Halo Teman Bicara yang suka sejarah! Kali ini, Bicara akan membahas salah satu Ratu Inggris yang cukup kontroversial. Lebih tepatnya kita akan membahas teori konspirasi Ratu Elizabeth I yang tidak menikah. Ratu Elizabeth I merupakan pemimpin kerajaan Inggris dan Irlandia pada masa abad ke-15, atau tepatnya mulai dari 17 November 1558 sampai dengan 24 Maret 1603.
Jadi, kalau selama ini banyak di antara kalian yang bertanya-tanya, apakah Ratu Elizabeth I yang terkenal itu adalah ibu atau nenek dari Ratu Elizabeth II yang sampai sekarang menjadi Ratu Inggris, sekaligus nenek dari Pangeran Wiliiam? Jawabannya bukan! Masa pemerintahan ke duanya terpisah oleh jarak sekitar 400 tahun.
Jadi, siapakah Ratu Elizabeth I itu?
Profil Singkat Ratu Elizabeth I
Ratu Elizabeth I merupakan putri Raja Henry VIII dari Inggris dan Anne Boleyn. Elizabeth lahir pada 7 September 1533. Ayahnya, Raja Henry VIII terkenal sebagai raja yang memiliki banyak istri, dan berambisi untuk memiliki anak laki-laki. Dari ke 6 istrinya, Anne Boleyn adalah istri ke 2 Raja Henry VIII.
Anne Boleyn atau ibu dari Ratu Elizabeth I ini awalnya merupakan dayang dari istri pertama Raja Henry VIII. Namun, setelah Raja Henry VIII mengasingkan istri pertamanya karena tidak mampu melahirkan anak laki-laki, ia pun menikahi Anne Boleyn. Sayangnya, Anne Boleyn juga tidak bisa memberikan anak laki-laki untuk Raja Henry VIII.
Karena alasan tersebut, ditambah seringnya terjadi pertengkaran di antara ke dua pasangan ini, maka Raja Henry VIII memutuskan untuk menghukum mati istri ke duanya dengan hukuman pancung. Tuduhan yang diberikan kepada istri ke duanya adalah telah melakukan perselingkuhan dengan 4 pegawai istana.
Sepeninggal Anne Boleyn, Elizabeth masih tinggal di istana, sampai di Inggris merebaklah sebuah wabah yang kemudian membuat Elizabeth diungsikan ke pedesaan. Selama diungsikan, Raja Henry VIII yang memang tidak dekat dengan putrinya, jarang mengunjungi putri ke duanya itu. Hanya ketika Sang Raja kebetulan melewati pedesaan tempat putrinya tinggal, baru dia akan mengunjungi putri kecilnya itu.
Malapetaka Malam Sebelum Raja Henry VIII Datang Menjenguk
Teori konspirasi di balik alasan Ratu Elizabeth yang tidak menikah, sehingga dijuluki sebagai The Virgin Queen, dimulai dari buku yang ditulis oleh Steve Berry, berjudul The King’s Deception.
Buku ini menceritakan sebuah rahasia pada malam sebelum Raja Henry VIII datang mengunjungi Elizabeth di pedesaan. Karena wabah yang sedang melanda, dan menimpa salah satunya, Elizabeth, maka kondisi Elizabeth pada waktu itu tidak terlalu baik. Kesehatannya semakin menurun, dan diyakini telah meninggal dunia pada malam sebelum ayahnya datang.
Ke dua pelayan istana yang ditugaskan untuk menjaga Elizabeth, Kat Ahsley dan Thomas Parry, kebingungan setengah mati. Mereka sangat takut akan dihukum mati oleh Raja mereka yang terkenal sadis. Apalagi Raja Henry VIII telah kehilangan beberapa anaknya karena sakit. Demi menjaga keselamatan mereka, ke duanya pun berkeliling desa mencari gadis pengganti Elizabeth.
Setelah semalaman mencari, mereka tidak menemukan gadis seusia Elizabeth, dan hanya menemukan seorang anak laki-laki yang bentuk tubuhnya seukuran Elizabeth. Ke duanya pun mendandani anak laki-laki bernama Neville itu dengan pakaian Sang Putri, dan memakaikannya rambut palsu.
Karena tidak terlalu dekat dengan putrinya, Raja Henry VIII pun tidak menaruh curiga, dan meyakini bahwa anak perempuan itu adalah putrinya. Teori ini dikuatkan dengan cerita seorang pengarang ‘Dracula’ bernama Bram Stoker, yang mendengar cerita turun-temurun tentang ditemukannya tulang belulang anak perempuan dalam peti mati di Bisley, yang memakai baju lengkap dengan permata dan riasan khas Tudor (Elizabeth adalah penguasa terakhir dari generasi Tudor).
Aku Punya Jiwa Seorang Pria, Bukan Wanita. Dan Aku Tak Takut Pada Apapun
Saat Raja Henry VIII mangkat, ia digantikan oleh Putri Mary, anak dari pernikahan dengan istri pertamanya, sekaligus menjadi orang yang memenjarakan Elizabeth pada saat itu, demi keamanan tahtanya. Setelah Ratu Mary I mangkat, ia pun digantikan oleh adik tirinya, Elizabeth.
Sang Ratu baru ini pun kemudian mengangkat ke dua pengabdi setianya yang telah mengajarkannya banyak ilmu untuk menjadi seorang putri, sebagai bangsawan berkedudukan tinggi. Sang Ratu pun memerintah kerajaan Inggris dengan ciri khas: make up tebal, rambut palsu, dan baju berkerah tinggi (menutupi leher), yang diyakini sebagai cara untuk menutupi bentuk tubuhnya yang sebenarnya adalah laki-laki.
Steve Berry juga menuliskan, bahwa sang ratu perawan ini pernah mengaku pada Kepala Rumah Tangga Istana yang baru, William Cecil, bahwa bila ia menerima rencana pernikahannya dengan pangeran Spanyol, maka akan membawa kehancuran. Karena dia adalah seorang laki-laki, bukan perempuan. Sang Ratu yang menolak dinikahkan dengan pangeran asal Spanyol, justru lebih memilih untuk menyerang Spanyol, dengan ucapannya yang terkenal saat itu, “Aku punya jiwa seorang pria, bukan wanita. Aku tak takut pada apapun.”
Lukisan William Scrots Sebagai Petunjuk Selanjutnya
Steve Berry mengunjungi Katedral Ely di Cambridgeshire pada 2010, dan menemukan lukisan karya pelukis istana kala itu, William Scrots, yang melukis Elizabeth saat masih kecil. Lukisan itu menggambarkan bahu Elizabeth yang ramping, leher yang halus, dan wajah berbentuk hati dengan rambut dan alis berwarna jahe.
Sangat berbeda bila dibandingkan dengan lukisannya setelah dinobatkan. Bahu Elizabeth tampak lebar dan lehernya disembunyikan dalam kerah tinggi. Alisnya gundul, rahangnya tegas dan bentuk wajahnya persegi.
Kesimpulan
Dari berbagai teori yang ditulis oleh Steve Berry dan didukung oleh keberatan sang ratu untuk ditemani saat berada di kamar pada malam hari, semakin menguatkan bahwa Ratu Elizabeth I adalah sosok laki-laki dengan riasan perempuan.
Bagaimana menurut teman-teman Bicara? Apakah setuju dengan teori konspirasi di balik keputusan Ratu Elizabeth yang tidak menikah? Atau itu hanya teori yang sama sekali tidak berdasar?
Sumber :
- Misteri Konspirasi Besar: Ratu Inggris Elizabeth I Sejatinya Pria – Liputan 6