Bisakah Teleportasi Terwujud?

Kalau kamu penyuka fiksi ilmiah, kamu pasti sering menemukan topik tentang teleportasi dalam film, komik, atau novel. Ya, teleportasi adalah salah satu bagian dari teknologi canggih masa depan selain mesin waktu. Bahkan bisa dibilang teleportasi dapat berhubungan langsung dengan perjalanan waktu karena dengan teleportasi kita bisa berpindah dari tempat satu ke tempat lain tanpa memakan jarak dan waktu seperti perjalanan normal.

Tapi mungkinkan teleportasi dapat benar-benar terjadi, jika tidak sekarang mungkin suatu saat nanti? Teknik apa yang dapat dilakukan untuk membuat manusia dapat berteleportasi? Mari kita telusuri lebih lanjut.

Mungkinkah teleportasi terwujud?

Zaman semakin maju. Manusia menemukan teknologi-teknologi yang memudahkan hidupnya sehingga segalanya jadi serba cepat, mudah, dan saling terhubung. Sekarang ada banyak kegiatan yang bisa kita lakukan tanpa memakan waktu dan tenaga. Belanja misalnya, tidak perlu pergi ke toko atau pasar lagi karena kini kita bisa belanja secara online. Atau melakukan pekerjaan rumah tangga. Dulu kita harus melakukan segalanya sendiri secara manual, kini kita bisa lebih bersantai dengan adanya mesin cuci, pengering pakaian, hingga robot vacuum.

Manusia terus memikirkan kemungkinan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk hidup yang lebih mudah. Teleportasi adalah salah satunya. Jika manusia bisa mewujudkan teleportasi, hal ini akan jadi penemuan terhebat yang akan sangat memudahkan kita dalam bepergian. Kita tinggal naik mesin teleportasi—atau semacamnya—lalu kita bisa bepergian ribuan kilometer jaraknya dalam waktu singkat.

Teleportasi dengan quantum teleportation

Direktur Center for Theoritical Physics MIT, Edward Farhi mengatakan bahwa faktanya, para fisikawan telah mencoba menteleportasi sesuatu berkilometer-kilometer jauhnya dan hal itu tidak melawan hukum fisika. Hanya saja teleportasi yang dimaksud baru bisa untuk satu foton saja.

Bisakah Teleportasi Terwujud?
Teleportasi yang membawa dua entangled atom. (Wikipedia)

Foton adalah elemen yang berukuran paling kecil dari radiasi elektromagnetik. Bayangkan kita bisa membagi cahaya menjadi dua. Lalu kita bagi lagi dua bagian cahaya itu menjadi dua, dan begitu seterusnya sampai kita mendapatkan elemen terkecilnya. Kita akan menemukan sekumpulan energi yaitu energi elektromagnetik. Nah, foton adalah bagian dari radiasi elektromagnetik itu. Baru itu saja yang bisa diteleportasi oleh manusia.

Namun maksud dari teleportasi foton ini adalah menggunakan quantum entaglement untuk memindahkan informasi berukuran mikroskopik dari partikel sumber untuk kemudian pada partikel target direkonstruksi dengan keadaan kuantum yang sama. Inilah yang disebut dengan quantum teleportation atau teleportasi kuantum.

Peluncuran satelit kuantum untuk ‘teleportasi’

Tahun 2016, para fisikawan China meluncurkan satelit kuantum pertama di dunia. Tapi satelit ini tidak memancarkan gelombang radio seperti satelit pada umumnya. Satelit bernama Micius ini didesain untuk menteleportasi foton dari darat ke satelit orbit rendah sejauh 2.500 kilometer dari Bumi. Ini dilakukan untuk menguji teknologi baru bernama komunikasi kuantum yang akan lebih aman dari pada sistem informasi secara relay yang ada saat ini.

Bisakah Teleportasi Terwujud?
Ilustrasi teleportasi kuantum dengan satelit Micius. (MIT Technology Review)

Para peneliti mendapatkan laporan yang bagus dari eksperimen tersebut. Dalam 32 hari mereka mengirim jutaan foton dan mendapatkan hasil positif dalam 911 kasus. Teleportasi kuantum pertama yang mereka kirim adalah qubit foton tunggal alias seberkas cahaya dari observatorium darat ke satelit orbit rendah dengan jarak hingga 1.400 km.

Teleportasi dengan Wormhole

Pernah nonton film “Jumper”, yang tokoh utamanya punya kekuatan super bisa teleportasi di mana saja cuma dengan membayangkan tempat yang ingin ia datangi? Nah, film itu adalah salah satu contoh teleportasi dengan wormhole. Secara teori, melipat ruang waktu dan menghubungkan dua tempat mungkin saja terjadi.

Akan tetapi Max Tegmark, seorang fisikawan MIT, berpendapat bahwa wormhole itu tidak stabil. Bisa saja kita masuk ke sebuah wormhole lalu wormhole itu runtuh dan berubah jadi blackhole. Entah kita bakal muncul di galaksi lain atau sama sekali tidak muncul di mana-mana.

Tegmark menambahkan juga bahwa untuk teleportasi dengan wormhole, kita bisa menstabilkannya dengan dark energy. Tapi tentu saja karena dark energy sendiri masih berupa misteri besar dalam alam semesta, kita masih belum tahu bagaimana penggunaannya untuk membantu teleportasi.

Bisakah Teleportasi Terwujud?
Ilustrasi wormhole

Mengapa teleportasi itu sulit?

Kita sudah tahu bahwa teleportasi manusia itu tidak mudah dan sederhana, tapi sebenarnya faktor apa yang mempengaruhi hal ini? Secara fisika, ada beberapa hal yang membuat teleportasi semakin tidak mungkin, yaitu:

Teori relativitas

Kita tahu bahwa teori relativitas mengatakan bahwa tidak ada materi yang dapat bergerak lebih cepat dari cahaya. Tentu kita sebagai manusia tidak bisa bergerak mendekati kecepatan cahaya meskipun kita naik pesawat luar angkasa seperti di Star Trek.

Energi dan materi

Berkaitan dengan faktor sebelumnya, faktor selanjutnya masih melibatkan materi. Dalam kehidupan nyata, kita tidak bisa membawa partikel sebuah materi melewati penghalang yang padat. Misalnya manusia menembus dinding. Ini karena interaksi materi dengan atom-atom di dalamnya terlalu kuat. Materi-materi yang membangun tubuh kita tidak kondusif untuk dibawa bergerak sedemikian cepat melintasi ruang dan segala penghalangnya.

Belum lagi masalah energi. Katakanlah kita mau teleportasi dari satu tempat ke sebuah ruang terbuka tanpa mengkhawatirkan adanya dinding penghalang. Kita butuh energi untuk bergerak antara dua titik tersebut apapun metode teleportasinya. Namun tidak ada energi yang dapat memungkinkan hal ini, dan kalaupun ada dan bisa dibuat, biayanya pasti sangat tinggi melebihi biaya mengirim roket biasa.

Atom dalam tubuh manusia

Tubuh manusia dibangun oleh lebih dari 10^27 atom, alias angka 1 dengan 27 angka nol di belakangnya. Atom-atom ini terbuat dari partikel subatom seperti proton, neuron, dan elektron. Mau coba hitung totalnya?

Manusia diciptakan dengan banyak informasi, dalam DNA, dalam kulit, otot, sampai tulang. Katakanlah kita menggunakan cara yang sama dengan cara ilmuwan menteleportasi foton, yaitu dengan mengirim informasi objek, berupa apa saja yang menyusun manusia. Kita mengirimnya dari satu titik lalu membuat salinan manusia yang sama di titik lain.  Bayangkan sebanyak apa informasi yang harus dipindahkan. Ditambah lagi persoalan ‘menyusun’ informasi tadi jadi manusia yang sama. Menteleportasi manusia dengan informasi yang sedemikian banyak masih sangat jauh dari bayangan.

Kesimpulan

Dengan begitu, teleportasi mungkin tidak akan pernah terjadi. Setidaknya untuk sekarang, dengan segala ilmu pengetahuan dan sumber daya yang manusia miliki. Di masa depan? Siapa yang tahu. Sains akan selalu berkembang, begitu juga dengan cara berpikir manusia. Mungkin saja nanti akan tiba masanya umat manusia berhasil menyingkap tabir misteri ilmu pengetahuan alam semesta sehingga teleportasi dapat terwujud.

Tapi kalaupun suatu saat teleportasi terwujud, ada faktor lain yang mempengaruhi cara teleportasi kuantum ini, yaitu masalah kemanusiaan dan filosofi. Pasti akan ada banyak manusia yang harus dikorbankan dalam percobaannya.

Untuk itu mari kita terima kenyataan bahwa tanpa penemuan baru yang berlawanan yang ilmu alam semesta, teleportasi belum dapat terwujud. Sementara itu, yuk, kita perdalam ilmu pengetahuan kita lewat artikel-artikel menarik lainnya seputar ilmu pengetahuan di Bicara Indonesia!

Sumber :

  • Teleportation – Wikipedia
  • Would The Laws Of Physics Ever Allow Teleportation To Be Possible? – Forbes
  • Why We’ll (Probably) Never Be Able to Teleport – Discovery
  • Teleportation and Wormholes: The Science of ‘Jumper’ – Live Science
  • First Object Teleported from Earth to Orbit – MIT Technology Review