Kisah King George VI, 'Raja Gagap' yang Menginspirasi

Hai Teman Bicara yang suka sejarah! Kalian pasti pernah menonton film berjudul The King’s Speech yang disutradarai oleh Tom Hooper? Film ini menggambarkan kisah inspiratif yang diberikan ‘Raja gagap’ King George VI dari Inggris. Ya, film ini terinpirasi dari perjuangan ayahanda Ratu Elizabeth II itu dalam menyembuhkan penyakit gagapnya.

Seperti apa ceritanya?

Raja George VI Gagap Sejak Kecil

Raja George VI atau yang memiliki nama asli Albert Frederick Arthur George menjadi Raja dari Britania Raya dan Irlandia Utara sejak 1936-1952. Pangeran Albert atau yang akrab dipanggil Bertie, merupakan putra ke dua dari Raja George V. Ayahnya dikenal sangat keras dan disiplin dalam mendidik putranya, Albert dan kakaknya Edward Albert Christian George Andrew Patrick David, yang pernah menjadi Raja Inggris selama kurang lebih 1 tahun.

Setelah ayahnya mangkat, kakaknya Pangeran Edward sempat menggantikan tahta dengan jabatan Raja Edward VIII. Namun sayang, Raja Edward VIII memutuskan untuk mundur dan menyerahkan tahtanya kepada adik satu-satunya, demi bisa menikahi seorang janda yang sudah 3 kali menikah.

Dengan keputusan Raja Edward VIII, maka Pangeran Albert pun naik tahta dan bergelar sebagai Raja George VI, yang naik tahta dalam keadaan gagap. Gagap ini sudah dialami oleh Bertie sejak berusia 5 tahun. Diduga karena didikan keras sang ayah yang membuat keadaannya psikisnya tertekan, dan menyebabkan kegagapan.

Peran Sang Istri Dalam Kesembuhan Raja George VI

Kisah King George VI, 'Raja Gagap' yang Menginspirasi

Bertie yang menikahi Lady Elizabeth Bowes-Lyon ini sempat mengalami dua kali penolakan dari Lady Elizabeth. Bukan karena dia gagap, tetapi karena Lady Elizabeth tidak ingin kehilangan kebebasannya sebagai manusia ketika menikahi salah satu anggota keluarga kerajaan. Namun, pada akhirnya, Pangeran Albert bisa memenangkan hati Lady Elizabeth dan menikahinya pada 26 April 1923.

Pernikahan ke duanya dianugerahi dua orang putri yaitu Putri Elizabeth yang kemudian menjadi Ratu Elizabeth II dan Putri Margaret. Lady Elizabeth memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya penyembuhan kegagapan sang suami. Ia mendatangi beberapa terapis, salah satunya dr. Lionel Logue, terapis bicara asal Australia.

Lady Elizabeth menemui dr. Logue secara diam-diam setelah dia tak tahan melihat penderitaan sang suami yang harus menanggung malu di depan jutaan rakyatnya, karena gagal berpidato pada sebuah acara penutupan di British Empire Exhibition at Wembley pada tahun 1925.

Pangeran Alberth sempat merasa tidak cocok dengan metode yang diberikan oleh dr. Logue dan memutuskan untuk menghentikan terapi bicaranya. Namun, ketika abangnya, Raja Edward VIII memberikan tahta kepadanya, Pangeran Alberth tak punya pilihan lain selain menerimanya. Dia pun kembali menjalani terapi bicara bersama dr. Logue.

Inspirasi dari Raja George VI

Demi menyemangati rakyat Inggris yang pada saat itu sedang menghadapi perang dunia II menghadapi pasukan Hitler dari Jerman, Raja George VI tidak lelah menjalani terapi bicara, dan menguatkan mentalnya untuk bisa kembali berpidato baik secara langsung maupun lewat radio. Pengalaman masa lalu yang pahit, tentu menjadi trauma tersendiri baginya. Namun, berkat kegigihannya dalam menyembuhkan sakit secara fisik dan psikologis, Raja George VI berhasil mengatasi kegagapannya.

Dia bahkan dikenal sebagai raja yang dicintai oleh rakyatnya. Raja George VI dikenal selalu berada di antara rakyatnya. Ketika Istana Buckingham hendak diserang musuh, Raja George VI hanya mengungsikan seluruh keluarganya, dan memutuskan untuk tetap berada di istana bersama sang istri, Elizabeth.

Raja George VI dengan gagah menyatakan perang kepada Jerman, dan bersama dengan istrinya nyaris terbunuh ketika sebuah bom mendarat di halaman Istana Buckingham. Sungguh sebuah kisah yang inspiratif ketika raja yang gagap itu berhasil menaklukan ketakutan dan rasa traumanya, memberikan semangat yang menggelorakan keberanian para rakyatnya untuk menghadapi musuh.

Raja George VI meninggal pada 06 Februari 1952 karena kanker paru yang ganas. Ini disebabkan karena Raja George VI merupakan perokok berat. Tahta kerajaan Inggris kemudian diteruskan oleh putri sulungnya, Elizabeth yang berkuasa hingga detik ini.

Kesimpulan

Kisah King George VI ini tentunya sangat menginspirasi kita semua ya teman teman. Kita bisa mencontoh sikap Raja George VI yang meskipun dia terlahir sebagai seorang pangeran, bukan berarti dia akan terlahir dan tumbuh dengan sempurna. Sekalipun dia mendapatkan didikan yang super keras dari ayahnya, tidak menjadikan dia setangguh kakaknya dan pangeran lain pada umumnya.

Satu-satunya yang bisa menyembuhkan diri kita adalah diri kita sendiri. Tanpa keinginan yang kuat untuk sembuh dan menjadi raja yang sempurna, maka terapis dari berbagai belahan dunia mana pun tak akan sanggup mengobati.

Semoga cerita Raja ‘gagap’ George VI ini bisa menginspirasi Teman Bicara untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depannya ya. Salam sejarah!

Sumber:

  • George VI dari Britania Raya – Wikipedia
  • Belajar Komunikasi dari Para Tokoh: Episode King George VI – Talkactive