Jika berbicara soal penemu di bidang kelistrikan, mana nama yang langsung kamu ingat? Thomas Alva Edison atau Nikola Tesla?
Pada mayoritas pelajaran sains di tingkat SD, nama Edison seringkali disebut sebagai penemu paling berpengaruh.
Bagaimana dengan Tesla? Jawaban mana yang benar? Well, dua-duanya benar.
Tesla dan Edison sama memiliki pengaruh besar dalam dunia fisika dan berbagai penemuannya.
Sekarang mari kita kupas sedikit tentang kedua ilmuwan dan penemu yang berpengaruh dalam sejarah ini, yuk!
Thomas Alva Edison
Lahir pada tahun 1847, Thomas Alva Edison dikenal sebagai penemu berkebangsaan Amerika yang sangat produktif dan berpengaruh bagi dunia modern.
Beberapa penemuannya adalah antara lain lampu pijar, fonograf, dan kinetoskop aatau kamera gambar bergerak yang menjadi cikal bakal film dan video.
Selain sebagai ilmuwan dan penemu, Edison juga dikenal sebagai seorang pengusaha handal. Ia memiliki pabrik di mana ia mengembangkan hasil penemuannya bersama dengan para asistennya.
Di pabrik tersebut Edison membagi-bagi proses inovasinya menjadi tugas-tugas kecil yang dikerjakan oleh asistennya. Ia juga punya investor yang membiayai segala aktivitas bisnis dan penemuan perusahaannya.
Berkat strateginya itu Edison jadi punya banyak hak paten. Ia mengembangkan penemuan-penemuannya secara bersamaan, dengan bantuan asisten-asisten di pabriknya tersebut. Edison juga hebat dalam me-manage para pekerjanya dengan memastikan kesejahteraan mereka.
Dengan kesuksesannya ini, Edison memiliki 1.093 hak paten atas namanya dan dinobatkan sebagai penemu Amerika paling hebat dalam sejarah.
Nikola Tesla
Seorang fisikawan Serbia-Amerika, Nikola Tesla, juga tidak kalah hebatnya.
Lahir tahun 1856, Tesla yang berusia 9 tahun lebih muda dari Edison menginjakkan kaki di New York tahun 1884 dan bekerja sebagai teknisi di markas Edison di Manhattan.
Tesla dikenal sebagai seorang ilmuwan jenius yang beberapa penemuannya menjadi tulang punggung bagi perkembangan teknologi canggih saat ini.
Beberapa hasil penemuannya ialah teknologi listrik, sinar X, remote control, transmisi radio, Tesla coil, hingga sistem arus listrik AC (alternating current) yang digunakan sampai sekarang.
Selesai bekerja untuk Edison, Tesla memulai perusahaannya sendiri yaitu Tesla Electric Light Company.
Lalu setelah keberhasilan perusahaan dan 30 hak paten atas penemuannya, ia direkrut oleh Westinghouse untuk mengembangkan sistem AC miliknya.
Berkat jasa-jasa dan penemuannya itu namanya diabadikan sebagai satuan medan magnet, nama bandara di Serbia, sebagai cabang penghargaan di bidang teknik (Nikola Tesla Award) dan banyak lagi.
War of The Current
Nama Tesla dan Edison sering kali dimasukkan dalam kalimat yang sama, bukan hanya untuk menyebut mereka sebagai dua penemu hebat dalam sejarah tapi juga untuk menyebut persaingan dan ‘perang’ antara mereka.
Peperangan antara Edison dan Tesla dijuluki publik sebagai War of the Current atau Perang Arus. Ini dimulai sejak awal pertemuan mereka di Amerika.
Di awal masa kerja bersama Edison, Tesla diminta untuk mengembangkan desain dinamo DC (directed current) miliknya dengan bayaran $50.000.
Namun setelah pekerjaannya selesai, ia tidak pernah dibayar hingga enam bulan kemudian ia berhenti bekerja dari sana.
Konflik antara mereka berdua terus berlanjut saat Tesla mengatakan bahwa sistem AC (arus bolak-balik) miliknya lebih efisien dan lebih baik untuk publik daripada sistem DC (arus searah) milik Edison.
Tapi Edison menganggap sistem itu berbahaya dan sistem DC-lah yang terbaik.
Sejak saat itu War of The Current dimulai, keduanya berkompetisi membuktikan sistem kelistrikan mana yang harusnya mendominasi dunia: sistem AC milik Tesla di bawah Westinghouse Electric Company atau sistem DC milik Edison di bawah Edison Electric Light Company.
Pada akhirnya kompetisi berakhir tahun 1903 karena investor Edison memintanya menggunakan sistem AC. Dan dengan demikian, Tesla berhasil memenangkan kompetisi tersebut.
Ia dan Westinghouse mendapatkan proyek pembangunan PLTA pertama di dunia yang berlokasi di Air Terjun Niagara.
Siapa yang lebih jago?
Definisi ‘jago’ atau hebat sebenarnya bisa jadi bermacam-macam, tergantung dari perspektif mana kita memandangnya.
Orang yang jago bisa jadi juga yang paling pintar, paling maju dalam pemikiran, paling menaruh dampak besar bagi sekitar, atau bisa juga paling luwes dalam interaksi sosial.
Soal yang paling pintar, tentu keduanya sama-sama brilian. Tesla memiliki memori eiditik atau ingatan fotografis yang memungkinkannya memvisualisasikan objek 3D rumit dengan akurat.
Ia bisa membuat prototipe yang berfungsi hanya dengan beberapa gambar awal saja. Sementara itu Edison adalah tipe orang yang lebih senang menggunakan sketsa dan mengotak-atik ketika bekerja.
Menurut Thomas Edison National Historic Park, Edison memegang 1.093 hak paten sementara menurut The Sixth International Symposium of Nikola Tesla, Tesla memegang 30 hak paten di seluruh dunia.
Dalam hal pemikiran, keduanya memiliki cara berpikir yang berbeda. Tesla adalah orang yang berpikiran jauh ke depan, ia mampu melihat apa yang dibutuhkan pasar di masa depan.
Berbeda sekali dengan Edison yang lebih mengedepankan cara berpikir yang simpel dan hal-hal yang sudah ada. Terbukti dari caranya menganggap sistem listrik AC tidak efisien begitu saja.
Soal mana yang meninggalkan dampak yang paling besar, well, kita bisa lihat hingga kini apa saja jejak yang mereka tinggalkan bagi masa depan manusia.
Tesla memberikan kita fondasi bagi sistem komunikasi yang hingga kini terus berkembang seperti transmisi radio, televisi, dan telepon. Namun Edison juga tidak kalah berdampak.
Ia berorientasi pada inovasi yang berguna bagi masyarakat luas. Dengan ribuan hak paten yang ia pegang itu berarti penemuannya sangat menjawab kebutuhan masyarakat ketika itu.
Penemuan siapa yang paling hebat?
Mendapati nama mereka sebagai nama paling berpengaruh, kita semua pasti menganggap bahwa penemuan yang paling hebat adalah yang idenya original, autentik, asli miliknya sendiri.
Kenyataannya adalah, secara teknis mereka bukan penemu asli hasil-hasil penemuan hebat itu. Mereka berinovasi.
Sebelum lampu pijar dipatenkan oleh Edison, Joseph Swan, seorang ilmuwan Inggris sudah lebih dulu mengembangkan konsepnya.
Akan tetapi Swan gagal dan Edison yang berhasil mengembangkan bentuknya yang lebih sempurna setelah 3.000 kali percobaan.
Soal Edison yang dikatakan mencuri ide Tesla dari desain ulang generator DC-nya pun, hal itu tidak terbukti. Mengenai $50.000 yang tidak pernah dibayar juga tidak dijelaskan dalam catatan sejarah.
Lalu apakah Tesla juga adalah penemu asli listrik?
Tidak juga. Jauh sebelum Tesla lahir listrik sudah ada. Tahun 1832 Hippolyte Pixxi dari Perancis mengenalkan generator listrik AC pertama yang dikayuh.
Dari penemuan tersebut, banyak ilmuwan yang mengembangkan generator AC dua fasa yang kemudian berlanjut dengan generator AC polifasa.
Tesla adalah satu satu dari sekian ilmuwan yang mengerjakannya dan ia yang berhasil membuat generator yang paling efisien.
Kesimpulan
Penemuan adalah suatu proses yang terus menerus berkembang dari satu orang ke orang lain. Jika satu orang merintis, maka akan ada orang lain yang melanjutkannya.
Sebagaimana tidak ada yang original di dunia seni, dalam dunia ilmu pengetahuan pun demikian. Masing-masing orang saling mengembangkan dan saling menyempurnakan.
Lihatlah Edison yang harus mencoba hingga 3.000 kali untuk menyempurnakan bentuk lampu pijar paling efisien.
Atau Tesla yang tetap melanjutkan penemuannya meski gagasan sistem AC-nya mendapat perlawanan.
Tidak ada yang lebih hebat dari Tesla atau Edison, maupun ilmuwan yang lain. Yang ada hanyalah mereka yang tidak berhenti meskipun gagal.
Nah, biar terus update soal perkembangan ilmu pengetahuan dan sejarah, yuk, baca juga artikel seru lainnya cuma di Bicara Indonesia!
Sumber:
- Nikola Tesla vs. Thomas Edison: Who was the better inventor? – Livescience
- Apakah Benar Edison Mencuri Ide Tesla? – Kumparan
- Nikola Tesla Tak Sehebat yang Kamu Kira, dan Edison Tak Sejahat yang Kamu Bayangkan – Saintif