Vaksin COVID-19 – Halo Guys! Apa kabar semua? Semoga dalam keadaan sehat semua, dan terhindar dari virus mematikan yang sedang beredar di masa pandemi sekarang.
Judul cerita yang akan kita ulas hari ini mengenai vaksin COVID-19, termasuk fakta dan mitosnya!. Tanpa berlama-lama lagi, yuk kita ikuti lanjutan ceritanya.
Vaksin COVID-19
Pandemi COVID-19 telah menginfeksi begitu banyak orang di dunia. Tidak heran jika kehadiran vaksin yang efektif untuk mengatasi virus mematikan ini sangat dinantikan. Sama halnya seperti menanti keajaiban yang tidak kunjung datang.
Vaksin ajaib ini, sesuai dengan rencana akan segera diproduksi di tahun 2020 ini. Adapun perusahaan yang akan mengembangkan vaksin tersebut berasal dari tiga perusahaan di luar negeri, yaitu Cansino Biologics, G42 atau Sinopharm, dan Sinovac.
Namun di tengah-tengah penantian akan harapan datangnya sebuah fakta menggembirakan, sayangnya harus dibarengi dengan beredarnya banyak mitos yang belum tentu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Mitos negatif tentang vaksin in menyebabkan banyaknya masyarakat yang ragu untuk melakukan vaksinasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sudah pernah memberikan pernyataan, bahwa satu salah bentuk ancaman kesehatan yang ada di seluruh dunia adalah keraguan orang atas manfaat vaksin!
Sudah dibuktikan dalam sejarah, bahwa vaksinasi merupakan salah satu cara ampuh untuk mencegah dan memutus mata rantai berbagai penyakit. Dalam hal ini, termasuk Covid-19!.
Nah, sekarang coba kita lihat, apa sajakah fakta dan mitos mengenai vaksin virus yang beredar di masyarakat saat ini.
1. Mengenal fakta beberapa Vaksin COVID-19 yang akan menjadi pilihan alternatif di Indonesia!
Perusahaan farmasi Cansino Biologics, G42 atau Sinopharm, dan Sinovac adalah tiga perusahaan farmasi yang salah satunya akan dipilih Pemerintah Indonesia, untuk menjadi pengembang dari vaksin COVID-19.
Vaksin yang akan dikembangkan oleh Cansino Biologics bernama Ad5-nCoV, yang dihasilkan melalui teknologi rekombinan DNA. Dasar dari vaksin ini adalah bagian atau sepotong protein, jadi bukan merupakan virus secara utuh.
China sudah menggunakan vaksin ini terbatas hanya untuk kalangan elite militer di negaranya. Untuk vaksin yang akan dikembangkan oleh Sinopharm, belum diketahui namanya.
Jika vaksin Ad5-nCoV merupakan vaksin rekombinan berbasis adenovirus Ad5, sementara vaksin dari Sinopharm ini berisi virus yang telah dilemahkan atau diinaktivasi.
Vaksin ini sudah pernah dikembangkan oleh Wuhan Institute of Biological Products, dan di sudah pernah di uji coba pada beberapa tenaga kesehatan, dalam penggunaan darurat.
Dan terakhir, vaksin yang akan dikembangkan oleh Sinovac Biotech, bernama Corona Vac. Sama halnya dengan Sinopharm, Corona Vac juga merupakan virus yang telah dilemahkan atau diinaktivasi.
Vaksin ini pun sudah pernah digunakan untuk para kelompok yang beresiko tinggi seperti tenaga kesehatan, juga masih dalam skala terbatas penggunaannya
2. Penjelasan mengenai fakta dari target penerima vaksin COVID-19
Dilansir dari keterangan Ketua Komite Penanganan Covid 19, total ada sekitar 160 juta orang yang akan ditargetkan sebagai penerima vaksin COVID-19.
Beberapa diantaranya adalah para petugas medis, aparat hukum, tokoh masyarakat, perangkat daerah, aparatur pemerintah, tenaga pendidik, dan juga para peserta BPJS yang usianya antara 19-59 tahun.
3. Fakta jumlah dosis Vaksin COVID-19 yang sedang direncanakan
Sayangnya, hingga saat ini pemerintah kita masih belum memutuskan untuk segera mem finalisasi rencana pembelian vaksin COVID-19 ini.
Hal ini terkait dengan beberapa hal lain yang perlu dipertimbangkan, mengingat beberapa vaksin yang menjadi kandidat masih melakukan tes lanjutan.
Namun, dilihat dari sisi kesanggupan pengembangannya, Cansino mampu mengembangkan 100 ribu dosis hanya untuk November 2020, dan 15-20 juta dosis di tahun 2021.
Sedangkan G42/Sinopharm sanggup mengembangkan 5 juta dosisi pada November 2020, untuk total 15 juta dosis yang sudah direncanakan. Dan yang terakhir adalah Sinovac, yang memiliki kesanggupan mengembangkan 3 juta dosis selama tahun 2020.
4. Vaksin COVID-19 tidak akan menularkan Virus ke manusia yang menggunakannya!
Tak satupun dari vaksin COVID-19 yang saat ini sedang dikembangkang, menggunakan virus hidup yang dapat menularkannya ke manusia. Ada beberapa jenis vaksin yang sedang dikembangkan.
Tujuan dari setiap vaksin dirancang untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga mampu mendeteksi dan melawan virus yang menyebabkan pandemi mematikan ini.
Terkadang proses ini memang bisa menimbulkan gejala seperti demam. Namun gejala tersebut sebenarnya normal, bahkan merupakan suatu tanda bahwa tubuh merespon dengan sangat baik dalam proses membangun kekebalan.
5. Vaksin COVID-19 tidak akan membuat seseorang akan menjadi positif saat dilakukan tes! Fakta sebenarnya!
Vaksin COVID-19 yang saat ini masih dalam pengujian, tidak akan membuat siapapun akan menjadi positif saat tes dilakukan. Proses tes ini perlu dilakukan, untuk mendeteksi apakah seseorang sudah terinfeksi atau dalam keadaan sehat.
Namun yang perlu diingat adalah, seseorang yang dalam keadaan sehat sekalipun saat tes dilakukan, tetap memiliki kemungkinan mendapatkan hasil positif. Hal ini terjadi, karena orang tersebut telah terinfeksi sebelum tes dilakukan.
6. FAKTA bahwa orang yang pernah terinfeksi COVID-19, akan mendapatkan manfaat dari vaksinasi!
Karena tetap adanya resiko tertular kembali, seseorang yang sudah sembuh akibat terinfeksi virus, disarankan tetap mendapatkan Vaksin COVID-19.
Pasalnya, hingga saat ini para ahli belum dapat memastikan, sampai kapan imunitas tubuh seseorang dapat terlindungi dari penularan kembali. Perimbangannya adalah, faktor kekebalan yang dimiliki setiap orang tidaklah sama.
Pemberian vaksin dapat berfungsi sebagai pencegahanan resiko tertular kembali. Walaupun faktanya, tetap belum dapat diketahui dengan pasti berapa lama kekebalan yang dihasilkan dari vaksinasi akan bekerja.
Analisa mengenai seberapa baik suatu vaksin dapat bekerja, baru dapat dilakukan setelah diproduksi dan digunakan.
7. Mendapatkan vaksinasi dapat membantu pencegahan terinfeksi COVID-19! Fakta berbicara!
Sebenarnya tidak ada cara untuk dapat mengetahui bagaimana COVID-19 akan mempengaruhi kondisi seseorang. Karena faktanya, beberapa orang hanya mendapatkan infeksi yang ringan, dan yang lainnya mengalami komplikasi yang parah.
Bahkan seseorang juga dapat menularkan penyakit tersebut kepada teman orang lain. Pemberian vaksinasi justru dapat membantu melindungi seseorang, dengan cara menciptakan respons antibodi sebelum mengalami penularan.
8. Adanya mitos suatu penyakit menular dapat dihindari dengan melakukan gaya hidup sehat saja!
Hanya mengingatkan, bahwa mitos ini sebenarnya belum cukup ampuh untuk dapat mencegah seseorang terinfeksi suatu penyakit, termasuk COVID-19!. Walaupun, membiasakan pola hidup sehat merupakan sesuatu yang tetap harus dilakukan.
Sebagai contoh kasus, dapat dilihat ketika pertama kali vaksin campak ditemukan di AS pada tahun 1963. Setelah dilakukan vaksinasi, penyakit ini pun akhirnya berangsur hilang.
Bahkan pada tahun 1974, pemerintah Amerika mendeklarasikan bahwa negara adidaya tersebut telah terbebas dari campak.
Namun yang terjadi pada tahun 2018, Amerika kembali mengalami wabah campak karena banyaknya pendatang dari negara lain yang belum pernah mendapatkan vaksinasi.
Dan juga karena semakin banyak masyarakat Amerika yang ragu terhadap khasiat vaksin campak tersebut
Pesan yang dapat diambil dari cerita ini adalah, peran terbesar atas menghilangnya campak di Negara Paman Sam ini karena vaksinasi, dan bukan karena gaya hidup sehat semata.
9. Anggapan bahwa Vaksin COVID-19 mengandung zat berbahaya! Mitos yang tidak terbukti secara medis!
Suatu vaksin yang akan diproduksi termasuk Vaksin COVID-19, pastinya sudah harus memenuhi beberapa syarat utama.
Persyaratan tersebut dilihat dari segi keamanan, keefektifan, kestabilan, serta keefisienannya dari segi biaya. Pemikiran tersebut sudah melalui suatu proses yang panjang. Jadi tidak begitu saja diputuskan!
BPOM sebagai badan pengawas obat-obatan yang beredar di Indonesia, akan memonitor peredarannya saat digunakan oleh masyarakat luas.
Jika ada temuan efek samping yang tidak diinginkan, akan ditarik sesegera mungkin. Hal tersebut biasanya akan ketahuan pada tahap awal, saat peredaran obat baru berjalan.
10. Mitos seseorang tetap akan sakit setelah mendapatkan imunisasi! Termasuk Vaksin COVID-19!
Mitos ini harus diluruskan pengertiannya. Yang benar adalah, seseorang yang sudah pernah mendapatkan imunisasi, masih ada kemungkinan akan mengalami sakit kembali.
Namun tingkat keparahan yang dialami jauh sangat ringan, dibanding dengan yang tidak pernah mendapatkan imunisasi.
Pada kasus yang terjadi dengan anak-anak, setelah mendapatkan imunisasi, apabila terserang sakit, dapat terhindar dari kematian maupun cacat permanen.
Selain itu, seseorang yang sudah mendapatkan imunisasi secara tidak langsung juga sudah membantu orang yang tidak diimunisasi, agar tidak terjangkit penyakit. Hal ini juga berlaku bagi Vaksin COVID-19.
11. Vaksin dapat menyebabkan autisme? Ternyata ini hanya mitos sebuah ketakutan!
Fakta sebenarnya, tidak ada kaitannya antara vaksin terhadap autisme pada seseorang. Hal tersebut sudah dibuktikan secara medis. Bahkan, penelitian mengenai kemungkinan adanya korelasi antara keduanya sudah pernah dilakukan hingga lebih dari 10 tahun lamanya.
Autisme lebih disebabkan karena faktor genetik, dan bukan terjadi sebagai efek samping dari vaksin.
12. Seputar mitos halal dan dan haram dari Vaksin-COVID 19!
Percaya atau tidak, mitos unik halal dan haram pada suatu vaksin ternyata hanya terjadi di Indonesia loh!
Bahkan di Timur Tengah pun tidak terjadi adanya pro dan kontra mengenai kehalalan Vaksin COVID-19 pada khususnya. Bahkan para peserta haji dipastikan akan mendapatkan vaksin sebelum menjalani proses ibadahnya.
Pemicu dari adanya mitos halal dan haram ini adalah suatu zat bernama Trypsin yang diambil dari enzim Babi, hanya sebagai komponen vaksin. Namun yang harus diluruskan disini adalah, tidak ada partikel Babi yang masuk dalam vaksin.
Sebelum menjadi enzim, zat ini akan dimurnikan terlebih dahulu. Dalam proses produksinya, hanya virus baik yang akan masuk ke dalam vaksin, dan bukan organ dari Babi.
Dalam situasi pro dan kontra tersebut, maka yang akan dipakai sebagai pertimbangan adalah, dengan merujuk kepada negara lain yang mayoritas Muslim, serta keterangan dari MUI yang sudah memberikan sertifikasi halal pada vaksin yang akan diproduksi.
Sebagai tambahan, keterangan dari sertifikasi halal ini dikeluarkan, dengan melihat kondisi negara yang berada dalam keadaan bahaya, dan dalam upaya mencegah penyakit berbahaya yang sudah menyebar luas.
Kesimpulan
Dalam perjuangan kita semua untuk melawan pandemi mematikan yang sudah berjalan cukup lama ini, ternyata memang tidak mulus jalannya. Sejumlah mitos tentang vaksin yang beredar, malah menambah keresahan di tengah masyarakat masyarakat luas.
Kekhawatiran dari dampak semua mitos ini adalah, keengganan masyarakat untuk melakukan vaksinasi.
Mungkin ada baiknya jika kita semua tidak hanya tertarik dan melihat dari sudut pandang mitos, tetapi juga fakta medis yang lebih dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Tidak dapat dipungkiri, vaksinasi merupakan cara paling efisien untuk dapat memutus mata rantai penularan penyakit mematikan ini.
Well Guys, selesai sudah cerita kita kali ini, yang mengupas tentang seputar fakta dan mitos Vaksin COVID-19. Semoga dapat menjadikan sebagai informasi yang berguna ya. Kami undur diri dulu, jangan lupa untuk stay tuned pada cerita berikutnya! Arrivederci!
Sumber :
- 7 Mitos seputar vaksin: Pro-kontra halal dan haram vaksin hanya terjadi di Indonesia – Kontan
- 5 Fakta Vaksin Covid-19 di Indonesia, dari Sasaran hingga Harga – Kompas
- Busting Myths and Misconceptions about COVID-19 Vaccination – CDC