan, dari sumber lain mengatakan korban jiwa dari letusan itu sebanyak 36 ribu hingga 120 ribu jiwa. Korban meninggal karena terkena awan panas dan tsunami.

Letusan juga menyebabkan awan pekat yang hampir menyelubungi seluruh dunia selama bertahun-tahun. Siang dan malam tidak nampak karena matahari tertutup awan pekat. Pun beberapa kejadian ganjil juga terjadi sebelum terjadi letusan tersebut. Pada waktu silam, teknologi tidak mampu mendeteksi bahaya yang ditimbulkan akibat adanya aktivitas erupsi sebelumnya.

Gunung Krakatau masih mengalami berbagai erupsi setelahnya. Ledakan itu hampir memakan sebagian besar tubuh Gunung Krakatau dan menyisakan tubuh setinggi 813 meter saja. Namun, tidak sampai situ. Gunung Krakatau melahirkan seorang anak, yakni Gunung Anak Krakatau. Gunung Anak Krakatau memiliki karakter yang sama dan juga merupakan gunung vulkanik yang aktif.

Sekarang: Gunung Anak Krakatau

Sejarah Kelam Letusan Gunung Krakatau
Gunung Anak Krakatau Erupsi. Sumber: Kompas.

Gunung Anak Krakatau hanya sebesa kurang dari 30% dari tubuh ibunya. Meski begitu, ia tetap menyimpan potensi bahaya yang sama besar dengan Gunung Krakatau. Akibat ledakan pada 1883, tubuh Gunung Krakatay hancur sekitar 60%. Kawah besar itu masih aktif dan melahirkan gunung baru pada 1927.

Krakatau tumbuh dengan cepat. Layaknya seorang anak, pada awalnya gunung bertambah tinggi sekitar 6 hingga 12 meter. Kemudian, pertumbuhannya melambat. Saat ini, setiap bulan tingginya bertambah sekitar 0,5 meter.

Dalam waktu 73 tahun, Gunung Anak Krakatau erupsi besar tetapi belum membahayakan sekitar lebih dari 11 kali. Semenjak 2018, aktivitas Gunung Krakatau mengalami peningkatan. Lalu terjadilah tsunami di Selat Sunda akibat longsoran tubuh gunung di dalam laut sebesar 80 juta ton. Tsunami terjadi pada 22 Desember 2018 dan menewaskan ratusan jiwa.

Gunung Anak Krakatau merupakan salah satu gunung vulkanik yang aktivitasnya tinggi, seperti Gunung Merapi. Akibat longsoran itu, tubuh gunung tersebut sekarang hanya berkisar 110 meter di atas permukaan laut.

Gunung Anak Krakatau meletus pada 10 April 2020 lalu. Gunung tersebut tidak pernah meletus sejak 1883. Memang, sebelumnya hanya nampak aktivitas vulkaniknya saja. Tetapi tidak sampai meletus. Ternyata letusan gunung tersebut membuat beberapa gunung di Pulau Jawa menunjukkan aktivitas erupsi. Kira-kira kenapa, ya?

Kesimpulan

Itulah sejarah kelam letusan Gunung Krakatau yang pernah terjadi dalam kurun waktu yang sangat panjang. Mulai Gunung Krakatau Purba, Gunung Krakatau, hingga Gunung Anak Krakatau. Aktivitas gunung berapi tersebut sudah memakan banyak korban jiwa. Saat ini, teknologi untuk memantau aktivitas vulkanik gunung sudah berkembang pesat. Sehingga, akan ada tindak persiapan jika status gunung meningkat menjadi waspada dan berbahaya bagi masyarakat setempat.

Sumber:

  • Sejarah Erupsi Gunung Krakatau Purba: Konon Membelah Jawa & Sumatra – Tirto.id
  • Sejarah Tsunami Anyer dan Letusan Gunung Krakatau 1883 – Tirto.id
  • Sejarah Letusan Gunung Krakatau hingga Lahirnya Gunung Anak Krakatau – Okenews.
  • Bencana Krakatau di Pengujung Agustus 1883 – Historia.
  • Material Longsor Krakatau Pemicu Tsunami Capai 80 Juta Ton – CNN.
  • Sejarah Lahirnya Gunung Anak Krakatau: Mewarisi Erupsi & Tsunami – Tirto.id

(Diakses 19 April 2020)