Halo Guys! Kita ketemu lagi dengan cerita yang agak berhubungan dengan psikologi, yaitu “sisi negatif menjadi orang positif!”.
Kok bisa? Daripada penasaran, langsung saja ikuti ceritanya berikut ini ya. Dijamin cukup menarik untuk diikuti.
Seruan kalimat penyemangat seperti “Be positive!” rasanya lumayan sering kita dengar. Kalimat tersebut dimaksudkan untuk membuat orang menjadi tidak mudah berputus asa.
Dan pada dasarnya, bersikap positif dapat menjadi sumber kekuatan dalam situasi tertentu.
Namun menjadi orang yang “terlalu positif”, ternyata dapat berakibat buruk bagi kesehatan mental.
Terutama ketika mencoba untuk ikut memberikan saran kepada orang lain. Kalimat “everything is going to be ok”, sebaiknya jangan terlalu gampang untuk diucapkan.
Tidak ada manusia yang sempurna dalam kehidupan nyata. Dan tidak mungkin juga seorang manusia dapat merasakan perasaan yang positif terus menerus.
Ada kalanya mereka akan merasakan kesedihan, kekecewaan, kemarahan, dan berbagai emosi negatif lainnya.
Semua energi negatif tersebut pun penting untuk dapat dirasakan dan diekspresikan.
Jika kita selalu bersikap kebal terhadap kerapuhan, artinya sama dengan menyangkal keberadaan kita sebagai manusia seutuhnya. Hal tersebutlah yang justru akan menjadi racun bagi diri kita sendiri.
Nah, apa sajakah sisi negatif menjadi orang positif?. Yuk, kita lihat jawabannya di bawah ini.
Komentar “everything is going to be ok”, ternyata tidak selalu baik, malah dapat mencerminkan sisi negatif menjadi orang positif!
Ketika seseorang mengungkapkan kesedihannya, bukan berarti dia akan selalu membutuhkan nasihat dari orang lain.
Yang lebih dia butuhkan adalah seorang lawan bicara yang dapat menjadi pendengar yang baik, dan juga dapat merasakan emosinya.
Permasalahan akan timbul, jika lawan bicaranya adalah penyandang “toxic positivity” atau “terlalu positif”. Bukannya mendapatkan teman bicara yang baik, malah membuatnya merasa malu akan perasaannya sendiri.
Sisi negatif menjadi orang positif dapat membuat seseorang seperti tidak memiliki empati.
Dia akan selalu menganggap, bahwa memiliki emosi adalah suatu kesalahan. Perilaku tersebut akan digambarkan, dengan cara memberi nasehat yang salah sasaran.
Walaupun maksudnya untuk menenangkan, akhirnya malah hanya memperburuk suasana hati orang yang sedang mengalami kesedihan. Dia akan merasa seperti tidak didengarkan. Nasihat, “everything is going to be ok”, ternyata belum tentu selalu “ok” loh! Terutama bagi orang yang emosinya sedang bergejolak.
Berpikiran positif dalam menghadapi suatu masalah memang tidak salah, selama ada batasannya. Sebelum mengeluarkan komentar, ada baiknya mendengarkan dahulu keseluruhan cerita dari permasalahan yang terjadi. Terutama jika berkaitan dengan sensitifnya perasaan manusia.
Daripada memakai kalimat “everything is going to be ok”, lebih baik menggantinya dengan “what can I do for you?”. dengan kalimat itu justru akan lebih baik percaya deh.
Seseorang yang kehilangan jati dirinya, merupakan salah satu sisi negatif menjadi orang positif
Sisi negatif menjadi orang positif, dapat terlihat dari keengganannya untuk memperlihatkan jati diri yang sebenarnya. Mereka sangat tertutup, cenderung menyembunyikan perasaannya, dan penyendiri.
Walaupun mereka juga memiliki masalah, namun lebih memilih untuk tidak mengatakannya ke orang lain. Walaupun sesungguhnya dia tengah dilanda kesedihan dan kemarahan. Namun pemikiran positifnya sudah menghalangi gejolak emosinya.
Situasi tersebut tidak jarang akan berakhir dengan depresi, yang ironisnya tidak dapat diatasi hanya dengan sebatas berpikir positif semata. Depresi adalah penyakit mental yang memerlukan pertolongan seorang ahli untuk dapat mengatasinya.
Penolakannya terhadap gejolak emosi yang dirasakan, malah menjadikannya sebagai pribadi yang tidak jujur pada dirinya sendiri. Kebohongan tersebut lah yang justru menjadi awal dari suatu ketidak bahagiaan.
Sisi negatif menjadi orang positif akan terlihat, jika dirinya dianggap toxic bagi orang lain!
Orang positif dapat mengalami kesulitan, apabila harus menerima konflik yang dapat mempengaruhi emosinya. Orang positif juga dapat menjadi pengaruh negatif bagi orang lain, ketika selalu menjadi pendengar dan pemberi nasihat yang buruk.
Dia akan membuat dirinya ditinggalkan, karena sudah dianggap toxic dan kehilangan kepercayaan dari orang lain.
“Toxic positivity”, Seseorang tidak akan siap menghadapi kesulitan!
Tidak pernah siap menghadapi kesulitan, adalah sisi negatif menjadi orang positif lainnya. Situasi buruk dapat hadir kapan saja dalam kehidupan. Setiap orang akan mempersiapkan dirinya untuk mengantisipasi hal tersebut. Namun tidak begitu halnya dengan orang positif.
Situasi yang dapat berujung dengan kekecewaan itu, akan mempermainkan emosinya. Bukan perkara mudah untuk dapat menerima hal tersebut dengan kelapangan hati. Orang positif memiliki ekspektasi yang tinggi akan suatu keberhasilan. Saat satu ketika harus berhadapan dengan kekalahan, seolah seperti aib bagi dirinya.
Salah satu perilaku sisi negatif menjadi orang positif, selalu menolak fakta bahwa manusia tidak sempurna!
Mungkin kamu pernah merasa bahwa diri kamu sehat, tapi selalu merasakan sakit kepala. Bisa jadi kamu sudah terkena stress yang bisa datang tiba-tiba. Kondisi mental seseorang dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisiknya.
Ketika otak orang positif membohongi diri dengan kepositifannya walau sedang stres, tubuhnya akan selalu berkata jujur. Rasa sakit tersebut merupakan alarm yang harus diwaspadai bagi dirinya. Sisi negatif menjadi orang positif, selalu menolak fakta bahwa manusia tidak sempurna.
Berperilaku menjadi orang positif, dapat menjadi bom waktu yang siap meledak!
Sisi negatif menjadi orang positif selalu pandai dalam memendam emosi negatifnya. Padahal, semua emosi tersebut dapat menumpuk dan bisa menjadi bom waktu yang siap meledak.
Bom waktu ini bukan hanya dapat merusak dirinya, tapi juga orang lain. Kalau hal itu sampai terjadi, tidak ada gunanya menjadi orang positif!.
Dapat diibaratkan juga, jika bom waktu adalah sebuah toples. Setiap kita menghadapi masalah, toples ini akan terus terisi. Hingga satu hari, kemungkinan terbesarnya akan pecah dan hancur.
Tidak ada salahnya sesekali memperdulikan emosi negatif, selama akan menjadikan kita kuat terhadap kehancuran.
Tenggelam dalam kesedihan! Pertentangan batin yang merupakan sisi negatif menjadi orang positif!
Ketika sisi negatif menjadi orang positif muncul, dia akan memaksakan diri untuk selalu berpikir positif. Walaupun perasaannya tidak mengatakan hal yang sama.
Jika itu terjadi, sama halnya dengan menciptakan konflik emosi dengan dirinya sendiri. Pertentangan batin ini akan membuahkan kebingungan dan satu pertanyaan, “apa sebenarnya yang kamu inginkan?”
Seseorang yang selalu mengendalikan emosi negatifnya, akan rentan terhadap depresi.
Hal tersebut sudah dibuktikan melalui sebuah penelitian. Seseorang akan merasakan kesedihan yang lebih besar, ketika orang lain mengharapkan dia untuk tidak merasakannya.
Sisi negatif menjadi orang positif! Tidak peka terhadap kesedihan orang lain, dan malah membuatnya semakin terluka!
Orang positif memiliki kecenderungan, untuk memaksa orang lain berperilaku sama dengan dirinya. Niatnya mungkin sekedar membantu orang lain, namun tanpa disadari sebenarnya malah membuatnya semakin terluka.
Ilmuwan berpendapat, orang yang sedang bahagia akan melihat sesuatu secara garis besar. Dia tidak akan melihat apa yang ada dalam detail kecilnya.
Namun sebaliknya, jika seseorang yang sedih atau dalam suasana hati yang netral, akan lebih memperhatikan hal kecil. Karena hal tersebutlah yang dapat membuatnya tidak bahagia.
Apabila orang tersebut dapat menerima dan menganalisa hal kecil tersebut, maka dapat dihilangkan sesegera mungkin. Jadi memang tidak salah kalau ada pendapat mengatakan, “orang yang sedang bahagia memang tidak selalu peka”.
Memiliki keinginan yang tidak realistis, adalah bagian dari sisi negatif menjadi orang positif!
Ada jargon lama yang cukup populer, “your dream will come true, if you stay positive and believe in it”.
Hal tersebut memang tidak salah, namun ada beberapa elemen yang hilang dari pepatah tersebut. Hanya dengan bermodal positif dan keyakinan, tidak akan membuat sebuah mimpi menjadi kenyataan.
Dari semua ke positifan tersebut, tidak berarti membuat sesuatu yang negatif akan menghilang begitu saja.
Jadi bisa dikatakan pepatah tersebut cenderung tidak realistis, karena semua orang akan mengalami masalah selama mereka hidup.
Semua kenegatifan tersebut harus dikenali terlebih dahulu, barulah kepositifan itu dapat dibangun. Keinginan yang tidak realistis ini merupakan bagian dari sisi negatif menjadi orang positif.
Sisi negatif dari orang positif, bisa jadi menjengkelkan!
Menjadi orang “yang terlalu positif” terkadang dapat menjengkelkan. Suka atau tidak, fakta tersebut benar adanya!. Hidup tidak sempurna, dan tidak ada yang sempurna di Bumi ini!.
Dengan selalu mengumbar kepositifan yang berlebihan, sama halnya dengan menghina orang-orang yang sedang mengalami masalah dalam hidupnya.
Yang sebaiknya dilakukan mungkin bukan hidup menjadi “orang yang positif”, tetapi lebih menjadi “orang yang realistis”.
Karena semua hal memang harus dilihat dari dua perspektif yang berbeda, positif dan negatif. Jika seseorang sudah mengalami kedua hal tersebut dalam hidupnya, maka dia akan menjadi orang yang jauh dari kata “menjengkelkan!”.
Melewatkan kesempatan, untuk mendapatkan pengalaman emosi negatif yang berharga!
Kita sudah mendengar banyak sekali tentang “kekuatan pikiran positif”. Namun hampir tidak ada yang menyuarakan tentang “kekuatan pikiran negatif”.
Sayangnya, justru kenegatifan itulah yang dapat memberikan pengalaman yang luar biasa. Memiliki emosi negatif, tidak akan selalu berakhir dengan tragedi.
Banyak peristiwa negatif, yang dapat memotivasi dan menginspirasi untuk dapat membuat perubahan.
Ke arah yang lebih baik tentunya. Dengan hanya selalu berpikiran positif, kita tidak akan mendapatkan apa-apa.
Namun jika membiarkan emosi negatif itu hadir secara alami, malah dapat memberikan pelajaran yang luar biasa..
Jadi, jangan pernah takut untuk merasa sedih, marah ataupun kecewa ya. Karena akan selalu ada pengalaman indah dibalik semua kenegatifan emosi tersebut.
Sisi negatif menjadi orang positif, selalu menjadi individu yang miskin akan pengalaman berharga.
Mitos seputar “kenegatifan” dan “kepositifan” pada manusia!
Memiliki emosi negatif tidaklah selalu buruk, karena dapat memberikan seseorang pengalaman berharga yang membawa kebaikan.
Menjadi orang positif tidak selalu berarti baik, terutama jika hanya digunakan untuk membohongi diri sendiri. Dan hal tersebut merupakan sisi negatif menjadi orang positif yang paling dominan.
Menjadi super positif bukan berarti lebih baik dari menjadi super negatif. Setiap manusia membutuhkan kedua kutub tersebut, untuk mendapatkan kehidupan yang seimbang.
Kesimpulan
Bersikap positif adalah suatu kebaikan. Namun menjadi “orang yang terlalu positif”, bukanlah suatu hal yang selalu baik. Apalagi, jika hanya akan menjadi pembohong bagi diri sendiri.
Sama halnya dengan emosi negatif, yang dimiliki oleh setiap manusia. Dibalik “kenegatifan” tersebut ternyata menyimpan suatu pelajaran berharga, yang dibutuhkan manusia.
Menjalani kehidupan akan selalu membutuhkan keseimbangan. Sisi positif dan negatif yang dimiliki setiap manusia, merupakan alat dalam mencapai keseimbangan tersebut.
Well Guys!. Selesai sudah cerita menarik kita kali ini, mengenai “sisi negatif menjadi orang positif!”. Semoga dapat memperluas wawasan kamu semua.
Kami undur diri dulu, dan jangan lupa untuk tetap stay tuned pada cerita berikutnya. Bye now!
Sumber
- 5 Negatives Of Being Too Positive – Notable Life
- Toxic Positivity: Why Positive Vibes are Ruining You – Science of People
- Toxic Positivity: The Dark Side of Positive Vibes – The Psychology Group
- When Positive Thinking & Being Overly Optimistic Becomes A Delusion – Daily Greatness
- 5 Ways Optimism And Positive Thinking Can Backfire On You – Hongkiat