Pemahaman virus dan bakteri sering tertukar. Virus dan bakteri sama-sama mikroba tetapi memiliki sifat-sifat yang berbeda. Mana yang parasit, dan mana yang bermanfaat. Kendati demikian, sering muncul pertanyaan jika virus dan bakteri lebih berbahaya mana?
Para peneliti sudah meneliti keberadaan kedua mikroba tersebut bisa sama berbahayanya. Untuk itu, yuk simak pembahasan Bicara kali ini perihal virus dan bakteri lebih berbahaya mana dalam artikel di bawah ini.
Apa itu Virus?
Virus merupakan mikroba berukuran mikro yang tumbuh dan berkembang biak dengan menempel pada jaringan hidup atau sel. Virus memiliki sifat parasit karena hidup dengan menumpang makhluk hidup atau inangnya. Ukurannya bahkan jauh lebih kecil dibandingkan bakteri.
Virus pertama kali ditemukan oleh A Mayer, seorang ahli mikrobiologi pada tahun 1883. Percobaan pertamanya adalah menyemprotkan ekstrak daun tembakau yang terinfeksi ke daun tembakau yang sehat. Hasilnya, daun tembakau yang sehat menjadi sakit. 100 tahun kemudian sel hidup dalam tembakau sakit tersebut dinamakan virus.
Mikroorganisme tersebut dapat meyerang sel inang, sehingga merusaknya dan berkembang. Ia dapat membunuh, merusak, dan mengubah sel inang misal dalam darah atau saluran pernapasan. Jika kita mengingat pelajaran biologi saat SMA dulu, struktur virus hanya terdiri dari sedikit material DNA dan RNA yang dibungkus dalam protein.
Material DNA dan RNA inilah yang membuat virus dapat bertahan hidup di sel inangnya. Mikroorganisme ini sangat kecil sehingga hanya mampu dilihat melalui mikroskop elektron cahaya. Meski begitu, virus memiliki berbagai ukuran yang berbeda-beda tergantung sel pembentuknya. Virus tidak dapat bertahan hidup di luar sel inang dalam waktu yang cukup lama.
Pengobatan jika terkena virus adalah dengan memberikan pengobatan antivirus. Biasanya orang atau makhluk hidup yang terkena virus akan bisa sembuh dengan sendirinya. Tetapi itu kembali lagi dengan seberapa kuat virus tersebut dan imunitas tubuh. Pengobatan hanya menurunkan gejalanya.
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus adalah flu, herpes, cacar air. Beberapa di antaranya penyakit yang sulit disembuhkan dan perlu ada vaksin, seperti hepatitis B dan C, HIV/AIDS, dan Ebola. Baru-baru ini kita menemukan virus Covid-19. Pengobatan dengan antibiotik tidak bisa membunuh virus dalam tubuh. Untuk melawan virus, memang dibutuhkan ketahanan tubuh yang kuat. Bahkan virus dapat bermutasi.
Mutasi Virus Covid-19
Virus dikenal dapat bermutasi dalam tubuh. Salah satunya adalah Covid-19 yang merupakan virus Corona jenis baru yang berbeda dengan MERS dan SARS. Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan SARS-Cov-2, dan masuk dalam 7 jenis virus Corona.
Para peneliti mengungkapkan Virus Covid-19 ini dapat bermutasi dan sudah ada 3 varian tersebut. Peneliti tersebut berasal dari Inggris dan Jerman. Mereka menganalisis 160 genom virus corona yang tinggal di manusia. Dari situ, mereka berhasil memetakan jaringan genetik dari 3 varian virus Covid-19 dan penyebarannya.
Tipe virus tersebut disebut A, B, dan C. Covid-19 tipe ‘A’ mendekati virus yang ditemukan dalam kelelawar dan trenggiling, dan menjadi akar dari Covid-19 saat ini. Virus tersebut tidak mendominasi di Wuhan meski ditemukan di situ. Virus tersebut ditemukan di orang Amerika dan Australia, dan berasal dari Pantai Barat AS.
Sedangkan tipe ‘B’ berasal dari mutasi virus ‘A’ dan mendominasi di kawasan Asia Timur, Belgia, dan Belanda. Lalu tipe ‘C’ adalah turunan dari tipe ‘C yang banyak ditemukan di Eropa, seperti negara Prancis, Italia, Swedia, dan Inggris. Sampel dari Singapura, Hong Kong, dan Korea Selatan juga menunjukkan tipe ‘C’.
Ketiga tipe tersebut bermutasi dengan menyesuaikan diri sesuai kondisi lingkungannya. Misalnya, proses mutasi Covid-19 di Asia Timur jauh lebih lambat dibandingkan di kawasan lainnya. Ketiga mutasi virus tersebut sebetulnya diambil saat masa awal pandemi, sebelum benar-benar menyebar.
Saat ini, para peneliti masih meneliti mutasi virus tersebut yang akan jauh lebih banyak dari sebelumnya. Mereka percaya bahwa virus Covid-19 dapat bermutasi dan resisten terhadap sistem kekebalan dalam populasi yang berbeda-beda. Laporan terakhir, para peneliti asal Tiongkok menyebutkan ada 30 mutasi Covid-19.
Apa itu Bakteri?
Bakteri merupakan mikroorganisme dalam keluarga Prokaryotes. Bakteri berukuran jauh lebih besar dibandingkan virus. Ia memiliki dinding sel yang tipis dan keras. Membrannya seperti karet yang melindungi cairan dalam sel bakteri. Tidak seperti virus yang membutuhkan inang, bakteri dapat berkembang biak dengan membelah.
Bakteri merupakan mikroba uniceluler dan memiliki dinding sel ribosom. Sel itu lah yang membuat bakteri dapat bereproduksi. Lalu, virus itu mikroba yang hidup antara hidup dan mati sebab tidak memiliki sel.
Bakteri merupakan mikroba yang berumur sangat tua. Fosilnya sudah ada pada 3,5 miliar tahun yang lalu saat Bumi masih terbentuk. Bakteri dapat hidup di manapun, bahkan di lingkungan ekstrem sekaligus. Seperti lingkungan dengan suhu yang sangat dingin atau panas, bahkan dalam lingkungan radioaktif.
Bakteri juga tumbuh dalam tubuh manusia. Jika virus sifatnya parasit, sedangkan bakteri dapat parasit atau bermanfaat. Kurang dari 1 persen bakteri dapat menyebabkan penyakit. Bakteri dapat merusak kesehatan seperti TBC (tuberkulosis), infeksi saluran kencing, dan radang tenggorokan.
Bakteri sebenarnya lebih banyak manfaatnya seperti melawan mikroba penyebab penyakit, melawan sel kanker, mencerna makanan dalam organ perut, dan menyediakan nutrisi. Misalnya, bakteri Lactobacillus sebagai Prebiotik yang bermanfaat bagi penceranaan. Bakteri tersebut normal adanya dalam tubuh manusia, dan disebut bakteri pantogen.
Untuk pengobatan penyakit yang disebabkan bakteri, biasanya medis menggunakan obat antibiotik. Antibiotik dapat menghambat proses perkembangan bakteri di dalam tubuh makhluk hidup seperti manusia dan hewan. Penggunaan antibiotik perlu dosis yang tepat.
Dosis yang tepat tersebut berguna agar bakteri tidak resisten terhadap antibiotik. Penggunaan yang sembarangan menyebabkan bakteri tidak mudah terbunuh dan sangat berbahaya bagi tubuh ke depannya.
Virus dan Bakteri Lebih Berbahaya Mana?
Virus dan bakteri sebetulnya sama-sama berbahaya. Hal ini dilihat dari seberapa mematikannya sel virus dan bakteri yang terdapat dalam tubuh. Tidak lupa juga seberapa banyak jumlahnya. Berdasarkan sifat-sifatnya, virus memiliki dampak merusak lebih besar dibandingkan bakteri. Belum ada penelitian yang akhirnya menyimpulkan virus dan bakteri bisa bersaing dalam hal bahaya yang ditimbulkan.
Virus cenderung lebih sulit disembuhkan dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Virus dapat menginjeksi DNA ke dalam sel tubuh dan mengambil alih sel tersebut. Ketika sel membelah diri, maka sel tersebut sudah terinfeksi virus. Virus juga dapat menginfeksi bakteri dalam tubuh dengan cepat.
Tetapi, bukan berarti penyakit akibat bakteri tidak berbahaya. Bakteri juga sulit dihilangkan jika bakteri perusak itu sangat bandel dilawan oleh antibiotik. Pandemi besar seperti Black Death atau Maut Hitam yang menyerang manusia pada abad-14 juga disebabkan oleh bakteri parasit bernama Yersinia pestis.
Maut Hitam tercatat tidak hanya mewabah di Eropa, melainkan juga sampai ke Asia. Maut Hitam membunuh manusia sekitar 350-375 juta jiwa. Bahkan ada prediksi jika maut hitam membunuh 475 juta jiwa.
Tidak hanya maut hitam, Tuberkulosis juga menyebabkan berbagai permasalahan sendiri. Tuberkulosis disebabkan Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut dapat menyebar ke ginjal, paru-paru, bahkan ke tulang belakang. Bahkan di Indonesia tercatat 11 orang meninggal per jamnya akibat TBC.
Kesimpulan
Virus merupakan mikroba yang tumbuh dan berkembang biak dengan menempel pada jaringan hidup atau sel. Sifatnya juga parasit. Sedangkan, Bakteri merupakan mikroba uniceluler dan memiliki dinding sel ribosom. Sel itu lah yang membuat bakteri dapat bereproduksi. Bakteri bisa bersifat parasit dan bermanfaat. Tetapi, bakteri yang bermanfaat berjumlah lebih banyak.
Virus dan bakteri sama-sama memiliki sifat merusak, tergantung seberapa berbahayanya jika ada di dalam tubuh manusia. Berdaskan sifat-sifatnya, virus memiliki dampak merusak lebih besar dibandingkan bakteri. Virus juga lebih sulit untuk diobati dan bertahan cukup lama.
Tetapi, medis juga mencatat bahwa bakteri parasit dalam tubuh manusia juga sangat fatal. Seperti Yersinia pestis yang membuat wabah Black Death atau Maut Hitam. Juga tuberkulosis yang dapat membunuh banyak orang.
Sumber :
- Mengenal Perbedaan Antara Virus dan Bakteri – Tirto.
- Infeksi Virus vs Infeksi Bakteri, Lebih Berbahaya Mana? – Halodoc.
- Sama-sama Sebabkan Sakit, Apa Beda Infeksi Bakteri dan Virus? – Kompas Sains.
- Peneliti Temukan 3 Varian Virus Corona Penyebab Covid-19, Apa Saja? – Kompas.
(Diakses 30 April 2020)