Pernahkah kalian membayangkan Jika semua lautan di Bumi menguap? Apakah bumi akan langsung kiamat? Atau manusia bisa menciptakan teknologi untuk menciptakan air sendiri? .

Dulu Bumi Itu Rata

Pada masa awal pembentukan Bumi, Bumi kita ini rata. Bukan rata seperti teori bumi datar ya. Jadi maksudnya bumi tidak memiliki gunung. Permukannya sama rata, sebagian besar tertutup air.

Daratan sendiri muncul dari dasar laut sekitar 1 miliar tahun yang lalu. Sejak munculnya daratan, atmosfer planet bumi berubah total. Salah satunya adalah mulai adanya kehidupan di bumi.

Suatu Saat Nanti Semua Lautan Akan Menguap

Saat ini suhu bumi terus naik dan semakin panas. Para ilmuwan pun memprediksi semua lautan akan menguap saking panasnya. Eits, tenang dulu. Kejadian ini masih lamaaaa banget. Menurut para ilmuwan, menguapnya lautan tidak akan terjadi dalam 1 miliar tahun ke depan. Fiuhh, untung deh.

Sekarang kita akan mengajak kalian membayangkan, gimana kalau semua lautan menguap hari ini..

Tanpa Lautan Bumi Masih Punya Air

Dari seluruh air yang ada di bumi, 97% di antaranya ada di lautan. Itu artinya, jika semua lautan di bumi menguap masih ada sisa 3% air di bumi. Sisa air ini berupa danau, sungai, air di bawah tanah, dan bongkahan es di Antartika. Tapi tentu saja semua air itu tetap tidak bisa menggantikan air di lautan yang hilang.

Lautan Berfungsi untuk Mengendalikan Iklim Bumi

Panas matahari yang diterima bumi diserap oleh air di lautan. Kemudian didistribusikan secara merata di seluruh wilayah bumi. Selain itu lautan juga berfungsi mempertahankan siklus air di bumi dengan cara menciptakan hujan.

Tanpa adanya lautan maka siklus hujan di bumi akan berubah total dan bahkan tidak ada hujan, ya kalian tau sendiri jika tidak ada hujan maka kekeringan akan melanda dimana mana.

Tanpa Lautan, Bumi Akan Menjadi Gurun Pasir

Jika Semua Lautan di Bumi Menguap, Bumi Akan Menjadi Gurun Pasir

Nah, sekarang bayangkan jika semua lautan di bumi menguap dan habis. Sekali lagi, hal ini bukan tidak mungkin terjadi. Hanya saja masih lama. Mungkin masih 1 miliar tahun lagi namun semua itu tergantung prilaku manusia di bumi.

Saat semua lautan sudah habis airnya, yang tersisa adalah hamparan gurun pasir yang sangat luas. itu artinya manusia tinggal menunggu saja kapan waktu dan giliran bertemu dengan malaikat pencabutnyawa.

Habitat Laut Yang Pertama Menjadi Korban

Bicara soal kepunahan manusia saat seluruh lautan mengering mungkin terlalu jauh. Sebelum itu, semua habitat yang ada di lautan akan jadi korban duluan. Tidak akan ada lagi ikan-ikan di laut, terumbu karang, dan lain sebagainya.

Sedangkan lautan adalah awal terciptanya kehidupan di darat menurut teori dari lautan lah kehidupan berasal dari mulai mikroba ber eveolusi menjadi moluska ber evolusi lagi menjadi hewan laut, jika lautan kering maka tidak ada lagi kehidupan di laut yang bisa di pertahan kan.

Bumi Akan Berubah Menjadi Venus

Jika semua lautan di Bumi menguap, maka tidak ada yang menyerap panas matahari. Akibatnya, semua cahaya matahari langsung jatuh ke permukaan bumi. Tidak perlu waktu lama, bumi akan menjadi gersang dan tandus, sama seperti dua tetangganya yaitu Mars dan Venus.

hanya dalam waktu yang singkat bumi ini akan menjadi tandus kering dan sangat panas, jika sudah begini manusia akan kesulitan untuk bertahan hidup.

Siapa Yang Bisa Bertahan?

Tidak perlu dipertanyakan lagi, hewan dan manusia akan punah dalam waktu singkat jika tidak ada lautan. Eits, tapi tidak semua akan punah. Ada satu makhluk hidup yang bisa bertahan.

Satu-satunya yang bisa bertahan adalah unta. Seperti kita tahu, unta terbiasa hidup di padang pasir yang tandus dan gersang. Hewan ini juga punya cadangan air sendiri di punuknya. Tapi tidak ada yang bisa menjamin berapa lama unta bisa bertahan.

Kesimpulan

Hilangnya semua air di lautan adalah hal yang sangat mengerikan. Hanya dalam waktu setahun saja, bumi akan berubah menjadi planet mati. Tidak ada apapun yang bisa hidup di atas bumi. Dan tanpa air, mustahil tercipta kehidupan baru di bumi.

Sumber :

  • What If Earth’s Oceans Evaporated? – YouTube (Diakses pada 1 April 2019)