Relief Borobudur – Siapa yang tidak mengenal Candi Borobudur? Tentu Teman Bicara sudah bisa membayangkan bentuk candi terbesar di Indonesia ini, atau bahkan sudah beberapa kali mengunjungi Candi Borobudur yang megah itu. Tapi tahukah kamu kisah yang diceritakan dalam relief Candi Borobudur? Mungkin banyak dari Teman Bicara yang tidak mengetahui apa saja cerita yang dibawa oleh Candi Borobudur ini. Nah, artikel ini akan membuat Teman Bicara menjadi sedikit lebih mengenal Candi Borobudur.

Candi Borobudur

Seperti kalian tahu, Candi Borobudur dibangun pada masa Wangsa Syailendra, sekitar tahun 800-an Masehi.  Masa pembangunannya sendiri diperkirakan menghabsikan waktu selama 75-100 tahun. Wow!! Candi ini dibangun oleh penganut Buddha Mahayana sebagai kuil atau tempat ibadah pemujaan, dan cerita tentang Candi Borobudur tercatat pula dalam Kitab Kertanegara dan Babad Tanah Jawi, meskipun tidak diceritakan secara detil.

Borobudur, Indonesia, Temple, Buddhism, Relief, Java

Sempat terkubur ratusan tahun membentuk sebuah bukit, Candi Borobudur  berhasil ditemukan atas perintah Gubernur Jendral Hindia Belanda, Thomas Stamford Raffles, yang memerintahkan kepada H.C. Cornelius untuk menggali perbukitan di desa Bumisegoro dan diteruskan oleh Hartmann yang berhasil menuntaskan penggalian hingga menemukan Candi utama Borobudur.

Mungkin kisah inilah yang sering teman-teman dengar saat mengunjungi Candi Borobudur, tapi sedikit sekali yang datang ke sana dan mengetahui kisah yang diceritakan dalam relief Borobudur.

Sebelum membahas relief, perlu diketahui dulu bahwa Candi Borobudur dibangun sebagai lambang alam semesta yang terdiri dari 3 bagian vertical: Kamadhatu (bagian kaki candi), Rupadhatu (bagian tubuh candi), dan Arupadhatu (bagian puncak candi).

Masing-masing bagian  tersebut dikeliling oleh 1.460 panil relief cerita yang terdiri dari 11 deret yang mengelilingi bangunan, dan sebanyak 1.212 panil relief dekoratif atau sifatnya hanya sebagai hiasan. Candi Buddha terbesar di dunia ini memiliki koleksi arca Buddha terlengkap di dunia, yaitu sebanyak 504 arca Buddha, dan 72 stupa yang mengitari 1 stupa besar di puncak candi.

Lalu, bercerita tentang apa saja kah relief yang ada di Candi Borobudur?

Bagian Kamadhatu (Kaki Candi)

Pada bagian kaki candi, terdapat 160 panil relief  Karmawibhangga yang menceritakan tentang hukum sebab akibat kehidupan manusia yang masih terikat dengan nafsu duniawi.  Dari 160 panil, hanya 117 panil yang menceritakan secara urut mengenai keadaan yang diakibatkan oleh berbagai jenis perbuatan manusia. Sementara, 43 panil lainnya yang tidak urut, menceritakan tentang berbagai macam kehidupan manusia yang diakibatkan dari berbagai macam perbuatan manusia.

Salah satu deret reliefnya menceritakan kisang Sang Buddha Gautama yang dilahirkan sebagai kelinci dan memberikan pengorbanan dirinya untuk bisa menjadi santapan manusia yang kelaparan. Karena kebaikan Sang Buddha sebagai kelinci, maka kelak dilahirkan ia sebagai Siddharta Gautama yang menjadi Buddha Gautama.

Bagian Rupdhatu (Badan Candi)

Relief Borobudur
Relief Candi Borobudur

Pada bagian ini, relief menceritakan kehidupan manusia yang sudah mulai meninggalkan duniawi, namun masih terikat dengan oleh suatu pengertian dunia nyata. Ada 1.300 panil relief yang terdiri dari kisah Lalitavistara, Jataka, Avadana, dan Gandawyuh.

Relief Lalitavistara menceritakan kisah kelahiran Pangeran Siddharta Gautama. Bermula dari mimpi yang diterima oleh Ratu Maya (Ibu Siddharta Gautama) yang menerima kehadiran gajah putih di dalam rahimnya. Tak lama kemudian, Ratu Maya mengandung dan melahirkan Pangeran Siddharta Gautama di Taman Lumbini. Sejak lahir, Pangeran Siddharta sudah bisa berjalan, dan 7 jejak langkah kaki pertamanya, ditumbuhi bunga teratai.

Kisah berlanjut dengan pernikahan antara Pangeran Siddarta Gautama dengan Yasodhara atau Dewi Gopa. Setelah pernikahannya, pangeran muda tergerak untuk mengenal kehidupan di luar istana, dan mulai berkelana. Dalam perjalanannya, sang pangeran bertemu dengan pengemis tua yang buta, orang sakit, serta orang mati yang membuatnya gelisah.

Ia menyadari siklus hidup membuat manusia menjadi tua, menderita, sakit dan mati. Setelahnya, ia juga bertemu dengan seorang pendeta, yang memiliki wajah damai. Usia yang lanjut, sakit, dan mati tidak menjadi ancaman bagi pendeta tersebut. Setelah mengalami empat perjumpaan tersebut, sang pangeran kemudian memutuskan meninggalkan istana, dan mencari pencerahan hidup dengan menjadi pertapa. Akhir dari perjalanannya adalah pada saat Siddharta Gautama menerima pencerahan di bawah pohon Bodhi pada waktu bulan purnama di bulan Waisak.

Adapula relief Avadana yang menceritakan kepemimpinan Raja Sipi yang bersedia menyerahkan nyawanya demi melindungi makhluk yang berada di bawah kepemimpinannya. Relief ini menceritakan seekor burung kecil yang meminta pertolongan kepada Raja Sipi agar dia tidak menjadi mangsa burung elang. Burung elang bersedia melepaskan burung kecil, asal ditukar dengan daging Raja Sipi. Raja Sipi pun menyanggupi persyaratan itu. Baginya, seorang pemimpin harus rela berkorban demi rakyat kecil dan semua makhluk hidup yang lemah.

Kisah Fabel Dalam Relief Candi Borobudur

Dari berbagai relief pada bagian ini, ada satu relief yang cukup dikenal masyarakat, yaitu relief Jataka. Relief ini menceritakan reinkarnasi Buddha Gautama sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Sidharta Gautama. Sang Buddha pernah dilahirkan sebagai binatang yang berbudi luhur, melalui kisah kera & banteng, dan gajah.

Dikisahkan seekor banteng yang selalu diganggu oleh kera yang nakal. Dewi hutan yang geram, menasehati banteng untuk mengusir kera. Namun, nasihat itu ditolak banteng, karena banteng tidak ingin kepergian kera justru menimbulkan kericuhan di sudut hutan lainnya. Mendengar alasan tersebut, Dewi Hutan kemudian bersujud kepada banteng. Selain itu, adapula kisah gajah yang merelakan dirinya untuk menjadi makanan bagi manusia yang sedang kelaparan.

Arupadhatu (Bagian Puncak Candi)

Pada bagian ini, tidak relief, hanya ada patung atau arca Buddha. Masih banyak kisah relief dalam Candi Borobudur yang bisa dipelajari. Karena relief-relief tersebut bisa menjadi pengingat kita akan kebijaksanaan dalam bersikap dan menjalani kehidupan. Tentu saja berbagai kisah tersebut sangat lekat dengan ajaran Buddha, karena memang Candi Borobudur dibangun sebagai kuil atau tempat ibadah umat Buddha pada masa itu.

Kesimpulan

Bagaimana ternyata cukup menarik bukan cerita yang digambarkan dalam ribuan panil relief di Candi Borobudur? Bila berkunjung ke Candi Borobudur, sempatkanlah mempelajarinya dari para guide, agar saat pulang dari Candi Borobudur, kita tidak hanya lebih mengenal sejarah, tetapi juga lebih bijak dalam menjalani kehidupan.

Semoga artikel ini menambah wawasan sejarah Teman Bicara!

Sumber :

  • Mengenal Makna Relief Candi Borobudur – Sutrisnobudiharto
  • Borobudur – Wikipedia