Tentara KNIL dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia penuh dengan warna-warna. Bagaimanapun, keberadaannya saat itu adalah bagian dari sejarah bangsa Indonesia.
Sejarah seperti apa yang pernah ditorehkan tentara KNIL? Simak sampai akhir artikel ini, yang akan menceritakan kembali keberadaan tentara KNIL.
Mengapa Harus Ada Tentara KNIL
Pembentukan kesatuan tentara ini tidak lepas dari Pemerintah Hindia Belanda yang terus ingin menguasai Nusantara. Berbagai upaya dilakukan untuk melebarkan kekuasaannya di Nusantara, bahkan lebih menancapkan kukunya.
Perang Lokal Berdampak Besar
Perang Diponegoro yang terjadi pada tahun 1825-1830 membuat kerugian yang sangat banyak bagi dua sisi yang berperang. Kegigihan Pangeran Diponegoro dalam berperang sangat menyulitkan Belanda.
Bahkan Belanda mengurangi pasukannya yang sedang berperang di Sumatera Barat (Perang Padri) untuk menambah kekuatannya menghadapi pasukan Pangeran Diponegoro.
Pada saat itu tidak hanya Kasultanan Yogya saja yang berperang melawan Belanda, tetapi hampir semua kerajaan di Jawa mengangkat senjata bersama-sama.
Perang ini berakhir setelah Pangeran Diponegoro tertangkap Belanda. Peperangan besar yang mengakibatkan 8.000 tentara Belanda, 7.000 tentara pribumi (orang lokal yang dibayar Belanda) dan 200.000 orang Jawa menjadi korban jiwa.
Awal Pembentukan KNIL
Meskipun Perang Diponegoro dapat diakhiri dengan “kemenangan” Belanda, tetapi perang itu membuat Belanda mengkhawatirkan keberadaannya sendiri di Nusantara ke depannya.
Maka dari itu itu, Pada tanggal 4 Desember 1830 Gubernur Jenderal Belanda, Van Den Bosch mengeluarkan keputusan yang dikenal dengan “Algemeene Orders voor het Nederlandsch-Oost-Indische leger” atau perintah umum untuk Tentara Hindia Belanda.
Di dalam keputusan itu diantaranya berisikan pembentukan organisasi ketentaraan baru di Hindia Belanda. Organisasi baru itu dinamakan “Oost-Indische Leger” yang artinya Tentara Hindia Timur. Tujuan pembentukan kesatuan ini adalah untuk :
- Menjaga kepulauan yang luas di Nusantara sebagai wilayah jajahan
- Menambah kekuatan tentara Hindia Belanda di wilayah Nusantara
- Membuat penduduk (bumiputera) tetap patuh dan setia pada Pemerintah Hindia Belanda.
- Melakukan perekrutan tentara dari warga negara Belanda sendiri di negerinya, dan juga membuka lowongan menjadi tentara Belanda dari negara Belgia, Swiss, Perancis dan beberapa negara di Eropa lainnya. Tentu saja dalam perekrutan ini ada jasa yang dijanjikan sebagai imbalannya.
- Pada tahun 1836 raja Kerajaan Belanda, Willem I memberi sebutan “Koninklijk” (artinya ; Kerajaan) pada kesatuan tentara ini.
- Baru pada tahun 1933 kesatuan ketentaraan ini diresmikan menjadi “Koninklijk Nederlands-Indisch Leger” (KNIL) oleh Perdana Menteri Hendrik Colijn.
Tentara KNIL Dalam Sejarah Nusantara
Bila melihat rangkaian sejarah, sebenarnya keberadaan tentara yang berasal dari pribumi sudah “dipakai” Hindia Belanda sejak berlangsungnya Perang Diponegoro.
Setelah perang itu lah Pemerintah Hindia Belanda lebih memperkuat kesatuan tersebut. Apalagi saat itu bukan hanya Hindia Belanda (Nusantara) saja yang jadi jajahan Belanda.
Penyebab Keterlibatan Pribumi Di Dalam KNIL
Perekrutan tentara KNIL pada awalnya disambut dengan baik oleh banyak orang di Eropa. Apalagi dengan janji akan diberikan gaji tinggi bila berniat gabung dan menjadi tentara di Hindia Belanda (Nusantara).
Orang-orang dari Perancis, Belgia, Swiss dan lain-lain berbondong-bondong masuk dan turut bergabung dan berangkat berperang di Nusantara.
Namun dalam perkembangannya Pemerintah Hindia Belanda merekrut orang-orang pribumi untuk bergabung KNIL. Penyebabnya adalah :
- Kerajaan Belanda mengeluarkan undang-undang yang melarang para wajib militer ditugaskan di wilayah jajahan Belanda. Hanya tentara reguler saja yang bisa diberangkatkan. Maka untuk menambah jumlah tentara di wilayah jajahan, dibukalah kesempatan untuk menjadi tentara bayaran.
- Ketika para tentara dari beberapa negara itu datang dan sudah “mengabdi” kepada Pemerintah Hindia Belanda di Nusantara, gaji yang diterima tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
Mereka kecewa. Lalu kemudian mereka banyak yang desersi, tapi masih lebih banyak yang bertahan di Hindia karena tidak punya kemampuan untuk pulang ke negaranya.
- Antara tahun 1873-1904 banyak terjadi peperangan di Nusantara. Tentara KNIL harus berhadapan dengan bala tentara kerajaan-kerajaan di Lombok, Aceh, Bali, Sumatera dan tentunya di Jawa. Dalam kurun waktu itu Pemerintah Hindia Belanda kehilangan 40.000 jiwa dari serdadu KNIL.
- Perekrutan anggota KNIL secara terus menerus dari warga negara Eropa membawa dampak biaya yang besar. Pemerintah Hindia Belanda memandang bahwa merekrut orang pribumi akan lebih efisien daripada mendatangkan orang-orang dari Eropa.
Babak Baru Bumiputera Di Tubuh KNIL
Dari penyebab di atas, Pemerintah Hindia Belanda membuka kesempatan seluas-luasnya kepada bumiputera untuk bergabung dalam KNIL. Mereka menawarkan bayaran yang tinggi kepada bumiputera yang mau bergabung.
Hingga tahun 1916 tercatat ada 17.845 bumiputera terdaftar di KNIL. Asal mereka terdiri dari :
- Jawa sejumlah 7.845 orang
- Manado sejumlah 5.925 orang
- Maluku sejumlah 3.519 orang
- Sunda sejumlah 1.792 orang
- Melayu (Sumatera) sejumlah 1.066 orang
- Madura sejumlah 151 orang
- Bugis sejumlah 36
Pada tahun-tahun berikutnya personil tentara KNIL dari bumiputera semakin meningkat.
- Tahun 1923, setelah Perang Aceh, dari Eropa sejumlah 6.000 orang dan 26.000 bumiputera yang berasal dari suku Jawa, Sunda, Timor, Minahasa dan Ambon.
- Tahun 1936, sejumlah 71% personil KNIL atau 33.000 orang adalah pribumi. Orang dari suku Jawa, Manado dan Ambon masih mendominasi dari jumlah itu.
- Tahun 1941, Hindia Belanda meningkatkan kekuatannya di Indonesia karena bantuan kekuatan dari negara asal di Belanda mulai tersendat seiring dimulainya Perang Dunia II.
Tercatat ada 85.000 personil pasukan reguler, 28.000 diantaranya adalah pribumi id KNIL. Jumlah itu belum termasuk milisi lokal yang diperbantukan dalam KNIL.
Kevakuman Tentara KNIL Dalam Sejarah Indonesia
Masuknya Jepang untuk menguasai Nusantara pada tahun 1942, memaksa Pemerintah Kolonial Hindia Belanda angkat kaki dari Hindia Belanda. Demikian juga dengan KNIL secara organisasi.
Namun demikian, pulangnya KNIL ke Belanda tidak diikuti oleh orang-orang pribumi saat itu.
Pada umumnya mereka lebih memilih bergabung dan berjuang dengan rakyat untuk melawan penjajahan Jepang, atau bergabung ke tentara tanah air bentukan Jepang yaitu PETA.
Babak Akhir Tentara KNIL Dalam Sejarah
Kevakuman KNIL selama penjajahan Jepang ternyata menyisakan banyak cerita bagi tentara KNIL yang berasal dari pribumi. Kehidupan mereka penuh dengan kegalauan dan ketidak pastian hingga frustrasi.
Antara berjuang dengan rakyat, masuk tentara bentukan Jepang, pensiun dari ketentaraan atau ikut Belanda dengan cara kabur ke Australia. Konsekuensi lainnya adalah masuk penjara tentara Jepang.
Kegagalan Belanda Menguasai Indonesia Kembali
Penyerbuan Belanda ke Indonesia pasca Kemerdekaan RI ternyata “menghidupkan” kembali tentara KNIL. Belanda dengan Agresi Militer I tahun 1947 dan Agresi Militer II tahun 1948 memanfaatkan tentara KNIL juga untuk menyerbu Indonesia.
Namun upaya Belanda untuk menguasai Indonesia kembali gagal total.
Hasil perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 27 Desember 1949 membuat Belanda harus mengakui Kemerdekaan Indonesia. Kondisi ini tentu berdampak pada keberadaan tentara KNIL.
KNIL Resmi Dibubarkan
Belanda mau tidak mau harus merealisasikan hasil KMB tahun 1949. Maka pada tanggal 20 Juli 1950 Ratu Juliana membuat surat keputusan yang bahwa mulai tanggal 26 Juli 1950 jam 00:00 “Koninklijk Nederlands-Indisch Leger” (KNIL) dibubarkan.
Konsekuensi dari pembubaran ini lebih dari 65.000 tentara KNIL diberi pilihan untuk menentukan masa depannya, yaitu :
- Bergabung dengan “Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat” (APRIS). Tentara eks KNIL yang bergabung degan APRIS ini mencapai 26.000. Mereka diterima dengan pangkat yang sama dengan saat mereka di KNIL.
Di masa-masa selanjutnya diantara mereka ini merupakan tokoh-tokoh TNI, yaitu ; AH Nasution, Soeharto, Urip Sumoharjo, Alex Evert Kawilarang, TB Simatupang, Didi Kartasasmita, Soerjadi Soerjadharma dan Halim Perdanakusuma.
- Bergabung dengan tentara Kerajaan Belanda, yang kemudian bertugas ke Papua, Suriname atau ke medan perang di Korea. Jumlah mereka ini mencapai 39.000 orang. Setelah penugasan dan perang, mereka memilih tinggal di Suriname atau ke Belanda.
- Pensiun dan hidup sebagai rakyat biasa di tengah-tengah rakyat Indonesia.
Kesimpulan
Keberadaan tentara KNIL dalam sejarah perjuangan Indonesia selama 120 tahun tidak bisa terlupakan dan tidak bisa terelakkan.
Stigma negatif terhadap pribumi yang tergabung dalam KNIL harus diterima di tengah rakyat yang telah berjuang mati-matian demi berdiri dan tegaknya Bangsa Indonesia.
Dengan berbagai sebab pribumi bergabung dengan KNIL, diantaranya adalah ekonomi. Tetapi, ada hal yang harus diambil hikmahnya dari keberadaan KNIL ini.
Salah satunya adalah ilmu kemiliteran yang lebih modern. Hal ini yang diserap oleh para tokoh pada saat itu untuk kemudian menjadi salah satu faktor dalam perintisan Tentara Nasional Indonesia.
Masih banyak kejadian sejarah perjuangan bangsa kita yang patut kamu ketahui. Jangan sampai kamu lewatkan sejarah-sejarah tersebut dalam artikel-artikel di Bicara Indonesia. Kecintaan terhadap tanah air bisa tumbuh, salah satunya dari pengetahuan tentang sejarah bangsa. –anp–
Sumber :
- Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger – Wikipedia
- Perang Diponegoro – Wikipedia
- 1830: KNIL Terbentuk – Media Indonesia
- Setelah KNIL Bubar dan Dikucilkan TNI – Tirto