mengenal 3 generasi pertama Majapahit

Halo Teman Bicara yang suka sejarah! Dalam artikel kali ini, Teman Bicara akan kami ajak untuk mengenal 3 generasi pertama Kerajaan Majapahit. Tentu kalian sudah tahu dan mengenal sedikit seperti apa kebesaran Kerajaan Majapahit, yang wilayah kekuasaannya bukan hanya meliputi apa yang sekarang kita kenal sebagai Nusantara. Tetapi juga sampai ke negeri tertangga Singapura dan sebagian dari Kepulauan Filipina.

Untuk mengenal 3 generasi pertama yang merupakan ‘pintu pembuka’ masa kerajaan Majapahit, kita bisa pelajari dari Pendopo Agung yang berada di kawasan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Kenapa Pendopo Agung? Karena di Pendopo Agung ini terdapat silsilah kerajaan Majaphit dari raja pertama sampai raja terakhir, dan terdapat pula relief yang menceritakan sedikit tentang Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada.

Okay, langsung saja kita mengenal 3 raja pertama yang mengantarkan Majapahit pada gerbang keemasan di era Raja Hayam Wuruk.

Majapahit
Bukti sejarah Majapahit

1. Raden Wijaya (Sri Kertarajasa Jayawarddhana) 1293-1309 M.

Bicara soal Majapahit tidak bisa dilepaskan dari kerajaan pendahulunya, Kerajaan Singhasari.

Raden Wijaya merupakan cicit dari Ken Arok dan Ken Dedes. Singkat cerita, Raden Wijaya memiliki 4 istri, yang keempat-empatnya merupakan putri dari Kertanegara. Kertanegara merupakan keturunan dari Anusapati, putra Ken Dedes dengan Tunggul Ametung (suami pertama Ken Dedes). 

Raden Wijaya memiliki 4 Istri. Tapi, kita hanya akan bahas 2 orang istri saja.

Dari pernikahannya dengan  Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari, lahirlah Jayanegara yang kelak menjadi raja kedua Majapahit. Sedangkan dari pernikahannya dengan Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri, lahir dua orang putri, salah satunya adalah Dyah Gitarja yang kelak menjadi ratu pertama Kerajaan Majapahit.

Raden Wijaya merupakan orang yang berhasil mengusir Jayakatwang (pemberontak kerajaan Singhasari) dan Khubilai Khan beserta tentara mongol dari bumi Nusantara. Dari keberhasilannya itu, Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit yang beribukota di daerah yang sekarang bernama Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Ia pun mengangkat dirinya sebagai raja pertama Kerajaan Majapahit, yang dicatat dalam  Kidung Harsawijaya pada 15 Bulan Kartika 1215 saka (12 November 1293). Raden Wijaya dinobatkan dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawarddhana.

Selama masa pemerintahannya, seluruh tanah Jawa tunduk di bawah pemerintahannya. Namun, bukan berarti tidak ada pemberontakan. Raden Wijaya mengalami pemberontakan Rangga Lawe yang berhasil dibekukan pada 1295 dan pemberontakan Lembu Sora yang berlangsung antara 1300 M-1319 M. Raden Wijaya mangkat pada 1309, setelah menjadi Raja Majapahit Pertama selama 16 tahun. Abunya didharmakan di Simping dengan arca Siwa, yang kini berlokasi di Sumberjati dekat Blitar. 

Wringin Lawang, Gerbang Majapahit

2. Jayanegara (Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara) 1309-1328 M.

Sejarah mencatat Raja Jayanegara sebagai raja yang tidak dicintai oleh rakyatnya. Hal ini diceritakan dalam catatan Pararaton. Setidaknya, selama masa pemerintahannya, dia menghadapi 12 pemberontakan. Di masa pemerintahannya pula, Gunung Kelud meletus dan menelan banyak korban. Kejadian ini diamini rakyatnya sebagai bentuk kemurkaan Dewa Siwa atas kepemimpinan Jayanegara yang tidak peduli pada rakyatnya.

Selain dinilai haus kekuasaan, masih dalam catatan Pararaton, Jayanegara juga bertindak semena-mena pada kedua saudari tirinya, putri dari Gayatri atau Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri. Tak ada pria yang diperkenankan mempersunting kedua saudari tirinya, dengan tujuan untuk dinikahi oleh Jayanegara sendiri, dan untuk mencegah lahirnya keturunan yang bisa mengancam kekuasaannya.

Dikenal jago berperang, Jayanegara membentuk pasukan elit istana yang diberi nama Bhayangkara yang dikepalai oleh Gajah Mada. Bak senjata makan tuan, Gajah Mada disinyalir menjadi salah satu dalang kematian dari Jayanegara. 

Kala itu, Gajah Mada mendekati Tanca, orang terdekat Jayanegara. Saat Gajah Mada mendengar Jayanegara sakit, dia menghasut Tanca untuk membunuh Jayanegara karena Jayanegara telah menggoda istri Tanca. Terhasut oleh Gajah Mada, Tanca pun membunuh Jayanegara, dan Gajah Mada membunuh Tanca untuk menutupi kejadian sebenarnya. Setidaknya versi ini yang diamini oleh pengamat sejarah Slamet Muljana.

Jayanegara mangkat di tangan Tanca pada 1328 M dan didharmakan dalam candi Srenggapura. Salah satu yang tersisa dari candi ini adalah gapura Bajang Ratu yang berada di komplek candi Trowulan, Kabupaten Mojokerto. 

3. Dyah Gitarja (Sri Tribhuwanattunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani)  1329-1350 M.

Sepeninggal Jayanegara yang pada saat itu tidak memiliki keturunan, maka tampuk pemerintahan selanjutnya seharusnya jatuh pada ibu tiri Jayanegara, yakni Gayatri. Namun, karena Gayatri sudah tidak tertarik pada urusan duniawi dengan lebih memilih menjadi bhiksuni, ia pun memerintahkan putri sulungnya Dyah Gitarja untuk menjadi Ratu Pertama Majapahit.

Pada tahun 1334, Dyah Gitarja atau lebih dikenal dengan Maharani Tribhuwana Tunggadewi mengangkat Gajah Mada sebagai Maha Patih. Di saat inilah, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa-nya untuk menyatukan seluruh wilayah Nusantara di bawah bendera Majapahit.

Dengan dukungan Gajah Mada, wilayah Majapahit mengalami perluasan yang signifikan. Setidaknya Bali dan Sumatra tunduk di bawah pemerintahan Ratu Pertama Majapahit ini. Tribhuwana Tunggadewi yang menikah dengan Pangeran Cakradhara dari Singhasari, melahirkan putra bernama Hayam Wuruk, yang kelak menjadi raja yang paling termasyhur sepanjang masa Kerajaan Majapahit.

Ia memutuskan turun tahta pada 1350 M, saat sang ibunda, Gayatri, mangkat. Tribhuwana Tunggadewi menganggap kekuasaannya hanyalah ‘titipan’ dari sang ibunda, maka ketika Gayatri mangkat, ia menyerahkan ‘titipan’  kepada yang berhak, yakni Hayam Wuruk. 

Tribhuwana Tunggadewi mewariskan kerajaan yang sedang gemilang-gemilangnya. Selepas turun tahta, Tribhuwana Tunggadewi menjadi anggota dewan kehormatan kerajaan atau yang disebut dengan Saptaprabhu.

Kesimpulan

Itu tadi 3 generasi Kerajaan Majapahit yang menjadi pengantar Majapahit pada era keemasan di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Semoga artikel ini bisa membuat Teman Bicara menjadi lebih mengenal sejarah Majapahit.

Sumber:

  • Perempuan di Singgasana Majapahit – historia
  • Pemberontakan Terhadap Raja Majapahit – historia