99 persen es air tawar di Bumi ada di Greenland dan Antartika. Setiap tahunnya, es di Bumi mencair ke lautan dan semakin lama jumlahnya semakin meningkat seiring waktu. Normalnya, tanpa pemanasan global yang semakin parah, butuh ratusan hingga ribuan tahun hingga es di Bumi mencair seluruhnya.
Tapi bagaimana jika ada sesuatu yang membuat es di Bumi mencair seluruhnya? Yuk, simak pembahasannya berikut ini.
Apa yang dapat menyebabkan es mencair?
Ketika temperatur global meningkat, es di Bumi mencair sedikit demi sedikit dengan kecepatan yang meningkat setiap tahun. Peningkatan suhu Bumi ini mayoritas disebabkan oleh aktivitas manusia, khususnya pembakaran bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas alam. Setiap aktivitas yang kita lakukan seperti berkendara dengan mobil berbahan bakar minyak, menyalakan listrik berbahan bakar batu bara, dan menyalakan kompor gas untuk memasak, dan segala kegiatan pengolahan sebelum dan sesudahnya, menyumbang karbon dioksida ke atmosfer.
Dalam beberapa dekade terakhir, para ilmuwan telah mendokumentasikan rekor tertinggi rata-rata kenaikan suhu permukaan setiap tahunnya. Mereka juga meneliti tanda-tanda lain yang terjadi di Bumi seperti distribusi es serta suhu, salinitas, dan level permukaan lautan.
Di berbagai lokasi, es di Bumi mencair dengan sangat cepat. Contohnya Kilimanjaro yang sudah meleleh lebih dari 80 persen sejak tahun 1912. Selain itu gletser di Garhwal Himalaya pun sudah banyak berkurang, sampai-sampai para peneliti yakin gletser Himalaya tengah dan timur akan lenyap tahun 2023. Belum lagi gletser dan es di tempat-tempat lain seperti Laut Arktik, Greenland, Peru, Swiss, sampai gletser di Pegunungan Jaya Wijaya, Indonesia.
Apa yang akan terjadi jika semua es mencair?
Kamu pasti pernah bertanya-tanya, apa jadinya jika es batu dalam sebuah gelas mencair. Apakah air dalam gelas akan tumpah? Jawabannya tidak. Karena es yang mencair dalam gelas akan menggantikan volume es batu dalam gelas tersebut. Kemudian kita tambahkan garam ke dalamnya, maka volume air akan meningkat hingga 3 persennya. Sedikit, sih.
Tapi sekarang bayangkan jika es batu tadi adalah gletser dan es yang mengambang di lautan. Bagaimana jadinya kalau semua es di Bumi mencair? Meskipun prediksi para ilmuwan hal ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat, bagaimana jika ada pemicu yang membuat seluruh es di Bumi mencair tiba-tiba?
Naiknya permukaan laut
Seperti analogi es yang mencair dalam gelas tadi, itu pulalah yang akan terjadi pada permukaan laut. Jika semua es di Bumi mencair, yang akan terjadi adalah peningkatan permukaan laut yang dapat mencapai 66 meter. Jumlah yang cukup untuk merendam kota-kota yang dekat dengan laut seperti London, Shanghai, dan New York. Setelah itu barulah kota-kota lain di seluruh dunia.
Meningkatnya CO2 di udara
Es yang mencair tadi akan melepaskan CO2 ke udara. Semakin banyak kadar CO2 di udara, akan semakin sulit bagi manusia untuk bernapas. CO2 juga dihasilkan dari permafrost di bawah tanah, sebagian besar ada di tundra Arktik.
Permafrost adalah lapisan tanah yang telah membeku selama beberapa tahun. Kalau permafrost ini mencair, jutaan liter merkuri yang ada di dalamnya akan ikut cair. Mikroorganisme akan memakan zat organik dalam permafrost ini dan mengeluarkannya kembali jadi CO2 dan gas metana. Diperkirakan, hal ini akan menambah jumlah gas rumah kaca yang telah ada sekarang hingga bisa meningkatkan temperatur global 3,5 derajat Celsius lebih tinggi dari saat ini.
Perubahan iklim
Ketika es di Bumi mencair, ia akan menyebabkan arus laut berubah arah. Akibatnya perubahan iklim dan cuaca akan terjadi. Di gurun bisa turun curah hujan tinggi dan di daerah dengan curah hujan tinggi bisa jadi kemarau. Hal ini akan menghancurkan pertanian dan memicu kesulitan produksi suplai makanan.
Perubahan arus laut pun berdampak bagi hewan laut dan hewan kutub. Hewan ini akan punah pelan-pelan. Artinya? Rantai makan akan terputus dan suplai makanan bagi manusia akan menurun drastis.
Pola angin berubah
Jika semua es di Bumi mencair akan terjadi perubahan pada pola angin. Tidak ada es lagi berarti sinar matahari tidak bisa dipantulkan. Karena itu matahari akan menarik lebih banyak kelembapan dari laut yang akan memunculkan lebih banyak awan di langit.
Akibatnya, curah hujan lebih tinggi, badai di laut lebih sering terjadi, banjir juga akan lebih sering datang. Gempa yang kecil pun bisa menyebabkan tsunami dengan mudah.
Tercemarnya wilayah perairan
Kalau air laut meningkat, air ini akan masuk ke dalam cadangan air bawah tanah yang ada di daratan yang biasa memasok air minum dan irigasi. Air asin ini akan jelas akan merusak akuifer air tawar dan mencemari air yang biasa kita pakai.
Tidak cuma itu saja, dari seluruh es air tawar yang dijelaskan di awal tadi, 1 persennya bukanlah bagian dari Greenland dan Antartika. Gletser Himalaya terutama, memiliki senyawa kimia beracun seperti dichlorodiphenyltrichloroethane atau DDT. Seharusnya, gletser seperti ini bisa menyimpan senyawa-senyawa kimia selama berpuluh-puluh tahun tapi jika es di Bumi mencair seluruhnya, gletser ini akan melepaskan senyawa kimia tersebut dan mencemari sungai, danau, hingga cadangan air tanah.
Kesimpulan
Sejak dulu kita mendengar isu pemanasan global yang terus dikampanyekan hingga saat ini untuk meningkatkan kesadaran akan lingkungan. Sayangnya masih ada yang tidak percaya bahwa pemanasan global dan es di Bumi mencair adalah kejadian yang benar-benar nyata.
Untuk itu, mari bersama-sama kita hidup dengan lebih sadar lingkungan sebab Bumi ini adalah tempat tinggal kita. Karena kita belum akan tinggal di Mars, yuk, lebih baik kita menjaga rumah kita satu-satunya ini!
Sumber:
- Will the world ever be all underwater because of all the ice melting? – American Museum of Natural History
- The Big Thaw – National Geographic
- Watch what would happen if all the ice on Earth melted overnight – Business Insider