Mengapa LAPAN Membangun Bandar Antariksa di Biak Papua

Akhir 2019 lalu, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengumumkan rencana pembangunan bandar antariksa LAPAN di Biak, Papua. Meskipun berukuran kecil, bandar antariksa yang pertama di Indonesia ini akan memiliki fasilitas peluncuran roket yang lebih besar dari situs peluncuran roket di Garut.

Saat ini di Asia, hanya enam negara yang memiliki kemampuan meluncurkan satelit ke ruang angkasa dan India dan Cina adalah dua negara di antaranya. Dengan adanya pembangunan bandar antariksa milik LAPAN di Biak ini, Indonesia akan menyusul negara-negara tersebut.

Bandar antariksa pertama di Pasifik

Sebagai bandar antariksa yang pertama di Indonesia, situs peluncuran yang ditargetkan beroperasi sebelum tahun 2024 ini akan menjadi bandar antariksa non-militer pertama yang berlokasi di Pasifik dan berlokasi dekat garis ekuator.

Sebelumnya, ada dua bandar antariksa yang berdekatan dengan garis ekuator yang keduanya berada di Amerika Selatan. Yang pertama adalah Guiana Space Centre milik Perancis dan Eropa (5 derajat di atas garis ekuator) dan yang kedua adalah Alcantara Launch Center milik Brazil (2 derajat di atas garis ekuator).

Mengapa LAPAN Membangun Bandar Antariksa di Biak, Papua?
Guiana Space Centre – Alexander Stirn via Flickr

Bandar antariksa yang dibangun dekat dengan garis ekuator seperti ini sangat ideal untuk peluncuran satelit orbit rendah, yaitu satelit dengan ketinggian orbit di bawah 2.000 km.

Satelit ini juga baik untuk transmisi data karena tingkat latensi atau delay-nya rendah. Selain itu satelit ini juga sering didesain sebagai satelit komunikasi atau satelit untuk keperluan riset iklim.

Bandar antariksa di Biak tersebut akan beroperasi sebagai bandar antariksa ekuator non-militer pertama di daerah Pasifik dan akan menjadi bandar yang paling dekat dengan garis ekuator karena jaraknya hanya satu derajat lintang selatan.

Sebelumnya, LAPAN telah mencari lokasi bandar antariksa terbaik dan mengkaji alternatif lokasi di wilayah lain seperti Pulau Enggano, Pulau Morotai, Pulau Nias, dan Pulau Biak ini.

Menurut Thomas Djamaluddin, dari beberapa lokasi itu, yang paling memenuhi syarat ialah Pulau Biak, Desa Soukobye, Kabupaten Biak Numfor, Papua. Lokasi pembangunan bandar antariksa di Biak ini juga berada di tanah milik LAPAN.

Mengapa LAPAN Membangun Bandar Antariksa di Biak?

Terletak pada titik koordinat 0º55′-1º27′ LS dan 134º47′-136º48 BT, posisi ini sangat tepat sebagai tempat peluncuran roket peluncur satelit ke geostationary earth orbit. Pemilihan lokasi ini tepat karena ketika peluncuran, biaya bahan bakar roket akan dapat dihemat.

Alasan lain pembangunan bandar antariksa LAPAN di Biak adalah karena keterbatasan lokasi, anggaran, serta kompleksitasnya. Lahan milik LAPAN ini memiliki luas 100 hektare, sehingga bandar antariksa yang dibangun akan berskala kecil.

Fasilitas dan kapabilitas peluncuran

Bandar antariksa di Biak ini akan mempunyai fasilitas peluncuran roket yang lebih besar dari situs peluncuran roket yang telah dibangun sebelumnya di Garut, Jawa Barat.

Sebagai perbandingan, situs peluncuran roket di Garut yang telah digunakan sejak 1963 tersebut hanya dapat meluncurkan roket percobaan dengan diameter maksimum 450 mm, seperti roket miliki LAPAN, RX-450. Jika roket yang lebih besar dari itu diluncurkan di sana, akan berbahaya bagi pemukiman penduduk sekitar. Untuk itu bandar antariksa di Biak akan dapat mengakomodasi peluncuran roket yang berukuran lebih besar lagi.

Kemitraan nasional dan internasional

Kesuksesan pembangunan bandar antariksa LAPAN di Biak ini tentu memerlukan dukungan seperti finansial dan SDM. Apalagi mengingat teknologi yang akan dibangun, pembangunan ini harus didukung oleh investasi yang besar untuk SDM.

Seorang Astronom ITB, Premana Premadi mengatakan bahwa Indonesia disarankan untuk bekerja sama dengan konsorsium antariksa internasional yang dapat ditemukan melalui NASA. Tidak hanya itu, akan lebih baik jika Indonesia berkolaborasi dengan lembaga keantariksaan negara lain.

LAPAN juga dikabarkan akan menggandeng mitra nasional dalam proses pembangunan bandar antariksa ini. Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa analisis dampak lingkungan (AMDAL) untuk proyek ini, LAPAN akan bekerja sama dengan Universitas Cendrawasih.

Kesimpulan

Selama ini Indonesia menggunakan fasilitas negara lain untuk meluncurkan satelit-satelitnya. Namun dengan adanya pembangunan bandar antariksa milik LAPAN di Biak, diharapkan Indonesia dapat berkembang  dengan memiliki fasilitas peluncuran roket dan satelit sendiri.

Pembangunan bandar antariksa ini adalah perwujudan kemandirian di bidang iptek penerbangan dan antariksa, sebagai amanat UU No. 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. Tentunya kita sebagai bangsa Indonesia harus terus mendukung aktivitas keantariksaan ini agar semakin meningkat jumlahnya di Indonesia.

Sumber :

  • Bandar Antariksa Biak Ditargetkan Menjadi Situs Peluncuran Dekat Ekuator Pertama di Pasifik – The Conversation
  • Garap Biak Jadi Pulau Antariksa, LAPAN Gandeng Universitas Cenderawasih – KBR.id
  • Indonesia to Build the Nation’s First Spaceport in Papua – The Jakarta Post