Nama Atlantis pasti sudah tidak asing lagi di telinga. Tapi bagaimana dengan Lemuria? Keduanya adalah peradaban yang hilang yang dikatakan memiliki budaya serta teknologi canggih.
Keduanya juga dikatakan oleh sebagian orang sebagai cerita dongeng semata, meskipun ada pula yang mempercayai keberadaannya.
Kalau biasanya kamu dengar cerita soal Atlantis, kali ini, yuk kita jalan-jalan ke Lemuria…
Legenda peradaban purba Lemuria
Sekitar pertengahan 1800-an, ketika ilmu pengetahuan masih terbatas, beberapa ilmuwan menduga ada sebuah benua yang hilang di Samudera Hindia yang mereka sebut Lemuria.
Di benua yang hilang itu, dikatakan bahwa pernah hidup ras manusia yang kini sudah punah bernama Lemurian. Mereka memiliki empat lengan dan tubuh besar yang hermafrodit. Ras ini diduga merupakan nenek moyang manusia modern dan tentu saja, lemur.
Bangsa Lemuria disebut-sebut pernah hidup berdampingan dengan bangsa Atlantis, meskipun ada pula yang menyebut mereka hidup ribuan tahun sebelum bangsa Atlantis ada.
Lemuria adalah bangsa yang cinta damai sedangkan Atlantis adalah bangsa yang sering berperang untuk tujuan eksplorasi sumber daya dan penaklukan daerah-daerah asing.
Ada berbagai teori yang mengatakan bahwa Lemuria berlokasi di Samudera Pasifik, Samudera Hindia, atau di Timur Jauh. Tidak hanya itu, sebagaimana orang berteori soal Atlantis, ada pula yang mengatakan Lemuria berada di Indonesia.
Peradaban kuno ini memiliki teknologi canggih yang tidak umum ditemukan pada zamannya. Sebuah peta kuno yang ditemukan di Turki pada abad ke-18 dikatakan mirip sekali dengan gambar yang diambil dari pesawat Apollo 8.
Di peta kuno tersebut tampak potret bumi dari langit yang berarti untuk mengambil gambar seperti itu bangsa Lemuria menggunakan teknologi semacam pesawat atau malah bisa terbang!
Teori Sclater dan benua yang hilang
Teori Lemuria pertama kali populer tepatnya tahun 1864, ketika seorang ahli hewan dan pengacara dari Inggris, Philip Lutley Sclater membuat sebuah karya tulis berjudul The Mammals of Madagascar dan mempublikasikannya di The Quarterly Journal of Science.
Sclater mengamati bahwa ada lebih banyak spesies lemur di Madagaskar dari pada yang ada di Afrika atau India. Melalui karya tulis itu ia mengklaim bahwa Madagaskar adalah tempat asal hewan tersebut.
Lebih jauh lagi, Sclater berpendapat bahwa apa yang memungkinkan lemur untuk pertama kalinya bermigrasi ke India dan Afrika dari Madagaskar dulu kala adalah daratan yang membentang melintasi Samudra Hindia bagian selatan dalam bentuk segitiga.
Benua yang Sclater sebut sebagai Lemuria ini, menurutnya, mencapai titik selatan India, Afrika selatan, dan Australia barat sebelum akhirnya tenggelam ke dasar laut.
Teori ini muncul pada saat ilmu evolusi masih dalam tahap awal pembentukan. Saat itu gagasan pergeseran benua belum diterima secara luas.
Banyak ilmuwan terkemuka menggunakan teori jembatan darat untuk menjelaskan bagaimana berbagai hewan bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain. Karena itu teori Sclater dianggap paling masuk akal dan menarik.
Bukti-bukti ilmiah yang ditemukan
Gagasan mengenai peradaban ini sempat populer dalam budaya pop dan sekelompok kecil komunitas ilmiah tapi tentu saja para ahli menyanggahnya.
Kemudian, tahun 2013 para ahli geologi menemukan bukti adanya benua yang hilang tepat di mana legenda Lemuria diceritakan. Teori lama pun mulai muncul lagi ke permukaan.
Segala teori berubah karena fakta- fakta yang akhirnya terungkap. Para ahli geologi menemukan fragmen batu granit di samudera Hindia bagian selatan bersama rak laut yang membentang ratusan kilometer ke arah selatan India hingga Mauritius.
Di Mauritius, para ahli menemukan batuan zirkon meskipun faktanya pulau itu baru terbentuk 2 juta tahun lalu, ketika pulau itu perlahan-lahan muncul dari Samudera Hindia akibat lempeng tektonik dan gunung berapi.
Akan tetapi zirkon yang mereka temukan di sana berasal dari 3 miliar tahun lalu, ribuan tahun sebelum benua itu terbentuk. Ini berarti, menurut pada ilmuwan, zirkon tersebut berasal dari daratan yang jauh lebih tua yang sudah lebih lama tenggelam ke Samudera Hindia.
Teori Sclater bisa dibilang nyaris benar, tapi para ahli tidak menyebut penemuan ini sebagai “penemuan Lemuria” namun sebagai “benua hilang Mauritia”.
Tenggelamnya Mauritia
Berdasarkan data lempeng tektonik dan geologi, Mauritia menghilang ke Samudera Hindia sekitar 84 juta tahun yang lalu. Ketika itu wilayah bumi ini masih berubah menjadi bentuk seperti sekarang.
Meskipun fakta ini sejalan dengan apa yang pernah diklaim Sclater, bukti baru mematahkan gagasan bahwa ras kuno Lemuria berevolusi menjadi lemur.
Mauritia menghilang 84 juta tahun yang lalu, tetapi lemur tidak berevolusi di Madagaskar sampai sekitar 54 juta tahun yang lalu. Saat itu mereka berenang ke pulau itu dari daratan Afrika yang dulu lebih dekat ke Madagaskar daripada sekarang.
Namun demikian, teori Sclater dan beberapa ilmuwan lain pada pertengahan 1800-an tidak sepenuhnya salah tentang Lemuria meskipun pengetahuan mereka terbatas saat itu.
Kumari Kandam, Lemuria dalam budaya India
Tidak cuma dalam budaya barat, legenda Lemuria pun ada dalam budaya timur, salah satunya di India. Di budaya India, gagasan tentang peradaban yang hilang ini dikenal sebagai Kumari Kandam dalam bahasa Tamil.
Penulis-penulis dalam bahasa Tamil mengkarakterisasikan Kumari Kandam sebagai peradaban yang kuno tetapi maju, yang berlokasi di sebuah benua terpencil di Samudera Hindia.
Mereka pun mendeskripsikan peradaban ini sebagai tempat lahirnya peradaban yang hanya dihuni oleh penutur bahasa Tamil.
Kumari Kandam dianggap sebagai utopia yang telah mencapai puncak pencapaian manusia sekaligus juga tempat bagi manusia untuk menjalani kehidupan yang mengabdi pada pembelajaran, pendidikan, perjalanan, dan perdagangan.
Budaya dan bahasa Tamil diturunkan melalui sangam yaitu akademi yang mengajarkan dan melestarikan bahasa Tamil. Kaum pelestari bahasa Tamil mengatakan bahwa dua sangam Tamil yang ada pertama kali bukanlah mitos namun benar-benar terjadi di era Kumari Kandam.
Hal ini seperti yang tercantum dalam karya sastra Suryanarayana Sastri tahun 1903 dan buku berjudul Cenkonraraiccelavu tahun 1902. Ini membuktikan para pelestari Tamil menganggap bahwa Kumari Kandam bukanlah semata mitos atau dongeng budaya India.
Kesimpulan
Pada tahun 1800-an, Lemuria dianggap sebagai peradaban yang melegenda karena kecanggihan teknologi dan keberadaannya yang misterius.
Akan tetapi pada abad ke-20, teori-teori yang sempat dipercaya itu mulai dipatahkan sejak ditemukannya bukti-bukti fisik dari sebuah benua yang tenggelam di Samudera Hindia. Benua ini kemudian disebut sebagai Mauritius.
Sebagian percaya bahwa bukti yang ditemukan itu berasal dari daratan yang juga tenggelam ribuan tahun sebelum Mauritius tenggelam. Untuk itu masih diperlukan studi lebih lanjut untuk memastikan dari manakah tepatnya bukti-bukti berupa batuan itu berasal.
Masih banyak para ahli dan sebagian orang yang percaya bahwa sebuah benua yang hilang tidak tiba-tiba tenggelam ke Samudera Hindia begitu saja dan lenyap tanpa jejak.
Mereka percaya bahwa dahulu kala ada sesuatu di sana, yang pernah hidup, berkembang, dan begitu maju.
Mau lebih banyak lagi informasi menarik seputar sejarah peradaban manusia dan misteri-misteri dalam ilmu pengetahuan? Yuk, baca juga artikel lainnya hanya di Bicara Indonesia!
Sumber:
- Lemuria, Peradaban Terkuno yang Hilang Ini Konon Ada di Indonesia, Benarkah? – Boombastis
- Lemuria: The Fabled Lost Continent That Turned Out To Be Real — Almost – All That’s Interesting
- Lemuria (continent) – Wikipedia
- Kumari Kandam – Wikipedia