Lawang dalam sejarah disebut sebagai kota tua tempat persinggahan Belanda. Sebagai tempat persinggahan Belanda, corak budaya silam di daerah Lawang sangat kental. Ketika kamu berkunjung ke sana, kamu akan dibawa pada suasana atmosfer khas kota lama.
Bangunan-bangunan yang ada banyak mengingatkan nostalgia masa kolonial. Meskipun terpapar iklim dunia modern sekarang, bangunan khas Belanda di Lawang belum banyak berubah. Melihat banyaknya bangunan lama di Lawang menandakan daerah itu memiliki arti penting pada masanya.
Walaupun sejumlah bangunan telah beralih fungsi, tetapi arsitektur khas kolonial masih bisa dinikmati. Kalau kamu berkunjung ke Lawang, corak bangunan Belanda ini bisa kamu temukan. Berikut 5 bangunan peninggalan Belanda di daerah Lawang.
1. Stasiun Lawang, Stasiun Tertua di Daerah Lawang
Stasiun Lawang adalah bangunan stasiun kereta api tertua di kota Lawang. Bangunan ini berdiri pada tahun 1887. Meskipun menjadi bangunan tertua, Stasiun Lawang masih mempertahankan corak arsitektur khas Belanda.
Stasiun yang terletak di Jl. Thamrin, Kecamatan Lawang ini merupakan stasiun tertinggi di Daerah Operasi Surabaya. Ketinggian stasiun ini mencapai ±491 meter di atas permukaan laut (mdpl). Lokasinya yang berada di dataran tinggi membuat udara sekitar Stasiun Lawang sejuk sehingga cocok dijadikan persinggahan.
Selain itu, Di daerah ini juga banyak perkebunan yang sejak dulu diupayakan oleh orang-orang Belanda ataupun Eropa. Dengan profesi seperti itu, mereka banyak membuat pemukiman di daerah Lawang.
Sama halnya stasiun lain, Stasiun Lawang memiliki emplasemen seperti stasiun di kabupaten. Peronnya ditutupi atap yang terbuat dari bahan seng berkualitas dengan ditopang oleh kayu yang kokoh. Stasiun ini memiliki luas 818 m². Saat ini, Stasiun Lawang tercatat sebagai cagar budaya milik PT. Kereta Api Indonesia (KAI).
2. Griya Bina Lawang
Griya Bina merupakan gedung pertemuan pada zaman kolonial Belanda. Bangunan ini terletak di Jalan Diponegoro Nomor 399, Kecamatan Lawang. Selain digunakan sebagai ruang pertemuan, pada zaman dahulu gedung ini dijadikan pengurusan panti asuhan putri Protestan.
Sebelumnya, bangunan bersejarah di daerah Lawang ini bernama Gedung Bergzicht. Saat ini telah berganti nama menjadi Griya Bina Lawang dan beralih fungsi menjadi tempat resepsi pernikahan.
Memiliki ornamen bersejarah khas Belanda, bangunan ini masih berdiri kokoh hingga sekarang. Tempat itu bisa kamu jadikan spot untuk berfoto ria ala noni-noni Belanda.
3. Hotel Niagara
Hotel Niagara terletak di Jalan Dr. Sutomo Nomor 63, Kecamatan Lawang. Hotel yang didirikan pada tahun 1890 ini merupakan warisan bersejarah Belanda. Perancang Hotel Niagara adalah seorang pria keturunan Brazil bernama Fritz Joseph Pinedo. Desain bangunan yang dirancang Fritz ini memadukan empat arsitektur dunia, yaitu arsitektur Belanda, Brazil, Tiongkok, dan Victoria.
Pada zaman dahulu, Hotel Niagara merupakan villa milik keluarga Liem Sian Joe. Gedung yang memiliki tinggi kurang lebih 35 meter ini terdiri dari 5 lantai. Pada saat itu, villa tersebut menjadi bangunan tertinggi di Asia. Proses pembangunannya pun cukup lama, hingga mencapai 15 tahun. Hebatnya, bangunan ini dilengkapi lift merk ASEA yang merupakan buatan Swedia tahun 1900.
Namun, villa privat keluarga ini tidak ditempati dalam waktu lama. Sejak tahun 1920-an, keluarga Liem Sian Joe meninggalkan Indonesia dan menetap di Belanda. Vila milik mereka pun akhirnya dialihfungsikan menjadi hotel seperti yang sekarang kita kenal sebagai Hotel Niagara.
4. Gereja Jago
Bangunan peninggalan Belanda yang menarik lainnya adalah Gereja Jago. Gereja ini dibangun pada tahun 1918 dan terletak di Jalan Argopuro Nomor 24. Pada awal berdirinya, gereja umat Katolik ini bernama Onbevlekt Ontvangene Moeder van God.
Sebelum bangunan ini dibangun, umat Katolik di daerah Lawang harus pergi ke Pasuruan atau Kayutangan untuk menjalankan ibadah. Sebelumnya mereka agak repot karena harus pergi jauh untuk beribadah. Namun, dengan pendirian gereja tersebut, mereka lebih mudah menjalankan ibadah.
Gaya khas Gereja Jago mencirikan bangunan Eropa, yakni menggunakan atap yang tinggi. Sampai sekarang, Gereja Jago masih dipertahankan. Nah, bagi sobat bicara yang ingin menikmati arsitektur Eropa, bisa berkunjung ke Gereja Jago ini ya!
5. SD Kristen St. Fransiskus
Pada masa Belanda, dibangun sekolah dasar Kristen bernama SD Kristen St. Fransiskus. Institusi ini berdiri sejak 4 Oktober 1931. Terletak di Jalan Tawang Argo Nomor 7 membuat sekolah dasar ini menjadi tempat yang strategis.
Gaya bangunan kuno masih dipertahankan. Dua tembok tebal mengapit pintu gerbang setinggi sekitar 5 meter di kedua sisinya. Bangunan ini menganut arsitektur khas Italia. Pada tahun 1800-an, arsitektur Italia memang banyak berpengaruh dalam bangunan Eropa.
Kemudian pada tahun 1900-an, gaya arsitektur Italia tersebar semakin meluas di Eropa. Pada masa itulah banyak pendirian gedung-gedung kuno yang hingga sekarang masih bisa kita kunjungi.
Kesimpulan
Tak banyak yang berubah, bangunan peninggalan Belanda di daerah Lawang masih terjaga. Lawang memang terkenal sebagai kota yang paling banyak terdapat bangunan Belanda. Oleh karena itu, struktur bangunan di sana masih dipertahankan.
Di antara bangunan peninggalan Belanda yang bisa kamu kunjungi yakni Stasiun Lawang, Griya Bina Lawang, Hotel Niagara, Gereja Jago, dan SD Kristen St. Fransiskus. Meskipun beberapa bangunan tersebut telah berubah fungsi, kamu tetap bisa menikmati gaya arsitektur Eropa loh!
Yakin sudah tahu banyak tentang sejarah? Di sini kamu bisa menemukan jawaban beragam fakta sejarah. Nantikan update kami seputar cerita sejarah yang menarik lainnya.
Sumber :
- Kota Lama Lawang, Malang – Pusaka Jawatimuran
- Wisata Sejarah di Kabupaten Malang Jawa Timur – GPS Wisata Indonesia
- 4 Bangunan Bersejarah di Lawang yang Harus Dikunjungi – Travelingyuk