Pembunuhan yang terjadi di Nepal pada tahun 2001 merupakan peristiwa pembunuhan yang paling menyedihkan, sebab yang melakukan pembunuhan tidak lain adalah putra mahkota Nepal itu sendiri. Seorang Putra Mahkota yang kelak akan menjadi raja yang memimpin rakyatnya.
Sebelum semua itu terjadi peristiwa naas tersebut mendahului segalanya sang putra mahkota menembak mati seluruh anggota keluarga dan hanya tersisa sang paman dan keluarganya. Cinta membutakan segalanya, itulah ungkapan tepat yang menggambarkan semua yang terjadi saat ini.
Konspirasi yang sangat dipercayai orang-orang mengatakan bahwa peristiwa naas tersebut di picu dengan penolakan sang ibunda terhadap calon istri yang Dipendra pilih.
Kutukan Kerajaan Nepal Menyeramkan
Terdapat cerita berhembus mengenai kutukan keluarga Kerajaan Nepal yang berawal dari pertamanya yang terjadi beratus-ratus tahun dulu.
Seorang Yogi (Pendeta/ Pertapa Hindu) terlihat mendatangi kediaman kerajaan, sehingga sang raja memberikannya sebuah susu fermentasi kepada yogi tersebut. Sayangnya, yogi tersebut tidak bisa memakannya dan mengembalikan makanan tersebut.
Merasa terhina atas apa yang telah di lakukan sang yogi, raja melakukan hal buruk yang justru membuat yogi marah dan mengutuk keluarga kerajaan. Sang yogi berkata “kerajaanmu akan selesai di sepuluh turunan.” Benar saja Dipendra yang menjadi keturunan kesepuluh mengakhiri segalanya nyaris tak bersisa.
Kutukan ini selalu bekerja di setiap keturunan dari keluarga Kerajaan Nepal. Begitu banyak peristiwa yang terjadi di mulai penembakan, strategi untuk mengambil takhta secara paksa, cinta, dan sebagainya.
Lautan Darah yang Memenuhi Istana Narayanhiti
Makan malam keluarga di mulai dengan sukacita, menghiasi atmofer yang ada. Tak ada satu pun yang memiliki firasat bahwa sukacita akan merubah menjadi duka yang sangat dalam dan mengukir sejarah yang paling menyedihkan. Begitu menyedihkannya hingga seluruh rakyat dengan kompaknya menggunduli kepala mereka menandakan kesedihan mereka akan kepergian sang raja yang selama ini telah melindungi mereka
Peristiwa di mulai dari Dipendra yang terlihat mabuk berat kemudian di tegur oleh sang ayah untuk keluar dari jamuan makan tersebut agar tidak mengganggu yang lainnya.
Layaknya anak mengikuti perkataan orang tuanya maka Dipendra keluar dari jamuan makan tersebut. Tidak lama Dipendra kembali ke jamuan makan dengan membawa 2 senapan untuk membunuh sang ayah yaitu senapan SPAS-12 atau senapan serbu M-16.
Ketika Senapan SPAS-12 di layangkan, raja saat itu masih terselamatkan, sayangnya sang anak melihat semuanya dan mengambil senapan serbu M-16. Dipendra kembali menembaki ayahnya hingga tewas, seluruh orang yang mencoba untuk menyelamatkan raja ikut terbunuh dengan senapan tersebut.
Tertinggal sang ibu dan Pangeran Niranjan yang berlari mengejar Dipendra meminta jawaban atas tindakan yang dilakukannya. Seperti kerasukan setan justru Putra Mahkota Nepal ini menembak mati sang adik. Selanjutnya menyusul sang ibu yang ditembaknya hingga tewas di tangannya sendiri.
Peristiwa naas itu tidak meninggalkan satu saksi mata pun untuk mengungkap kebenaran yang ada.
Membawa Diri Ke Jurang Kematian
Setelah membunuh hampir semua anggota kerajaan terkecuali keluarga dari pamannya Gyanendra. Dipendra menuju sebuah jembatan kecil yang dimana memiliki sungai yang begitu deras di bawahnya dan masih dalam kawasan istana.
Entah di dalam penyesalan atau kekalutan hingga Dipendra juga memutuskan untuk membunuh dirinya melalui senapan yang sebelumnya ia gunakan untuk membunuh seluruh anggota keluarga.
Sebanyak enam kali ditembakkan tidak membuatnya langsung tewas melainkan diberikan kesempatan hidup didalam kondisi komanya dan kemudian di angkat menjadi raja. Kemudian, Tiga hari setelah dinobatkan menjadi seorang raja Dipendra dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, membuat takhta tersebut di berikan kepada sang paman.
Teori Konspirasi Di Balik Peristiwa Lautan Darah
Begitu banyak teori konspirasi mengenai pembunuhan yang terjadi malam berdarah itu. Berikut ini merupakan teori konspirasi yang di layangkan masyrakat dunia adalah sebagai berikut :
1. Cinta yang Tak Direstui Sang Ibu
Teori ini yang paling terkenal di yakini melatar belakangi peristiwa lautan berdarah terjadi. Ketika seseorang telah dibutakan oleh cintanya seakan apa pun yang telah dilakukan menjadi benar adanya.
Devyani Rana, gadis cantik, pintar, nan sopan ini merupakan seorang putri dari Menteri Luar Negeri Nepal. Ia berasal dari keluarga bangsawan seakan menambah kesempurnaan dari gadis cantik ini untuk bersanding dengan putra mahkota Nepal. Kedekatan keduanya pun sangat menunjukkan adanya suatu hubungan diantara kedua sejoli tersebut.
Terlihat di acara makan siang bersama restoran pizza yang tak jauh dari istana kemudian diperkuat melalui kebersamaan dua sejoli ini yang saat itu berada di London dan Australia.
Sayangnya, kabar yang berhembus sang ratu tidak pernah menyetujui hubungan tersebut. Begitu banyak alasan yang berhembus membuat cikal bakal terjadinya lautan berdarah di Istana Narayanhiti.
Hembusan angin bercerita bahwa Ratu Aishwarya tidak menyetujui percintaan Dipendra dengan Devyani Rana. Kasta bangsawan yang dimiliki Devyani lebih rendah kemudian darah India yang melekat di tubuh gadis itu yang ikut memicu semuanya. Ditakutkan bahwa sang gadis akan membawa lebih banyak pengaruh India di Nepal.
Kabar kedua yang berhembus bahwa sang ratu cemburu dengan Devyani Rana karena kecantikan dan kepintaran yang di milikinya akan menyingkirkan posisi penting yang dimiliki ratu di dalam Istana Narayanhiti.
2. Perencanaan Matang Dari Sang Paman
Selain teori tadi, Banyak orang yang percaya bahwa peristiwa lautan berdarah itu berasal dari rencana sang paman, Gyanendra. Sebab di malam kejadian sang paman berada di luar negeri serta keluarga yang berada di perjamuan makan tidak ada satupun yang terluka. Semua terselamatkan dari peristiwa berdarah tersebut.
Disebutkan adanya keterlibatan dari Dinas Rahasia India (RAW) dan CIA yang membantu rencana Gyanendra, agar sang paman dapat menduduki takhta kerajaan.
Konspirasi ini di dukung dari sang paman dan anaknya yang tidak dikenal rakyat dan kurang di sukai rakyat mengingat sang putra mahkota Nepal yang tidak mungkin melakukan itu semua karena kebaikan serta kesopanan yang dimilikinya.
Kesimpulan:
Kutukan yang diutarakan sang yogi seakan tak bisa di hindarkan dari setiap keturunan keluarga kerajaan. Tidak pernah ada kata tenang didalamnya seakan masalah tak akan ada hentinya, di mulai dari takhta bahkan percintaan.
Pada akhirnya kerajaan hancur ditangan keturunan kesepuluh dan kejadian itu resmi menjadi ketajutan pemerintahan monarki dan berganti menjadi pemerintahan federal.
Bagi kalian yang menanti kisah yang menarik dari negara yang terkenal dengan puncak tertinggi mount everest ini. Jangan lupa untuk terus kunjungi bicara Indonesia sebab akan ada banyak kisah dan fakta menarik yang akan kita berikan.
Sumber :
- Hari Ini dalam Sejarah: Puta Mahkota Nepal Bantai Seluruh Keluarganya – Kompas
- 1-6-2001: Cinta Tak Direstui, Putra Mahkota Bantai Raja dan Ratu – LIPUTAN 6
- Cerita Puta Mahkota Lakukan Pembantaian Keluarga Kerajaan Termasuk Raja, Alasannya Sepele – POSBELITUNG
- 5 Kutukan Menyeramkan ini Membuat Sekelompok Keluarga Malang Mati Tak Wajar – BOOMBASTIS