bentuk alam semesta mengalami evolusi, dapat berbentuk seperti lonceng atau balon

Alam semesta yang kita kenal ternyata belum sepenuhnya kita kenali. Alam semesta sangatlah luas, hingga saat ini kita masih belum mengetehaui bentuk pasti pengembangan evolusi alam semesta. Ada yang mengatakan bentuk alam semesta seperti terompet, ada yang mengatakan bulat. Seperti apa bentuk alam semesta kita ya?

Untuk mengetahui jawabannya, kita perlu memastikan beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan. Hmmm, saat ini, batasan yang bisa kita tentukan hanya ujung alam semesta tetapi pun itu masih terbatas. Untuk mengetahui lebih lanjut seperti apa bentuk alam semesta, yuk simak pembahasan bentuk alam semesta di bawah ini!

Jagad Raya Kita Berujung?

Sebelum mengetahui bentuk alam semesta kita, kita perlu mengetahui seberapa luas alam tersebut. Alam semesta, atau jagad raya memiliki luas yang tak berhingga. Tetapi, ternyata kita dapat mengukur ujung alam semesta, lho.

Diperkirakan luas alam semesta yang bisa kita amati seluas 46,5 miliar tahun cahaya. Jika dikonversikan ukuran diameter yang bisa kita amati sebesar 93 miliar tahun cahaya. Luas banget, kan? Ukuran tersebut berdasarkan alam semesta yang manusia dapat amati melalui jarak cahaya.

Itu artinya, ada banyak objek lain yang masih belum diamati di luar batas tepi tersebut. Usia alam semesta kita berusia 13,8 miliar tahun. Dalam waktu tersebut, alam semesta mengalami pemuaian yang sangat cepat. Artinya, ada banyak galaksi dan cahaya yang semakin menjauh dari pengamatan manusia.

Berdasar penelirian yang diterbitakan dalam “The Astrophysical Journal”, alam semesta mengemang 9 persen lebih cepat dari prediksi sebelumnya. Pengembangan alam semesta benar-benar terjadi. Hal itu ikut dikonfirmasi dari Teleskop Hubble NASA. Pengembangan alam semesta bahkan dianggap mencapai titik mustahil untuk dianggap sebuah kebetulan saja.

Berdasarkan pengamatan dari Teleskop Hubble, ia mengukur cahaya dari 70 bintang yang terletak di Awan Magellan Besar. Sekitar 162.000 tahun cahaya dari Bumi. Bintang tersebut menghasilkan getaran yang turut menciptakan terang-redup cahaya yang dapat diprediksi sebagai alat ukur antar galaksi.

Perhitungan tersebut kemudian mampu menghitung kecepatan ekspansi alam semesta dengan menggunakan tangga jarak kosmik yang dipergunakan dalam menentukan jarak di alam semesta. Beberapa orang membayangkan bentuk alam semesta akan tiba-tiba berbentuk. Tetapi, teorinya tidak seperti itu. Bentuk-bentuk alam semesta tidak secara harfiah langsung terbentuk, melainkan bentuk gambaran model evolusi alam semesta.

Bentuk alam semesta sendiri juga dipengaruhi momentum pemuaian dan gaya tarik gravitasi. Laju pemuaian jagad raya dihitung dinyatakan dengan konstanta Hubble. Kemudian, besaran gravitasi ditentukan dengan kerapatan dan tekanan materinya. Nilai kerapatan sangat menentukan bentuk alam semesta dibandingkan kerapatan kritisnya.

Alam Semesta Datar Seperti Kertas

Para ilmuwan memperkirakan sekitar 96 persen alam semesta adalah materi gelap dan energi gelap. Mereka mempercayai adanya energi dan materi gelap tersebut sebab parikel yang membentuknya tidak berinteraksi dengan cahaya. Penemuan ilmiah tentang bentuk alam semesta akan membuat kita mudah mengetahui tentang berbagai benda di alam semesta. Misalnya, seperti bintang, planet, dan galaksi-galaksi akan sangat mudah ditemui.

Jika jagad raya ditemukan mengandung sejumlah energi Goldilocks yang bergerak sangat ekstrem, perluasannya dapat berhenti setelah waktu yang tak terbatas. Jenis jagad raya itu disebut sebagai alam semesta yang datar. Partikel di dalam kosmos datar tersebut memiliki bentuk lurus paralel, yang tak berujung, juga tidak pernah berbelok.

Dalam teori utama kelahiran alam semesta dikenal dengan infasi kosmik yang menghasilkan kerataan yang murni. Berbagai pengamatan sejak tahun 2000-an menunjukkan bahwa alam semesta kita datar dan memiliki kerapatan tipis yang diperkirakan sebesar 5,7 atom hidrogen per meter kubik.

Kerapatan alam semesta dengan bentuk datar sama dengan besaran kerapatan kritis. Artinya, alam semesta masih bisa memuai tetapi laju pemuaiannya mendekati nol. Namun, nampaknya para ilmuwan tampaknya tidak puas dengan penemuan bentuk alam semesta berbentuk datar ini.

Seperti Apa Bentuk Alam Semesta?

Alam Semesta Berbentuk Balon

Perdebatan lain menunjukkan bahwa alam semesta berbentuk seperti balon. Ia melengkung seperti balon raksasa yang menggembung. Hal tersebut berdasarkan dari latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB) yang dibelokken oleh gravitasi. Temuan tersebut akhirnya mengguncang teori alam semesta berbentuk datar.

CMB adalah sisa-sisa dari Big Bang dan merupakan benda tertua yang ditemukan dalam alam semesta.Temuan itu mengarah ke bentuk jagad raya yang tertutup. Jika kita berjalan-jalan di alam semesta menggunakan pesawat, kita dapat kembali ke titik kita semula karena alam semesta melengkung seperti bola.

Nature Astronomy menerbitkan catatan rilis Plant Legacy 2018. Dalam catatan tersebut terkonfirmasi adanya pelensaan gravitasi menunjukkan gelombang mikro yang membelok atau menekuk. Kelengkungan positifnya pada tingkat 99 persen. Penemuan alam semesta yang tertutup ternyata dapat menimbulkan permasalahan dalam fisika. Hal itu diungkapkan oleh Alessandro Melchiorri, Kosmolog dari Universitas Sapienza Roma.

Penemuan tersebut ternyata masih perlu klarifikasi untuk masa depan mendatang. Pengukuran tersebut harus dilakukan kembali karena bisa jadi ada ketidaksesuaian yang disebabkan sistematika yang tidak terdeteksi atau hanya sebatas fluktuasi statistik saja. Penemuan itu juga dapat mengubah umur alam semesta lebih muda, yakni berusia 11,4 miliar tahun.

Alam Semesta Seperti Lonceng

Bentuk seperti lonceng adalah visualiasai alam semesta yang berkembang melengkung negatif. Layaknya pelana yang melengkung seperti tabung panjang, dengan satu ujung yang melebar dan ujung yang sangat sempit. Dalam ujung sempit, kosmos hanya memiliki dua dimensi. Sedangkan dalam ujung yang melebar menuju ke ujung yang tak terhingga.

Bentuk lonceng ini juga tidak serta merta lurus layaknya lonceng yang mulus. Model evolusi lonceng atau bel itu dipahami mulanya awal semesta berkembang sangat cepat hingga sangat besar yang kemudian melambat. Kerapatan alam semesta yang berbentuk terbuka ini lebih kecil daripada kerapatan kritisnya. Laju pemuaiannya tidak akan mendekati nol.

Dalam transisi dari waktu ke waktu, bentuk pemuaiannya bisa bergelombang tetapi tetap berbentuk layaknya lonceng. Penelitian dari Universitas Mississipi juga menunjukkan bahwa alam semesta ternyata dapat melambat dan melaju cepat sebanyak tujuh kali dalam 13,8 miliar tahun ini.

Kesimpulan

Nah, itu dia penjelasan seperti apa bentuk alam semesta yang ternyata masih menimbulkan segudang tanda tanya. Hal itu terjadi karena terjadinya perbedaan konstanta Hubble dan kerapatan alam semesta sendiri dalam perhitungan untuk mengetahui seperti apa bentuk alam semesta kita. Tentunya, para ilmuwan akan terus mencari tahu bentuk evolusi dari pengembangan alam semesta. Agar kita bisa memecahkan misteri alam semesta ini.

Sumber :

  • Ilmuwan Ungkap Bentuk Alam Semesta, Seperti Balon Menggembung – Tempo.
  • Bagaimana Bentuk Jagad Raya? – Langit Selatan.
  • Is the universe ringing like a crystal glass? – Astronomy Now.
  • What shape is the universe? – Phys.
  • What Shape Is The Universe? A New Study Suggests We’ve Got It All Wrong – Quanta Magazine.

(Diakses 18 Mei 2020)