Sejarah Jalan Daendels memang tidak boleh terlupakan. Di era sekarang ini dimana infrastruktur jalan dan jembatan digenjot di semua daerah, seharusnya kita jangan sampai melupakan dinamika yang terjadi saat proses Jalan Daendels dibuat.
Bagaimanapun Jalan Daendels adalah cikal bakal Trans Jawa di sepanjang pantai utara Pulau Jawa era sekarang. Lalu, apa saja fakta yang ada saat ruas jalan ini di kerjakan ? Jalur selatan Pulau Jawa apa juga dibuat oleh Daendels ?
Simak ulasannya di artikel ini sampai tuntas. Dipastikan wawasanmu akan bertambah tentang sejarah Jalan Daendels ini.
Siapakah Daendels Itu ?
Herman Willem Daendels adalah orang yang menginisiasi terhubungnya jalan-jalan antar daerah di sepanjang utara Pulau Jawa. Latar belakang H.W. Daendels menjadi dasar dari kiprahnya di Pulau Jawa saat itu.
Asal Dan Kiprah Daendels Di Pemerintahan Belanda
Terlahir di Belanda pada tahun 1762, Daendels muda sudah terlibat aktif dalam perkumpulan pemberontakan Belanda atas penindasan Perancis di negaranya. Saat itu Daendels masih berusia 18 tahun.
Keaktifan dan keberanian Daendels di pasukan Republik Batavia membawa karirnya hingga berpangkat Letnan Jenderal. Daendels juga berperan pada penyusunan Undang-Undang Dasar Belanda yang pertama kali.
Namun setelah invasi Inggris dan Rusia di Noord-Holland (salah satu propinsi Belanda), dia mengundurkan diri dari kemiliteran tahun 1800 karena tekanan dari banyak pihak yang menyudutkan dan menyalahkannya atas kekalahan itu.
Tahun 1806 Daendels dipanggil Raja Hollandia (negara bentukan Perancis), yaitu Louis Napoleon / Lodewijk Napoleon, untuk mengabdi kembali di kemiliteran Belanda.
Penugasannya kembali itu membawa keberhasilan Belanda untuk mempertahankan dua provinsi Belanda (Groningen dan Friesland) dari serangan tentara Kerajaan Jerman.
Tugas Utama Daendels Di Hindia Belanda
Prestasi yang dicapai membuat Daendels ditugaskan ke Hindia Belanda pada tahun 1807. Penugasan ini atas saran Kaisar Napoleon Bonaparte (kakak Louis Napoleon) kepada Raja Hollandia karena jejak prestasi Daendels.
Napoleon Bonaparte ini adalah pemimpin militer Perancis yang masih menguasai Belanda. Tugas utama Daendels adalah :
- Melindungi dan mempertahankan Pulau Jawa dari serangan tentara Inggris yang semakin gencar mengintai Pulau Jawa. Dari sekian banyaknya wilayah di dunia yang dikuasai koloni Belanda-Perancis, saat itu hanya tersisa Pulau Jawa saja yang masih bertahan.
Dari berbagai analisa kemiliteran, kekuatan Belanda-Perancis tidak akan mampu bertahan lama dari incaran Inggris (bermarkas di India) di Pulau Jawa.
- Memperbaiki sistem administrasi Pemerintahan Belanda yang saat itu dijabat oleh Gubernur Jenderal Albertus Wiese. Di bawah penguasaan Wiese masih banyak terjadi pemberontakan dan perlawanan dari kerajaan-kerajaan yang ada di Hindia Belanda.
Daendels merasa tertantang untuk menerima tugas itu. Maka sejak 14 Januari 1808 Daendels bertugas di Hindia Belanda sebagai Gubernur Jenderal.
Fakta Perjalanan Sejarah Jalan Daendels
Sejak menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda, banyak hal yang terjadi di wilayah kerjanya. Terlepas dari penilaian positif dan negatif terhadap proses dan hasil kerjanya, karena memang bisa dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Berikut ini adalah fakta-fakta yang terjadi terkait sejarah jalan Daendels.
1. Sejarah Jalan Deandels Berawal Dari Anyer – Batavia
Pada tanggal 5 Januari 1808 Daendels mulai menginjakan kakinya di Jawa. Seharusnya Daendels merapat di Batavia (Jakarta), tetapi karena tentara Inggris berlalu-lalang di perairan Laut Jawa maka Daendels merapat di Anyer yang terletak di Selat Sunda.
Perjalanan darat dari Anyer ke Batavia harus dilalui 4 hari karena dengan kondisi jalan yang rusak. Apalagi saat itu musim penghujan. Setelah sampai di Batavia Daendels mengambil langkah :
- Memperbaiki jalan antara Anyer – Batavia untuk menghemat waktu perjalanan. Mengingat pelabuhan di Batavia terlalu riskan bagi kapal-kapal yang merapat karena incaran kapal Inggris.
- Daendels berkeinginan semua kota-kota di Pulau Jawa terhubung satu sama lain dan dengan kondisi yang baik. Tujuannya untuk :
- Mempercepat pengiriman surat-surat antar kota sebagai jalur komunikasi.
- Memperlancar pengiriman hasil bumi bagi kepentingan logistik Hindia Belanda.
- Mengantisipasi dan mempercepat pergerakan pasukan Belanda untuk mempertahankan Pulau Jawa bila sewaktu-waktu Inggris menyerang.
- Menetapkan proyek jalan penghubung antar kota di utara Pulau Jawa dengan menargetkan waktu penyelesaian satu tahun.
2. Kondisi Jalan Batavia – Buitenzorg
Kondisi jalan antara Batavia – Buitenzorg (Bogor) tidak jauh berbeda dengan kondisi jalan antara Anyer – Batavia. Jalan itu sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan di Jawa.
Keinginan Daendels untuk mewujudkan mimpinya semakin besar. Maka Daendels membuat proyek pelebaran dan perkerasan jalan mulai dari Anyer – Batavia – Buitenzorg.
3. Perencanaan Jalan Utara Pulau Jawa
Tanggal 29 April 1808 Daendels melakukan perjalan dari Buitenzorg ke Semarang dan dilanjutkan ke Soerabaia (Surabaya). Melihat kondisi jalanan yang dilalui maka Daendels menajamkan ide dan keinginannya untuk membangun jalan raya hingga ke ujung timur Pulau Jawa.
Selain itu tujuannya untuk melaksanakan tugas utamanya mempertahankan Jawa dari incaran Inggris.
4. Pembelokan Rencana Jalan Ke Parahyangan
Tanggal 5 Mei 1808 dimulai lah pekerjaan besar yaitu jalan penghubung antar daerah itu. Namun Deandels merubah rencana jalan yang semula menyusuri daerah utara Pulau Jawa. Daendels merubah jalur tersebut menjadi Buitenzorg – Parahyangan – Sumedang – Cirebon.
Dibelokannya jalur ini ke Parahyangan (sekarang ; Bandung) tujuannya agar hasil kopi dari daerah Bandung dan sekitarnya dapat lebih cepat dan lancar dalam pengirimannya ke pelabuhan di Batavia dan pelabuhan di Cirebon.
5. Jalur Buitenzorg – Bandung – Cirebon
Proyek besar Daendels ini dimulai dari Buitenzorg. Namun anggaran dari Pemerintah Hindia Belanda untuk keseluruhan proyek jalan ini sangat minim sekali. Maka pada jalur awal proyek jalan ini banyak hal yang menjadi catatan sejarah.
Mencari Pekerja dan Pemberian Upah
Daendels memerintahkan kepada Pejabat Residen dan para Bupati di sepanjang jalur yang akan dilewati untuk mengerahkan ribuan pekerja dari pribumi yang akan diberi upah sebagai imbalannya.
Pekerja diberi upah berdasarkan beratnya jalur jalan, misalnya ; batuan cadas, hutan lebat, lereng bukit atau gunung dan keterjalan lokasi. Sistem pembayaran upahnya melalui sistem berjenjang.
Yaitu Pemerintah Hindia Belanda memberikan ke Pejabat Residen, kemudian Pejabat Residen memberikan ke Bupati (pribumi), lalu Bupati memberikan ke Pengawas di tingkat distrik, baru kemudian diberikan ke pekerja.
Khusus untuk pekerja di jalur Cianjur – Sumedang, kepada pekerja diberikan uang upah, 1,25 pond beras/hari dan 5 pond garam/bulan.
Jalan yang dibangun pada jalur ini hampir semua ruas jalan adalah jalan yang sudah ada sejak jaman kerajaan terdahulu. Dalam jalur ini Daendels memerintahkan untuk memperlebar menjadi 7,5 meter dan memperkerasnya.
Setiap jarak 150,96 meter didirikan paal (tonggak) sebagai tanda jarak dan tanda kewajiban Kawedanan (distrik) untuk merawat jalan tersebut.
Sulitnya Medan yang Dilalui
Halangan terbesar pada jalur ini ada di Sumedang. Para pekerja melalui Pangeran Kornel (Bupati Sumedang) sempat menolak melanjutkan pekerjaan karena harus menembus batuan cadas dan menyusuri lembah curam.
Di lokasi ini banyak pekerja yang meninggal karena harus tetap bekerja meskipun diberi upah (yang tidak sebanding dengan medannya).
Melihat masalah itu maka Daendels memerintahkan Brigadir Jenderal Von Lutzow sebagai komandan kesatuan zeni untuk menghancurkan batuan cadas itu dengan menggunakan artileri.
Tembakan dan ledakan senjata beratnya berhasil membuat celah, melandaikan dan meratakan jalan. Daerah ini sekarang terkenal dengan sebutan “Cadas Pangeran”. Lalu pekerjaan jalan dapat dilanjutkan kembali.
6. Kekurangan Dana Penyebab Adanya Kerja Paksa
Setelah melewati Cirebon dan sedang menuju ke timur Pulau Jawa, pekerjaan terhenti di Karangsembung, salah satu distrik di Cirebon. Diluar dugaan Daendels kehabisan dana untuk pekerja pembangunan jalan berikutnya.
Kemudian Daendels mengumpulkan semua Bupati di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bertempat di Semarang, Daendels menyampaikan dan memerintahkan :
- Pekerjaan jalan harus terus dikerjakan sampai dengan ujung timur Pulau Jawa demi kesejahteraan rakyat. Pernyataan ini sebenarnya sudah berbelok arah dari tujuan pembuatan jalan semula.
- Para Bupati dibebas tugaskan dari kewajiban pekerjaannya. Sebagai konsekuensinya, para Bupati diharuskan menyediakan tenaga kerja sebanyak-banyaknya untuk semua jalur rencana jalan.
Artinya, para Bupati berkewajiban mencurahkan pekerjaannya untuk tetap berlangsungnya pekerjaan jalan ini.
- Sistem kerja yang diberlakukan adalah “kerja wajib”. Sistem ini memberlakukan penyerahan upeti dari rakyat kepada Bupati. Bentuk upetinya bisa berupa hasil tanah atau tenaga melalui kerja wajib untuk kepentingan kabupaten.
- Para Bupati juga berkewajiban menyediakan kebutuhan pangan bagi para pekerja, bagaimanapun cara dan upayanya.
- Menunjuk para Prefect sebagai pengawas proyek. Prefect ini adalah kepada daerah pengganti Residen VOC.
- Para Bupati harus bisa menyelesaikan target tertentu di setiap wilayahnya. Apabila tidak bisa meyelesaikannya maka Bupati dan para pekerjanya yang gagal akan digantung di tepi-tepi jalan.
Dari titik ini lah pekerjaan jalan Daendels dianggap memberlakukan kerja paksa atau kerja rodi untuk kepentingan Pemerintah Hindia Belanda. Pada Agustus 1808 pekerjaan dengan sistem baru ini telah sampai di Pekalongan.
7. Fokus Pada Pengurukan Rawa Dan Pelebaran Jalan
Mulai Agustus 1808 pekerjaan lanjutan dikerjakan mulai dari Pekalongan hingga Surabaya. Pada jalur jalan ini sebenarnya ada dua pekerjaan yang dilakukan Daendels, yaitu :
- Pengurukan Rawa, yang terletak di jalur Semarang – Demak – Kudus. Daerah ini penuh dengan rawa pantai dan teluk dangkal. Begitu juga di daerah Tanjung Kodok dan Sidayu Gresik. Kondisi ini memaksa Daendels mengerahkan pekerja yang ada untuk menguruk rawa dan membuat konstruksi jalan yang baru di atasnya.
- Pelebaran Jalan, di sepanjang jalur Kudus hingga Surabaya. Memang jalan pada jalur ini sudah ada sebelumnya. Pada tahun 1806 Gubernur Pantai Timur Laut Jawa, Nicolaas Engelhard menggunakan jalan ini untuk mobilisasi pasukan dari Madura ke Cirebon. Bahkan era kerajaan-kerajaan sebelumnya jalanan ini juga sudah ada.
8. Jalan Baru Surabaya Ke Timur Pulau Jawa
Selama pekerjaan masih berlangsung di jalur Pekalongan – Surabaya, pada akhir Agustus 1808 Daendels berkunjung ke Surabaya. Daendels memutuskan jalan di Surabaya harus diteruskan ke timur Pulau Jawa.
Alasannya karena daerah timur Pulau Jawa juga daerah yang potensial hasil buminya. Selain itu jalan itu nantinya bisa untuk mempercepat mobilitas tentara apabila Inggris menyerbu Jawa melalui Selat Madura.
Ujung jalan ini diputuskan berada di Panarukan, Situbondo. Batas jalan ujung timur ini ditetapkan sampai di Panarukan karena :
- Panarukan dekat dengan lumbung gula Pulau Jawa, yaitu daerah Besuki.
- Daerah Situbondo banyak terdapat tanah-tanah partikelir Hindia Belanda yang menghasilkan produk-produk tropis penting.
- Di Panarukan ada pelabuhan penting untuk penyaluran produk-produk pertanian.
9. Jalan Pos Sebagai Bagian Dari Sejarah Jalan Daendels
Tahun 1809 jalan dari Anyer hingga Panarukan terselesaikan. Panjang jalan ini kurang lebih 1.000 kilometer. Setiap 4,5 kilometer jalan itu didirikan pos penjagaan. Fungsi pos penjagaan ini sebagai tempat pemberhentian, penggantian kuda dan tempat penghubung pengiriman surat.
Para Bupati di tempat pos-pos itu berada berkewajiban untuk merawatnya. Dari fungsi ini lah jalan ini terkenal sebagai “Jalan Pos”.
10. Pengorbanan Dan Kekejaman Jalan Daendels
Pembangunan dan pelebaran jalan yang menghubungkan 89 kota di sebagian utara Pulau Jawa ini harus dibayar mahal oleh rakyat pribumi. Dikabarkan ada 12.000 pekerja pribumi menjadi korbannya. Mereka tewas karena kelelahan, kelaparan dan penyakit.
Upah pekerja yang kecil, dan diperparah dengan ulah oknum pribumi sendiri yang dengan tega dan sengaja memotong upah pekerja pada saat pemberiannya.
Hal ini semakin memperparah kondisi pekerja. Belum lagi sistem kerja paksa dan dipaksa bekerja yang diberlakukan saat itu.
Kondisi rakyat yang dipaksa berkorban ini juga yang menjadi salah satu sebab terjadinya Perang Diponegoro tahun 1825-1830. H.W. Daendels mengakhiri tugasnya sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tahun 1811.
Jalur Selatan Pulau Jawa Apa Juga Dibuat Daendels ?
Di selatan Pulau Jawa terdapat jalan yang dikenal dengan Jalan Daendels. Jalan ini membentang sejauh 130 kilometer.
Yaitu dari Karangbolong (Cilacap, Jawa Tengah) hingga ke Brosot (Kulonprogo, Yogyakarta) di sisi timur, yang menghubungkan 4 kabupaten, yaitu Kulonprogo, Purworejo, Kebumen dan Cilacap.
Jalur Upeti Dan Perjuangan Jaman Kerajaan
Jalan ini sudah ada sejak abad ke-4. Dari berbagai bukti sejarah, tertuliskan bahwa jalan ini digunakan sebagai jalur upeti antar kerajaan di Jawa.
Dalam perkembangannya, jalan ini juga dipakai sebagai jalur mobilisasi perang gerilya Pangeran Diponegoro dalam berperang melawan Hindia Belanda. Masyarakat setempat saat itu menamakan jalan itu sebagai Jalan Diponegoro.
Jalan Daendels Selatan Pulau Jawa
Adalah asisten residen daerah Ambal (Purworejo), bernama Augustus Dirk Daendels yang merubah nama jalan itu pada tahun 1938. A.D. Daendels memulainya dengan memperlebar dan memperkeras jalan itu. A.D. Daendels.
Selain itu Daendels juga memanfaatkan penangkapan dan diasingkannya Pangeran Diponegoro pada tahun 1930 untuk menghilangkan pengaruh dan semangat perjuangan Pangeran Diponegoro pada pribumi.
Akhirnya tahun 1938 jalan itu resmi dirubah menjadi Jalan Daendels, sesuai namanya sendiri. Saat ini jalan ini menjadi jalur lintas selatan yang penting bagi Pulau Jawa dan juga menjadi bagian dari sejarah jalan Daendels (meskipun beda personal).
Kesimpulan
Masa penjajahan Belanda di bumi Indonesia merupakan momen yang sangat bersejarah. Banyak peninggalan fisik dan mental yang ditinggalkan semasa pemerintahannya.
Sejarah jalan Daendels, baik utara maupun selatan Pulau Jawa adalah salah satu bukti bahwa peninggalan yang bermanfaat bagi kita saat ini harus dilalui dengan cucuran keringat dan darah rakyat.
Pengorbanan para pahlawan negeri kita harus dibayar mahal dengan puluhan ribu korban jiwa saat itu.
Pengkhianatan yang dilakukan oknum-oknum terhadap perjuangan rakyat saat pembangunan jalan Daendels juga menjadi pelajaran bagi kita, bahwa hal itu sudah terjadi sejak dahulu hingga sekarang. Namun ada sisi positif dari semuanya itu.
Meskipun tidak semua pekerjaan dimulai dari nol pekerjaan oleh Daendels, Jalan Daendels saat ini adalah jalan poros yang sangat bermanfaat bagi pembangunan Indonesia.
Banyaknya kejadian atau sejarah perjuangan lainnya bisa temukan di Bicara Indonesia. Baca dan ikuti terus artikel-artikel yang bermanfaat untuk menambah wawasanmu di sana. Jangan dilewatkan. –anp–
Sumber :
- Jalan Raya Pos – Wikipedia
- Herman Willem Daendels – Wikipedia
- Sejarah – dbmtr jabarprov