Gaya hidup vegetarian kini digandrungi banyak orang. Saat ini semakin banyak yang sadar akan pentingnya kesehatan terutama sejak pandemi Covid-19 mendera dunia. Orang-orang mulai beralih ke gaya hidup yang lebih sehat, salah satunya lewat menjadi vegetarian.
Berbagai kampanye pun diadakan oleh komunitas-komunitas vegetarian di seluruh dunia. Mereka menggalakkan perlakuan yang baik pada hewan dan keuntungan-keuntungan menjadi vegetarian.
Jika menjadi seorang vegetarian itu baik dan semakin banyak kampanye yang menggalakkan gaya hidup ini, lalu apa yang terjadi jika semua orang di bumi jadi vegetarian? Simak, yuk pembahasannya berikut ini.
Gaya hidup vegetarian
Fakta yang kebanyakan orang tahu, terutama di Indonesia, adalah bahwa vegetarian merupakan suatu diet di mana seseorang tidak mengkonsumsi hewan apapun dan hanya mengkonsumsi makanan berbasis nabati alias tumbuh-tumbuhan saja.
Namun vegetarian bukan hanya soal pilihan makanan, tapi juga soal tuntutan untuk perlakuan hewan ternak yang lebih baik dan jauh dari kekejaman. Selain itu menurut para vegetarian, mengambil bagian dari hewan sebagai makanan manusia adalah tindakan yang berkontribusi pada seperempat emisi gas rumah kaca di bumi. Jadi, ada pula vegetarian yang tidak mengkonsumsi produk turunan dari hewan seperti susu, keju, madu, telur, hingga wol dan kulit hewan.
Apa yang terjadi jika semua orang di Bumi jadi vegetarian?
Selain membuat manusia lebih sehat dan lebih banyak hewan ternak yang hidup dengan baik, apa lagi efeknya jika semua orang di dunia jadi vegetarian? Ternyata banyak juga lho yang pro dan kontra dengan gaya hidup vegetarian ini. Berikut adalah beberapa di antaranya.
Emisi gas rumah kaca menurun drastis
Produksi makanan rupanya menyumbang seperempat dari seluruh emisi gas rumah kaca di dunia. Gas rumah kaca tercipta dari enteric fermentation alias angin dan sendawa hewan dan dekomposisi kotorannya.
Kotoran hewan menghasilkan amonia dan hidrogen sulfida yang dapat mencemari air yang ada di sekitar peternakan. Berdasarkan data, hewan ternak memproduksi 500 juta ton kotoran setiap tahunnya dan jumlah itu berarti tiga kali lipatnya jumlah produksi kotoran manusia!
Dengan tidak lagi mengkonsumsi hewan, lahan yang digunakan untuk mengembangbiakkan ternak pun akan lebih sedikit. Artinya, lebih banyak lahan yang digunakan untuk menyerap karbon dioksida yang saat ini sudah berkumpul di atmosfir dan menyumbang pemanasan global. Seperti yang kita tahu, pemanasan global dapat berakibat pada mencairnya es di dunia.
Isu kelaparan berakhir
Mungkin ada yang bertanya-tanya apa hubungannya sedunia tidak makan daging dengan isu kelaparan? Bukankah jumlah sumber makanan jadi tidak seimbang?
Untuk memelihara hewan ternak, tentu membutuhkan pakan dan air agar hewan hidup dengan sehat dan dagingnya baik. Nah, menurut data dari The American Journal of Clinical Nutrition, untuk memenuhi kebutuhan seorang pemakan daging dibutuhkan 17 kali lahan ternak yang lebih besar, 14 kali lebih banyak air, dan 10 kali lebih banyak energi. Semua itu lebih banyak dari pada yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan seorang vegetarian.
Jika hewan tidak lagi dikonsumsi besar-besaran, maka ini dapat menghemat tumbuhan yang dipakai pakan ternak, hemat air, dan hemat energi. akan lebih banyak lahan yang terbuka untuk menanam lebih banyak tanaman dan hasilnya bisa disuplai ke daerah yang membutuhkan. Namun demikian, banyak yang kontra dengan poin ini karena ini berkaitan dengan masa depan hewan ternak.
Masa depan hewan ternak
Kalau manusia tidak lagi makan daging, terus apa yang terjadi dengan sapi, ayam, kambing, dan lain-lain yang biasa kita makan? Apakah mereka jadi langka atau malah mereka akan jadi banyak dan menguasai dunia?
Ada sebagian kalangan yang menentang diet vegetarian karena ini dapat mempengaruhi keberadaan hewan ternak. Tindakan menghindari konsumsi hewan bisa dibilang sama saja dengan tindakan seleksi buatan. Mereka yang tidak dibutuhkan lama-kelamaan akan punah.
Tapi ada juga yang memperkirakan bahwa hewan-hewan yang tidak lagi dibutuhkan untuk konsumsi akan kembali ke alam bebas dan menemukan populasi alaminya sendiri. Jumlah hewan yang kembali ke alam akan berfluktuasi dan rantai makanan akan seimbang dengan sendirinya.
Kesehatan manusia akan terpengaruh
Sebelum mengenal diet vegetarian, kebanyakan dari kita pasti lebih dulu akrab dengan yang namanya 4 sehat 5 sempurna. Di bagan dan gambar yang diperkenalkan pada kita sejak kecil ada daging-dagingan sebagai protein, kan?
Nah, konsep ini dibuat bukan tanpa alasan. Daging-dagingan—baik ayam, sapi, kambing, hingga babi dan ikan memiliki gizi yang tidak bisa didapat dengan optimal pada tumbuh-tumbuhan. Kebanyakan tumbuhan memiliki tingkat mikronutrien yang lebih rendah per kalorinya dari pada daging, terutama vitamin A, B12, D, dan beberapa asam lemak yang penting. Akibatnya manusia akan lebih mudah terpapar penyakit karena ketidakseimbangan mikronutrien jika tidak pandai-pandai mengakalinya.
Tapi di sisi lain, jika semua orang menjadi vegetarian, maka lebih sedikit orang yang akan meninggal setiap tahunnya karena risiko penyakit yang disebabkan oleh konsumsi daging akan berkurang drastis, seperti penyakit jantung, stroke, dan kanker.
Peternakan dan perusahaan pengelola hewan ternak jatuh bangkrut
Jika semua orang di dunia jadi vegetarian, maka peternakan dan perusahaan pengelola hewan ternak yang tidak bisa bertahan akan jatuh bangkrut karena tidak ada lagi permintaan atas daging dan produk turunannya.
Di Amerika Serikat sendiri, di mana praktek vegetarian dilakukan oleh 5-8 persen warganya, banyak perusahaan yang terkena imbasnya. Yang mampu bertahan akan mengubah produknya menjadi lebih ramah lingkungan, seperti yang dilakukan oleh Elmhurst Dairy yang beralih menjadi produsen minuman nabati, sementara yang tidak mampu bertahan akan bangkrut seperti perusahaan susu terkenal AS, Borden Dairy Co.
Vegans Be The Change malah memperkirakan ada lebih banyak lagi peternakan dan perusahaan pengelola hewan ternak di AS yang akan bangkrut pada tahun 2030.
Muncul kesenjangan ekonomi dan identitas
Manusia sudah mulai beternak dan mengkonsumsi hewan ternak sejak peradaban kuno selama kurang lebih 10.000 tahun. Bukan cuma pola makan kita saja yang terbentuk sekian lama tetapi juga bidang pekerjaan dan identitas kita. Industri produk susu dan olahan daging saat ini menyumbang jutaan lapangan kerja di seluruh dunia, terutama bagi orang-orang kecil. Nah, bagaimana jadinya jika, sebagaimana poin sebelumnya, banyak perusahaan industri itu yang terpaksa tutup? Tentu jumlah lapangan kerja akan ikut menurun drastis.
Kesimpulan
Gaya hidup vegetarian memang adalah gaya hidup yang tidak dipungkiri lagi dapat membawa banyak hal positif. Mulai dari ramah lingkungan hingga disebut bisa mengatasi masalah kelaparan.
Akan tetapi semua hal positif itu bukan berarti datang tanpa kontra. Lebih banyak pendukungnya bisa jadi lebih banyak pula orang yang menentangnya. Para ahli di bidangnya pun masih terus mengkaji soal vegetarianisme sampai saat ini.
Tapi apapun pilihan gaya hidup kamu, jangan lupa untuk tetap makan sayur dan buah serta peduli pada lingkungan, ya!
Sumber:
- What Will Happen to the Animals If Everyone Goes Vegan – Thought Co.
- The thought experiment: What would happen if everyone on the planet suddenly went vegan? – Science Focus
- What would happen if everyone went vegan? – BBC Good Food
- Why Struggling Dairy Farmers Are Transitioning To Vegan Milk Production – Livekindly
- 163 year old US dairy producer goes into bankruptcy – Vegans Be The Change
- Beef dan Dairy industries will effectively be bankrupt by 2030 – Vegans Be The Change
- Vegetarianism by country – Wikipedia