Sejak zaman dahulu, bentuk uang sebagai alat pembayaran terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini dimulai dari uang berbentuk kertas, koin, hingga elektronik.
Namun, tahukah sahabat bahwa pada jaman dahulu pernah terdapat alat pembayaran anti mainstream yang digunakan oleh manusia?
Memang, seiring berjalannya waktu teknologi yang diciptakan dan digunakan oleh manusia semakin berkembang. Hal ini pastinya menyebabkan semakin majunya perkembangan bentuk uang yang ada.
Hal tersebut pasti akan berdampak pada tingkat keamanan uang yang membuatnya tidak mudah untuk dipalsukan. Akan tetapi, sebenarnya sebelum adanya uang sebagai alat pembayaran, manusia telah mengenal sistem “barter”.
Sistem barter sendiri merupakan sistem yang dilakukan dengan cara melalukan penukaran barang dalam proses jual beli. Proses inilah yang kemudian menciptakan fakta menarik seputar berbagai macam benda yang dijadikan mata uang di beberapa Negara.
Hal mengejutkan lainnya, alat pembayaran jaman dahulu ini mempunyai bentuk yang jauh berbeda dari bentuk uang pada jaman sekarang. Bahkan, bentuk dari alat pembayaran ini terkesan tidak lazim. Penasaran seperti apa? Simak selengkapnya disini!
1. Kerang, Mata Uang yang Berharga
Pada zaman dahulu, sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik bagian selatan, Kepulauan Solomon pernah menjadikan kerang sebagai mata uang. Hal ini tepatnya terjadi di suatu daerah bernama Laguna Langa-Langa.
Pada tempat ini kerang telah dimanfaatkan sebagai alat pembayaran sejak sekitar 1200 tahun sebelum Masehi. Hal menarik lainnya, ternyata di tempat ini satu untai kerang mempunyai nilai yang sungguh menakjubkan.
Mereka diberi harga dengan nilai sekitar 1.000 dolar Solomon atau kira-kira setara dengan 117 dolar Amerika. Oleh karena itu, kerang-kerang yang ada di pulau ini sangat dihargai oleh penduduk setempat.
Selain menjadi alat pembayaran, biasanya kerang juga bisa dimanfaatkan sebagai alat perhiasan. Kerang juga bisa dimanfaatkan dengan cara lain, seperti ditukar dengan tanah, ternak, dan bahkan dijadikan sebagai mas kawin.
2. Kulit Berang-Berang
Tepatnya pada abad ke-17 silam, populasi berang-berang di berbagai belahan Eropa semakin menurun drastis. Hal ini disebabkan karena perburuan besar-besaran yang dilakukan bangsa Eropa terhadap hewan yang mirip dengan kucing ini.
Pada masa itu, alasan orang-orang Eropa memburu mereka disebabkan karena kulit dari hewan ini sangat berharga. Kulit dari berang-berang biasanya digunakan sebagai bahan utama pembuatan benang wol dan juga berbagai aksesori pakaian lainnya.
Semenjak menurunnya populasi dari hewan ini, para penjelajah Eropa mulai mencari berang-berang di sekitar wilayah Amerika. Khususnya di wilayah Amerika Utara yang terkenal dengan berang-berang berbulu lebat.
Beberapa negara Eropa pun mulai bekerja sama dengan para penduduk asli Amerika untuk menyediakan hewan yang berharga ini. Sebagai gantinya, para penduduk asli Amerika diberikan berbagai perlengkapan untuk kebutuhan sehari-hari.
3. Keju Parmigiano-Reggiano, The King Of Cheese
Mungkin hal ini tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Pada kenyataannya, bahan makanan yang terbuat dari sari air susu ini memang pernah dijadikan sebagai alat pembayaran.
Alat pembayaran anti mainstream ini pernah digunakan oleh orang Italia. Sebuah keju Parmigiano-Reggiano atau yang dikenal dengan julukan The King of Cheese.
Sebuah bank Italia Banco Emiliano sangat terbuka untuk menerima keju ini sebagai jaminan untuk melakukan pinjaman pribadi. Hal ini kemudian membuat para petani bisa mendapatkan uang tunai yang sangat mereka butuhkan sampai mereka dapat menebusnya.
Kemudian, jika para petani tak kunjung membayar pinjaman, bank biasanya akan menjual keju dengan harga sekitar Rp4.430.000 per roda. Menakjubkan bukan?
Hal unik lainnya, ternyata tempat penyimpanan bank yang hanya berisi keju ini telah dilanda kasus percobaan pencurian kurang lebih 3 kali. Terjadi pada tahun 2009, 2013, dan terakhir pada tahun 2015 silam.
4. Tutup Botol Bir, Alat Pembayaran Anti Mainstream yang Paling Aneh
Salah satu benda yang kini dianggap remeh ini ternyata dulu mempunyai manfaat yang luar biasa. Sebuah tutup botol bir bagi penduduk Kamerun dianggap lebih berharga daripada bir itu sendiri.
Sekitar tahun 2005, warga di Kamerun bahkan menjadikan botol bir sebagai salah satu alat pembayaran yang mereka bisa gunakan. Bagi mereka, tutup botol bir sama berharganya dengan uang.
Pada tahun tersebut, banyak perusahaan pembuatan bir yang saling berlomba untuk meningkatkan angka produktivitas mereka. Kebanyakan dari mereka biasanya membuat strategi dengan memberikan berbagai macam doorprize barang mewah.
Hal inilah yang membuat warga Kamerun memanfaatkan tutup botol bir untuk membeli berbagai macam barang dan juga membayar ongkos kendaraan umum.
5. Batu Rai, Uang Receh Zaman Dulu
Dari waktu ke waktu, penggunaan uang receh untuk alat pembayaran mulai ditinggalkan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena ketidakpraktisan uang ini saat dibawa ke mana-mana.
Nah, sebenarnya penggunaan uang receh sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Bedanya, penggunaan uang receh zaman dahulu disimbolkan berupa cakram batu kapur yang berukuran besar.
Batu yang digunakan biasanya mempunyai lubang di tengah dan berdiameter mencapai 3,7 meter. Berat dari alat pembayaran anti mainstream ini pun tidak main-main, bisa mencapai sekitar 8 ton.
Nah, alat pembayaran ini pernah digunakan di salah satu pulau yang ada di Kepulauan Solomon, pulau Yap. Nilai dari uang ini tergantung dari ukuran dan juga apa saja yang diperlukan untuk mendapatkannya.
6. Tupai, Alat Pembayaran Anti Mainstream yang Pernah Digunakan
Di negara Rusia, tepatnya pada abad pertengahan, tupai pernah dimanfaatkan sebagai alat pembayaran.
Dimulai dari kulit tupai yang dijadikan alat pembayaran utama. Lalu selanjutnya cakar, moncong, dan telinga dari hewan ini juga bisa dimanfaatkan sebagai alat pembayaran.
Akan tetapi, sebenarnya penggunaan hewan sebagai pengganti uang menuai banyak pro kontra di kalangan masyarakat.
Meskipun demikian, banyak orang yang berspekulasi bahwa menjadikan tupai sebagai alat pembayaran mungkin juga memberikan dampak yang tak terlihat. Misalnya saja saat terjadinya wabah hitam, kasus di negara Rusia tidak begitu parah seperti yang dialami negara lain.
Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena penggunaan tupai sebagai alat pembayaran. Hal ini dianggap telah berdampak pada kurangnya jumlah parasit pembawa penyakit.
Kesimpulan
Sejarah memang selalu menyimpan berbagai hal unik dan menarik yang patut kita pelajari. Namun, keunikan tersebut terkadang malah membuat kita bertanya-tanya apakah benar hal seperti ini dulu pernah terjadi?
Salah satunya yaitu alat pembayaran pada zaman dahulu yang ternyata sangat jauh berbeda kalau dibandingkan dengan zaman sekarang. Hal inilah yang kemudian menyebabkan kita semakin ingin tahu lebih dalam seputar alat pembayaran.
Dimulai dari kerang yang ternyata bernilai sangat mahal kalau disamakan dengan mata uang sekarang. Ada juga tutup botol bir yang sekarang mungkin dianggap bagi kebanyakan orang sebagai sampak.
Selain itu, ternyata tupai yang biasanya dijadikan sebagai binatang peliharaan malah dijadikan sebagai pengganti mata uang. Well menarik sekali ya.
Nah, itu dia beberapa alat pembayaran anti mainstream yang ada di zaman dahulu. Ingin tau lebih banyak seputar fakta fakta dunia yang anti mainstream? Kunjungi terus Bicara Indonesia ya!
Sumber :
- 6 Alat Pembayaran Paling Unik dalam Sejarah, Ada Keju hingga Tupai – IDN Times
- Dari Batu Hingga Tutup Botol, 6 Benda Aneh yang Pernah Jadi Alat Pembayaran – AKURAT